Cari

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN

Sunday 30 March 2014





Potongan-5

Apa yang Harus Dikerjakan
Saya tidak akan berbicara banyak tentang bagaimana merealisasikannya. Saya berikan tantangan ini kepada para aktivis dakwah untuk berpikir, dan bekerja dalam mewujudkannya. Karena seperti itulah aktivis. Ia punya dua potensi itu serta daya dobrak untuk perubahan.
1.       Perkuat 3 Basis Utama sebagai Core Player
a.    Murabbi
b.   Pengurus
c.    Kader
Kata kuncinya, pengembangan kualitas. Tujuannya, Murabbi punya kepribadian Murabbi sejati. Halaqahnya harus produktif.
Satu stressing, bahwa kekurangan kita adalah membatasi pelatihan dengan ceramah dan muhadharah. Padalah harus kita bedakan, yang mana majelis menuntut ilmu, dan yang mana majelis pengembangan kepribadian. Jika suatu saat kita mendapati anggota tidak mampu mengerjakan, maka jangan salahkan mereka karena kita hanya memberi motivasi, bukan melatih (train). Kita paham bahwa bertambahnya ilmu akan merubah cara pandang. Berubahnya cara pandang akan merubah perilaku. Tapi semua itu tidak akan teruji sebelum angota tubuhnya meresakan secara langsung (kinestetik). Itu berarti bahwa, pelatihan harus dikembangkan menjadi betul-betul pelatihan. Diantara kekurangan yang lain adalah terlalu membatasi makna ilmu dengan ilmu syar’i. Mungkin dengan alasan perkataan ulma, bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah kalamullah, kalamurrasul, dan kalamu ash-shahabah. Selain itu bukan ilmu. Lalu apakan dengan alasan itu kita tidak perlu lagi belajar ilmu umum, karena dia bukan ilmu. Apakah kita tidak perlu lagi belajar manajerial dan keorganisasian jika itu bukan ilmu. 

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN




Potongan-4


Bagian 2- Risalah Madinah
                Setelah 13 Tahun membina iman, maka fase selanjutnya adalah membangun kekuatan ijtima’ (masyarakat). Memperkuat basis sosial untuk melakukan visi jihad dan perjuangan. Di bagian ke-2 ini saya wasiatkan kepada mereka yang berusaha untuk mengikuti perjuangan para Rusul dan Anbiya’.

1.    Bangun Kepribadian
Menjadi calon pemimpin dakwah bukanlah hal yang mudah. Ia butuh konsentrasi. Karena dakwah sama halnya dengan memimpin sebuah perusahaan. Butuh kemampuan manajerial. Tidak akan berkembang tanpa pembelajaran terus-menerus (long life education). Dan seorang pembelajar sejati bukan hanya mengambil pelajaran saat ia di kelas, sekolah, atau majelis. Tapi ia mampu menciptakan sendiri setiap momentum belajarnya. Setiap yang terjadi di sekeliling kita mengandung arti dan makna, kata seorang pemateri Training[1]. Karena itu kalau orang-orang syiah mengatakan, setiap tanah adalah Karbala, dan setiap setiap hari adalah Asyura, maka bagi seorang pembelajar sejati, setiap kejadian adalah pelajaran dan setiap hari adalah pembelajaran.
Seorang yang menjadi pelaku dakwah, hanya akan mampu mengemban dakwah dengan kapasitas kepemimpinan yang tangguh. Mereka punya optimisme. Daya juang. Hirs (semangat). Visi dan tujuan yang jelas. Kemampuan mengorganisir. Fikrah dan pemahaman yang mendalam. Memiliki wawasan yang luas serta kepribadian yang mapan.
Dan semua itu, hanya dapat dicapai jika tidak menutup diri untuk belajar. Membuka diri untuk hal-hal yang baru. Serta gigih memegang hal yang prinsip dalam manhaj dan sistem gerakan.
Dakwah tidak bisa dipikul oleh orang-orang yang selalu putus asa dalam amal. Tidak punya tekad. Tidak punya visi yang jelas atau hanya sekedar ikut-ikutan. Para pejuang harus punya multi-kepribadian. Dapat diterima oleh seluruh lapisan mad’unya.
Zaman selalu memiliki tantangan yang berbeda. Jika dulu dakwah menghadapi invasi pemikiran Filsafat helenisme (Yunani), sekarang yang dihadapi adalah tantangan dari dalam -yang mengaku- islam sendiri seperti syiah dan aliran sesat lainnya. 

