Cari

URGENSI PENDIDIKAN AL-QUR’AN

Friday, 20 November 2015



Di zaman klasik, umat Islam pernah mengalami kemajuan bukan hanya di bidang ilmu agama Islam saja, melainkan juga di bidang ilmu umum, kebudayaan, dan peradaban. Sejumlah ulama dan tokoh-tokoh dunia kemudian lahir dari rahim kaum muslimin. Di bidang ilmu agama Islam, muncul tokoh-tokoh yang diakui kepakarannya dalam khazanah ilmu Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, tak ketinggalan ilmu Tasawwuf, ilmu Kalam, dan akhlak. Selain itu, di bidang ilmu pengetahuan sains, lahir sederet tokoh ahli Sejarah, Filsafat, Astronomi, ilmu Jiwa, Kedokteran, Farmasi, Seni, hingga Fisika dan Kimia. Tak terkecuali di masyarakat Indonesia, pendidikan Islam sejak awal telah menyertai dinamika dakwah di Indonesia.Melalui pendidikan Islam, transmisi dan sosialisasi ajaran Islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya hingga terlihat seperti sekarang.[1]

PEKIK TAKBIR DI HARI PAHLAWAN

Thursday, 19 November 2015



Sebuah bom jatuh dari langit. Di badan hulu ledaknya tertulis Little Boy. Bom itu jatuh tepat di tengah sebuah kota dan meluluhlantakkan kota dalam sekejap. Semua orang berlarian, dan terlihat asap pekat hitam membumbung ke angkasa. Bom Hiroshima, telah dijatuhkan.

3 UNSUR JIWA MENURUT IBNUL JAUZY

Friday, 6 November 2015



Menurut para pemikir, manusia adalah makhluk monodualisme. Terdiri dari unsur jasad dan ruh. Hubungan keduanya seperti sebuah perahu dengan nakhodanya. Kapal tanpa nakhoda tak akan berlayar. Dan nakhoda tanpa kapal, tak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi, substansi manusia bukan pada unsur jasadnya. Yang mendasari nilai kemanusiaan ada pada unsur ruhaniyahnya. Dan ruh tersebut, bersifat metafisik, immateri, tidak berbentuk komposisi, namun memiliki daya dan kekuatan untuk menggerakkan dan memahami sesuatu. Berbeda dengan jasad, yang bersifat materi, berbentuk komposisi, dan tidak kekal. Dari berbagai defenisi manusia setidaknya, pembahasannya berputar pada konsep-konsep tersebut.

PEJUANG INTELEKTUAL

Friday, 30 October 2015




Dalam masa yang sangat panjang, jatuhnya kekuatan umat islam tidak dapat dipungkiri. Dunia islam meradang akibat kolonialisme dan penyakit al-wahn dalam tubuh umat islam sendiri. Saat dimana umat islam telah kehilangan jatidiri dan ruh mereka dalam agama. Salah satu diantara penyebabnya adalah kiris ilmu pengetahuan. Meski telah berulang kali digagas dan digulirkan, wacana ilmu pengasuhan ilmu dalam kerangka konsep keilmuwan islam masih mengalami hambatan yang cukup berat.

ANTARA TOLERANSI DAN PLURALISME (2)

Tuesday, 27 October 2015


Toleransi dalam Islam
Dalam islam sudah jelas bagaimana konsep toleransi yang benar. “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (QS. Ali Imran: 19). Begitu pula dalam ayat yang lain,  “Siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali Imran: 85) dan  “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” (QS al-Kafirun: 6). Dalam hadits juga dijelaskan “Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tak seorang Yahudi atau Nasrani yang mendengar seruanku, dan sampai mati tidak mengimani ajaran yang aku bawa, kecuali ia bakal masuk Neraka.” (HR Muslim).

ANTARA TOLERANSI DAN PLURALISME (1)

Monday, 26 October 2015



Jika sekarang ini ada kepala negara Islam yang mengirim surat memintai Tony Blair agar masuk Islam tentu dianggap pelecehan dan intoleransi. Bukan hanya karena mustahil Blair sudi, tapi doktrin postmodern dan teologi global ‘mengharamkan’ hal tersebut. Doktrin pluralisme agama melarang menganggap agama lain salah, dan agama sendiri paling benar, karena itu dianggap benih terorisme dan fundamentalisme.[1]

4 RUKUN KEKUFURAN MENURUT IBNUL QAYYIM

Thursday, 15 October 2015



Dalam banyak majelis, sangat sering dibahas tentang rukun iman. Bahkan sudah menjadi kewajiban dalam kurikulum setiap jenjang institusi pendidikan islam. Akan tetapi, jarang diungkapkan hal yang berlawanan dengannya, rukun kufur. Padahal, tidak kalah pentingnya untuk dijelaskan juga kepada ummat, tentang ‘lawan’ dari konsep-konsep dasar agama islam. Jika ada tauhid, lawannya adalah kesyirikan. Harus diperingatkan akan bahayanya, dan kerusakannya. Begitu pula konsep as-sa’adah, al-khayr, al-haq, dan sebagainya.

KRITIK SAINS ATAS TEORI EVOLUSI DARWIN (3)

Tuesday, 13 October 2015


Keenam, kajian antropologi dan arkeologi atau apa yang disebut dengan arkeoantropologi dan paleoantropologi. Bidang yang berhubungan langsung dengan asal-usul berbagai jenis manusia kuno, cara hidup dan pengaruh-pengaruh peninggalan mereka dalam bentuk artifak atau hasil tangan. Secara ringkasnya, secara mendasar tidak terdapat jurang perantara (significant gap) antara daya cipta dan berbudaya berbagai jenis manusia kuno terawal dengan manusia modern sekarang.

6 KRITIK SAINS ATAS TEORI EVOLUSI DARWIN (2)

Sunday, 11 October 2015



Pertama, Michael Behe. Ia adalah seorang Profesor Madya dalam bidang biokomia di Universitas Lehigh di Amerika Serikat dan pengarang Darwin’s Balck Box: The Biochemical Challange to Evolution (New York: Free Press, 1996, 307 Halaman). Ia bertolak dari hak-ikat proses biokomia yang berlaku dalam bermacam fungsi anggota badan manusia, seperti proses biokomia yang berlaku apabila mata melihat sesuatu, apabila darah dari luka yang mengalir menjadi beku, dan seperti pengangkutan bahan-bahan kimia yang berlaku dalam sel-sel kita. Setiap proses ini melibatkan proses timbal-balik. Dan interaksi dinamis yang amat teratur lagi canggih diantara berbagai macam jenis enzim dan protein, serta melibatkan berbagai unit anggota halus dalam sel-sel dalam proses pembekuan darah, dan metabolisme tubuh.[1]

6 KRITIK SAINS ATAS TEORI EVOLUSI DARWIN

Saturday, 10 October 2015



Dalam beberapa postingan sebelumnya, kita telah menyajikan bagaimana lahirnya ilmu sekuler. Salah satu diantara yang dibahas adalah teori evolusi Darwin. Untuk lebih memudahkan pemahaman kita dan sekaligus melengkapi bagaimana posisi teori Darwin, insya allah akan dipaparkan berikut. Lahirnya teori Evolusi Darwin bukan tanpa kritikan. Dalam berbagai sudut pandang, seperti Metafisika, agama, falsafah dan logika maupun dari sudut kajian sains empiris sendiri.

REVOLUSI INTELEKTUAL

Tuesday, 6 October 2015



Tidak ada peradaban yang bisa bangkit kecuali dibangun di atas tradisi ilmu. Tradisi menulis, membaca, menghafal, ceramah dan diskusi menjadi aktivitas sentral dalam struktur sosial masyarakat. Seperti itulah kondisi peradaban Islam yang terbentang dari Baghdad hingga Maroko di abad pertengahan. Masa dimana tradisi ilmu menjadi basis pengembangan masyarakat. Ribuan suffah, ma’had, madrasah, halaqah, kuttab, majlis dan berbagai institusi lainnya menjadi magnet ilmu pengetahuan. Didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru. Dari institusi tersebut, lahir ratusan ulama dan cendekiawan yang menguasai al-Qur’an, hadits dan fiqh dan ilmu-ilmu seperti astronomi, kedokteran, filsafat, dan matematika, dimana mereka mampu memandu dan memberi pencerahan pada umat. Membangun pandangan tauhidi antara dunia dan akhirat.

KONSEP UNIVERSITAS DALAM ISLAM

Monday, 5 October 2015



Urgensi Rumusan Konsep Universitas
Pentingnya pendidikan tinggi secara strategis dan kultural memang tidak ternilai. Sebab, dalam sejarahnya semangat, etos kerja, dan kualitas suatu negara atau kebudayaan bersumber dari dan tercermin dalam institusi-institusi pendidikan tingginya. Ketika menebarkan pengaruh, suatu negara atau kebudayaan mengembangkan kajian-kajian intelektualnya untuk memperkenalkan khazanah dan warisan keilmuwannya. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa masalah yang melanda Dunia Muslim dalam beberapa abad belakangan ini, bersumber dari institusi-institusi pendidikan tinggi mereka, meski tersedianya sumber-sumber material dan keuangan.[1]

WAJAH UNIVERSITAS ISLAM

Sunday, 4 October 2015




Fakta sejarah membuktikan bahwa hampir semua peradaban besar dunia memiliki universitas, meski tidak menggunakan sebutan universitas. Di zaman Yunani Kuno teradapat Akademi Plato, di Cina terdapat Universitas Sang Hsiang, yang kemudian menjadi universitas Taixue dan Gouzijian (254 M), di Persia ada Akademi Gundhishapur dan Harran, di India terdapat Universitas Nalanda dan Ratnagiri (abad ke-5 M), di Syria terdapat Edessa dan monastri-monastri.[1]

5 MODEL ISLAMISASI SAINS (2)

Thursday, 1 October 2015




1.      Sakralisasi
Model sakralisasi sains memandang bahwa sains modern bernilai sekuler dan jauh dari nilai-nilai spiritualitas, sehingga harus diarahkan pada sains yang mempunyai nilai sakral. Ide ini dikembangkan oleh Sayyed Husain Nasr, dan dikembangkan oleh muridnya, Osman Bakar.
Beliau lahir tahun 1933 dan merupakan intelektual asal Iran yang menghasilkan lebih banyak waktunya di Amerika Serikat. S1 jurusan Matematika di MIT, Magister of Science dalam Geologi di Harvard University, 1956. Doktor Sejarah Sains Islam dalam memilih kosmologi sebagai studi desertasinya.[1]

5 MODEL ISLAMISASI SAINS

Monday, 28 September 2015


Ismail Raji Al-Faruqi menyatakan bahwa di abad ini, tidak ada kaum lain yang mengalami kekalahan atau kehinaan seperti yang dialami kaum muslimin-kaum muslimin telah dikalahkan, dibantai, dirampas, negeri dan kekayaannya, dirampas kehidupan dan harapannya. Mereka telah ditipu dijajah, dan diperas ditarik melalui paksaan atau penguasan ke dalam agama-agama lain dan mereka telah disekulerkan, diwesternasasikan, dan dideis-lamisasikan oleh agen-agen musuh mereka di dalam dan di luar dari diri mereka[1].

EPISTEMOLOGI FIQH DAN USHUL FIQH

Tuesday, 22 September 2015



Jika setiap peradaban yang maju menyerap hasil peradaban lain untuk dikembangkan, maka pada hakikatnya, setiap peradaban terpengaruhi oleh aspek-aspek peradaban lain yang pernah bersinggungan dengannya. Akan tetapi,  dalam islam ada produk pemikiran yang lahir tanpa pengaruh dari peradaban yang lain. Produk itu adalah fiqh dan ushul fiqh. Nirwan Syafrin menyebutnya sebagai hasil kreativitas ulama yang sepenuhnya berdasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

VIRUS ILMU PENGETAHUAN

Monday, 21 September 2015




Di antara problem besar yang dihadapi umat Islam di era modern adalah masalah ilmu pengetahuan. Problem rendahnya kinerja keilmuan, menjadikan umat Islam terisolisi hanya menjadi pengikut teori-teori ilmu pengetahuan Barat. Selain itu, problem munculnya Barat sebagai pemimpin ilmu pengetahuan dan teknologi, yang bercorak sekuler membawa virus ilmu pengetahuan seperti materialisme[1], Ateisme, naturalisme, saintisme, positivisme dan sejenisnya. Oleh karena itu, penataan kembali kinerja keilmuwan dalam bingka agama menjadi sangat mendesak.

KONSEP EPISTEMOLOGI ISLAM

Saturday, 19 September 2015



“Semua agama benar, semua agama sama, karena sama-sama mengajarkan kebaikan.”
“Tuhan semua agama pada hakikatnya adalah sama, jalan untuk menempuhnya saja yang berbeda.”
“Orang-orang dengan agamanya masing-masing, semua akan masuk syurga yang penting mereka berbuat baik.”

5 ISTILAH AGAMA YANG TELAH BERUBAH MAKNA MENURUT AL-GHAZALI

Friday, 18 September 2015



Sesungguhnya Kerusakan Umat disebabkan oleh Kerusakan Penguasan, dan Kerusakan Penguasa disebabkan oleh Kerusakan Ulama. Dan Kerusakan Ulama disebabkan oleh Cinta Dunia dan Kedudukan
(Imam al-Ghazali)
  

TRANSMIGRASI DAN NATURALISASI ILMU (2)

Tuesday, 15 September 2015



Dari Yunani ke Islam
Transmigrasi Ilmu, menjadi pintu terjadinya Naturalisasi Ilmu. Transmigrasi ilmu yang paling efektif adalah penerjemahan karya-karya ilmuwan dan filosof di mana Peradaban itu berkembang. Seperti yang terjadi ketika Alexandria,  yang menjadi pusat pengembangan keilmuwan Romawi bercorak Helenisme jatuh dalam kekuasaan umat Islam. Aktivitas pengalihan bahasa dari buku-buku karya Aristoteles, Socrates, Plato dan lain-lain dimulai. Ilmu-ilmu logika, tata moral, filsafat alam, serta kedokteran mulai mengalir ke jantung Kekhilafahan Umat Islam di Baghdad (masa Abbasiyah). Mata air ilmu memancar dan selanjutnya menyebar dalam urat nadi ilmu pengetahuan umat islam.

TRANSMIGRASI DAN NATURALISASI ILMU

Monday, 14 September 2015




Agaknya dalam penelusuran sejarah (yang Euro-centric), Thales disebutkan sebagai orang yang pertama kali berfilsafat dan Socrates dianggap sebagai orang yang paling pertama menurunkan filsafat dari langit ke bumi (man anzala a-falaasifah min as-samaa’ ila al-ardh) sebab ia adalah orang yang membantah sofisme yang menyatakan bahwa kebenaran tidak mungkin bisa diketahui. Pemikiran yang maju melampaui zamannya dimulai dari sana. Serta kemajuan peradaban hari ini mengambil banyak sumbangsih pemikiran filsafat Yunani Kuno.

KELAHIRAN ILMU DAN PERADABAN

Sunday, 13 September 2015


Advanced studies - di Perguruan Tinggi - sebagai kelanjutan dari kajian dasar-dasar ilmu mengarah pada diferensiasi. Kajian tersebut selalu melihat objek material dari ilmu tersebut secara komprehensif. Dalam astronomi, misalnya. Kita akan melihat planet, bintang dan benda-benda angkasa lain sebagai sebuah anggota dari sistem alam semesta.

KONSEP ILMU DALAM ISLAM (Bag.2-Habis)

Thursday, 10 September 2015


Franz Rosenthal, dalam Knowledge Triumphant; The Knowledge in Medieval Islam, menyimpulkan penelusurannya terhadap defenisi Ilmu, dengan menyebutkan beberapa ‘takrif’ berikut:
a.     Pengetahuan adalah proses mengetahui dan serupa dengan orang yang berpengetahuan dan yang diketahui, atau ia adalah atribut yang memungkinkan orang yang berpengetahuan tahu. [1]
b.      Pengetahuan adalah pengenalan (ma’rifah).[2]
c.       Pengetahuan adalah proses "pemerolehan" melalui persepsi mental.[3]
d.   Pengetahuan adalah proses klarifikasi, pernyataan, dan keputusan (bay-yana, mayyaza, ath-bata)[4]
e.   Pengetahuan adalah bentuk (sûrah), sebuah konsep atau makna (ma’na), sebuah proses pembentukan mental dan imajinasi (tashawwur atau "persepsi") dan  atau verifikasi mental (tashdîq atau "apersepsi").[5]
f.        Pengetahuan adalah keyakinan.[6]
g.      Pengetahuan adalah zikir, imajinasi, gambar, visi, pendapat.[7]

KONSEP ILMU DALAM ISLAM (Bag-1)

Wednesday, 9 September 2015




Saya lahir dan dibesarkan di sebuah kampung. Setelah menamatkan Sekolah Menengah, Saya melanjutkan pendidikan di kota. Ada dua hal yang menarik setelah melihat bagaimana pemahaman dan praktik keagamaan dua jenis daerah dengan iklim kultur yang berbeda tersebut. Kultur di Desa, sangat kental bercorak mistisme dan sufisme. Masih banyak keyakinan yang sangat erat kaitannya dengan kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan alam dan ketidakberdayaan manusia atas alam. Sehingga muncul Pamali[1]. Berbeda halnya di daerah perkotaan. Kawasan elite, terbuka dan bebas menyebabkan informasi sangat mudah diakses dan menyebar. Akan tetapi dalam pandangan keagamaan, justru banyak yang melampau ‘porsi’ (ghuluw). Hal itu bisa dibuktikan dari kajian-kajian orientalisme yang masuk sebagai pendekatan dalam menjelaskan al-Qur’an dan Sunnah. Tafsir hermeneutika[2], Positivisme Sosiologis, Relativisme dan paham yang sejenisnya banyak menggerogoti pemikiran para intelektual.

PROBLEM NETRALITAS ILMU (Bag. 2 - Habis)

Sunday, 6 September 2015


Problem Objektivitas
Salah satu hal yang penting untuk didiskusikan adalah masalah objektivitas. Hasil penelitian sains dikatakan objektif, yang berarti “mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi”.[1] Artinya, objektif adalah sesuai keadaan yang sebenarnya, tanpa ada pelibatan unsur pandangan pribadi pengamat. Objektif adalah lawan dari subjektif. Kaidah ini lahir dari positivisme Comte. Dimana ia memberi jarak antara fakta dan nilai. Menurutnya, pengetahuan yang murni harus lahir dari pengamatan tanpa melibatkan nilai dan pandangan-pandangan subjektif peneliti. Akan tetapi mungkinkah itu terjadi ?. Jika seseorang meneliti kondisi sosial masyarakat, maka untuk objektif, ia harus masuk menjadi anggota masyarakat tersebut. Akan tetapi, pendapat lain mengatakan, justru untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti tidak boleh masuk dan mengkondisikan diri dalam masyarakat sebab ia akan terpengaruh dengan pandangan-pandangan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

PROBLEM NETRALITAS ILMU (Bag.1)


Prof. Wan Daud seperti yang dikuti Prof A.M. Saefuddin dalam buku ‘Islamisasi Sains dan Kampus’ menyatakan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi umat islam saat ini adalah problem ilmu pengetahuan. Sebabnya. Peradaban barat yang kini mendominasi telah menjadikan ilmu sebagai hal yang problematis. Selain telah mengosongkan ilmu dari agama, konsep ilmu dalam peradaban Barat juga telah menlenyapkan wahyu sebagai sumber ilmu, menghilangkan nilai-nilai kesucian ‘wujud’, mereduksi intelek dan menjadikan rasio sebagai basis keilmuwan. Barat juga telah menyalah-lahami konsep ilmu, mengaburkan maksud dan tujuan ilmu sebenarnya, menjadikan keraguan dan dugaan sebagai metodologi ilmiah. Teori ilmu yang telah berkembang di Barat termanisfestasikan dalam berbagai aliran seperti rasionalisme, empirisisme, skeptisisme, agnotisme, positivisme, objektivisme, subjektivisme, dan relatifsme. Aliran-aliran semacam ini setidaknya berimplikasi pada sejumlah hal. Pertama, menegasikan dan memutuskan relasi manusia dengan alam metafisika, mengosongkan manusia dari kehidupannya dari unsur-unsur dan nilai transenden serta mempertuhankan manusia. Kedua, melahirkan dualisme. Manusia dibuat terjebak dalam dualisme dunia-akhirat, agama-sains, tekstual-kontekstual, akal-wahyu, objektif-subjektif, induktif-deduktif dan lain-lain. Ini mengakibatkan manusia sebagai makhluk yang terbelah jiwanya.[1]

MASALAH ILMU SEKULER

Friday, 4 September 2015



 “Bu, siapa sebenarnya manusia pertama, Nabi Adam atau Kera ?.” Tanya seorang siswa saat mata pelajaran Biologi.
“Sudah!, kalian pelajari saja. Yang jelas kalian tahu bahwa menurut sains manusia pertama itu dari kera, sedangkan menurut agama, adalah Nabi Adam”, Kata sang Guru.

TRAGEDI PERADABAN BARAT (Bag 2 - Habis)

Wednesday, 2 September 2015




Sejak lahirnya periode pencerahan (enlighment) di Eropa, yang dimulai dari abad 17 sampai dengan 19, bersamaan dengan timbulnya rasionalisme, empirisisme, pertumbuhan teknologi dan ilmu pengetahuan di Barat, para filosof Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman sebenarnya telah meramalkan terjadinya krisis.[1] Jacques Maritain (182-1973), seorang filosof Kristen yang sangat berpengaruh dan dianggap oleh golongan Kristen sebagai filosof terkemuka abad ini, melukiskan bagaimana Kristen dan Dunia Barat sedang mengalami krisis yang sangat mengkhawatirkan. Krisis yang membawa dampak terjadinya peristiwa-peristiwa masa kini yang sumbernya berasal dari pengalaman, pemahaman dan pemaknaan kehidupan dalam peradaban perkotaan, seperti tercermin dalam tren pemikiran neo-modernisme.[2]

TRAGEDI PERADABAN BARAT (Bag-1)

Tuesday, 1 September 2015



Abu Adlan Faatih


Setidaknya, untuk mengetahui bagaimana peradaban Barat, kita harus menemukan akar sejarah genetis yang paling berpengaruh dalam membentuk struktur sosialnya. Dr. Nirwan Syafrin menyebutkan bahwa, Peradaban Barat adalah Peradaban Filsafat. Tradisi keilmuwan yang berkembang adalah tradisi intelektual yang terbangun dengan dialektika spekulasi antara para filsufnya. Menurut Prof. Ahmad Tafsir, kita bisa membagi tradisi Filsafat Barat ke dalam empat bagian. Masa Yunani Kuno (Ancient Greek), masa abad Tengah (Medieval Ages), masa modern (Modern Ages), dan pasca modern (Post-Modern).

ISLAM(ISASI) NUSANTARA

Monday, 31 August 2015



Menurut KH Yahya Cholil Staquf, dalam tulisannya “Nusantara dalam rangkulan Islam” di situs islamnusantara.com, Nusantara disitilahkan untuk menggambarkan kepulauan Indonesia yang merentang di wilayah tropis dari Sumatra di bagian barat sampai Papua di bagian timur.  Kata “nusantara” menurutnya, pertama kali muncul dalam susastra Jawa di abad ke 14 M, yang merujuk pada rangkaian pulau-pulau yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Kata “nusantara” sendiri adalah kata benda majemuk yang berasal dari bahasa Jawa Kuna : nusa (pulau) dan antara (terletak di seberang). Dalam kitab “Negarakertagama” yang ditulis sekitar tahun 1365 M, Empu Prapanca – seorang penulis sekaligus pendeta Budhha – menggambarkan wilayah penyusun Nusantara, dengan memasukkan sebagian besar pulau-pulau dalam wilayah Indonesia modern (Sumatra, Jawa, Bali, Kepulauan Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi, sebagian dari Maluku dan Papua Barat), ditambah wilayah lain yang cukup luas yang saat ini menjadi daerah kekuasaan Malaysia, Singapura, Brunei, dan bagian selatan Filipina. Pada 2010, menurut data Biro Pusat Statistik, wilayah Indonesia sekarang terdiri dari 1.340 kelompok etnik, dengan 2.500 bahasa dan dialek yang berbeda.

SUMBER ILMU MENURUT BARAT DAN ISLAM

Thursday, 27 August 2015



Salah satu potensi yang Allah anugerahkan kepada manusia adalah rasa ingin tahu. Rasa tersebutlah yang mendorongnya untuk berpikir, melakukan penelitian dan menemukan hal-hal baru. Hal itu juga seiring dengan perintah untuk melakukan penelitian dan penyelidikan terhadap diri manusia dan alam sekitarnya. Allah SWT menyebutkan,
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al-Ankabut: 20).

MOHAMMAD NATSIR, ULAMA NEGARAWAN PENCETUS NKRI

Tuesday, 25 August 2015


KEPADA SAUDARAKU M. NATSIR[1]

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi

Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi

Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu……!

(Puisi yang ditulis oleh Prof. Hamka secara khusus untuk Pak Natsir,  13 Nov 1957 setelah mendengar uraian pidato Pak Natsir dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan islam sebagai dasar negara RI )

KESATUAN ILMU DAN IMAN

Monday, 24 August 2015

 


“Apakah kamu yakin bahwa Tuhan itu ada?”, kata seorang pemateri.
“Yakin”, jawab kami serentak.
“Apa buktinya ?”. Pemateri bertanya kembali.
“Ya… adanya langit, bumi, bintang, dan kita semua. Karena kita adalah ciptaannya”, jawab kami kembali.
“Kenapa kalian bisa yakin bahwa yang menciptakan itu adalah Tuhan ?. Kan bisa saja itu tercipta dengan sendirinya. Tidak ada bukti yang jelas itu diciptakan oleh Tuhan”. Kata pemateri kembali menyudutkan.

KRITIK ATAS ‘PARADIGMA ILMIAH’

Saturday, 22 August 2015



                                                               
Pada tulisan yang lalu kita menyatakan bahwa chaos yang terjadi dalam kondisi perdaban dunia hari ini disebabkan oleh kesalahan paradigma. Hal itu bisa dilihat dari pendapat Prof. Ahmad Tafsir dalam buku Filsafat Umum-nya.
Beliau menyatakan bahwa, dari analisis filsafat dan sejarah kebudayaan kita mengetahui bahwa budaya barat disusun dengan menggunakan hanya satu paradigma, yaitu paradigma sains (scientific paradigm). Paradigma ini disusun berdasarkan warisan Descartes dan Newton. Warisan dua tokoh ini merupakan inti pembahasan buku Capra. Ia menyatakan abhwa paradigm yang diturunkan dari Cartesian dan Newtonian itulah yang menghasilkan paradigm yang digunakan dalam mendesain budaya barat sekarang. Kesalahan terjadi karena paradigm itu tidak melihat alam dan kehidupan ini secara utuh menyeluruh (whole-ness), paradigm itu hanya melihat alam ini pada bagian yang empiriknya saja.[1]

SAINS BERBASIS TAUHID

Thursday, 20 August 2015




Dalam satu kuliahnya, Dr. Abbas Mansur Tamam menjelaskan bagaimana respon intelektual muslim menghadapi hegemoni ilmu yang lahir dari peradaban barat. Bahwa antara Islam dan barat ada demarkasi sistem keilmuwan yang berbeda terkait dengan filosofi, pandangan dan kebudayaan yang melahirkan ilmu pengetahuan.
Dalam buku The Postmodern Condition: a Report on Knowledge yang ditulis Jean Francis Lyotard, mengungkapakan pemikirannya tentang kedudukan ilmu pengetahuan pada abad ini, khususnya tentang cara ilmu diabsahkan melalui “naratif besar” (grand narrative) seperti kebebasan, kemajuan dan emansipasi. Naratif besar menurutnya telah mengalami nasib yang sama dengan naratif-naratif besar sebelumnya seperti agama, negara bangsa, dan kepercayaan tentang keunggulan barat. Dengan kata lain, dalam abad ilmiah ini, naratif-naratif besar itu dipersoalkan tentang peranan dan tahap keshahihannya[1].

TAUHID; ASAS PERADABAN ISLAM

Tuesday, 18 August 2015


Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. 
(QS. An-Nur: 55)

Islam yang diturunkan sebagai dÊn, sejatinya telah memiliki konsep seminalnya sebagai peradaban. Sebab kata dÊn itu sendiri telah membawa makna keberhutangan, susunan kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintah yang adil.[1] Artinya dalam istilah dÊn itu tersembunyi suatu sistem kehidupan. Oleh sebab itu ketika dÊn (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama MadÊnah.[2] Dari akar kata dÊn dan MadÊnah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.[3]

ALHAMDULILLAH, PARADE TAUHID BERHASIL SATUKAN UMAT

Sunday, 16 August 2015


Al-Qolam(16/815)-Dalam tulisan yang sebelumnya, Penulis telah mengungkapkan ada tiga alasan, mengapa #ParadeTauhid harus didukung. Sebenarnya, pelaksanaan Parade ini bukanlah hal yang mudah. Sebab telah banyak beredar isu yang menyebutkan bahwa Parade tauhid tidak boleh diikuti. Entah alasan bid’ah, bergabung dengan harakiyyin hizbiyyin, tasyabbuh bil kufffar, memperingati ulang tahun dan lain-lain.
Akan tetapi, Alhamdulillah di atas semua itu, Parade tauhid berhasil dilaksanakan. Bahkan di luar dugaan. Jumlah peserta yang awalnya hanya diprediksi ribuan meledak menjadi ratusan ribu, kata Ust. Haikal Hasan selaku Ketua Panitia.

3 ALASAN, MENGAPA KAMI IKUT PARADE TAUHID (Bag.3 - Habis)

Friday, 14 August 2015


Framework negara dan agama menjadi satu, tidak lagi dikotomis. Karena mereka adalah umat islam yang sedang berada dalam aturan politik negara Indonesia. Hingga perjuangan menegakkan syariat Islam, bukan hal mustahil dilakukan dengan cara yang benar tanpa ada mudharat.
Bersamaan dengan itu, upaya impor ideologi Iran yang telah tertuang dalam grand strategi mensyiah-kan dunia sudah masuk dalam dinamika politik bangsa. Sehingga umat islam di Indonesia sadar, bahwa musuh mereka bukanlah satu. Ada yang datang dari luar berupa antek asing, ada pula yang datang dari dalam. Mengaku Islam, tapi membenci perjuangan sahabat memperjuangkan Islam. Ya, Ideologi Syiah. Kesadaran tentang gerakan Syiah tertuang dan diungkapkan oleh Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin dalam buku beliau, “Agenda Politik Syiah”.

 

Iklan Buku

Blog Archive

Followers

Bincang-Bincang