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN





Potongan-3      

                   Dengarkanlah pesan Murabbi,
Syukurilah apa yang ada disisimu. Dan bersyukur pula untuk setiap hal yang belum kita dapatkan. Karena allah sekiranya semua hal sudah kita dapatkan, apa lagi yang kita akan cari!. Bangunlah jembatan harapan di atas sungai keputus-asaan. Dan ingatlah, bahwa sekiranya hujan adalah kesedihan dan mentari adalah kebahagiaan, maka kita membutuhkan matahari dan hujan untuk membuat pelangi kehidupan. Karena itu lakukan-lah apa yang engkau bisa perbuat, niscaya Allah akan memaafkan apa yang engkau tidak bisa perbuat.[1]
                Telah terlihat fajar kemenangan islam. Dan sudah menjadi sunnatullah, bahwa gerakan islam tidak akan bisa dipadamkan. Bagaimana pun beratnya ujian dan cobaan yang menimpa umat ini. Itu karena,  Allah hendak memilih diantara hamba-hamba terbaiknya dengan ujian. Allah ingin melihat siapa yang memang pantas untuk hidup dalam naungan islam dan jalan perjuangan. Allah ta’ala hendak untuk membersihkan shaf kaum mu’min dari orang-orang lemah, munafiq dan tidak punya daya juang. Hingga yang tersisa  adalah manusia-manusia berkualitas. Pilihan dari manusia-manusia terbaik di zamannya. Paling bersih hatinya. Paling lurus niatnya. Paling kokoh tekadnya. Paling kuat fikrah dan manhajnya. Mereka itulah generasi sahabat. Perhatikanlah perkataan Sayyid Quthd, “apakah engkau tidak melihat bagaimana seorang komandan menyiapkan tentaranya agar mendapat kemenangan ?. apakah karena cintanya, ia akan meringankan latihan ?. atau Karena sayangnya, Ia perberat latihan sesuai dengan medan pertempuran ?. Jawabannya tidak !. Untuk memperoleh kemenangan, pasukannya harus menempuh beratnya latihan, karena medan sesungguhnya, jauh lebih berat.

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN



  

Potongan-2

2.    Jangan Pernah Main Hitung-Hitungan!
                Agama, dan bangsa ini tidak akan merdeka dari penjajahan syirik dan kejahiliahan sebelum ada segolongan dari penduduknya yang beramar makruf dan bernahi munkar dan berani untuk member  dan gembira ketika mereka syahid. Kehilangan suami dan anak-anaknya. Terbakar ruamahnya. Hilang pekerjaannya. Demi ketinggian aqidah tauhid. Al-Mujaahidu, man qatala litakuuna kalimatullahi hiya al-‘ulya. Mereka bekerja tanpa melihat manusia. Mereka beramal karena kebenaran, dan keyakinan tauhid. Dan sebelum bangsa ini merdeka, ia telah dimerdekakan oleh para pejuang dari kelemahan dan kesyirikan.
                Perhatikan bagaimana Pangeran dipenogoro mampu menggerakkan dukungan 200ribu rakyat jawa bersamanya melawan penjajah Belanda. Sementara saat itu ia telah terusir dari keraton Yogya. Yang dengan terang-terangan di depan Jenderal De Cock ingin mendirikan kerajaan di tanah Jawa. Perhatikan Tunaku Imam Bonjol yang ingin membentuk masyarakat minangkabau dengan adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah. Perhatikan bagaimana Sultan Hasanuddin yang yang pernah mengirim surat kepada Jenderal Speelman : Lautan luas ini adalah anugerah Ilahi bagi manusia, maka janganlah hendak tuan kuasai sendiri. Siapa yang tidak mengenal Pahlawan Raja Aji yang tewas di pantai Malaka sedang tangan kirinya kitab Dalailul Khairat, dan Badik Bugis di Tangan kanannya ![1]. dan Perhatikan pula Dr. Mohammad Natsir, seorang ulama Indonesia yang menguasai tujuh bahasa dunia dan menulis kitab Bahasa Arab yang dipelajari di Mesir !. Perhatikan pula perkataan KH. Zainal Mustofa yang menjawab saat ditanya KH Isa Anshary saat dibui. Mengapa Kiai memerangi Jepang ?. “Bukankah Jepang itu Majusi ?”, jawab beliau. Begitu pula Sentot alibasah  Prawirodirdjo yang harus dibuang ke Bangkahulu setelah tertangkap Penjajah[2].

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN[1] Catatan Kecil, untuk Sebuah Gerakan Kebangkitan




 Potongan-1


Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan iman ke dalam hati orang-orang beriman. Mengumpulkan rasa takut dan harap dalam setiap ibadah. Dialah yang awal, dan yang akhir. Yang dzahir dan yang batin. Segala urusan bergantung hanya kepada-Nya.
Maha mulia Allah yang telah mengutus nabi dan rasul, menurunkan kitab dan mensyariatkan islam Untuk membimbing manusia ilaa sabiili ar-rasyaad.
Segala puji untuk allah yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Mengirimkan hujan dan memperjalankan angin sebagai tanda-tanda keagungan dan kemuliaa-Nya. Menghinakan dan memuliakan manusia. Mengazab sebagiannya dan merahmati sebagian yang lain. Menenggelamkan suatu kaum dengan hujan, mengadzab dengan batu, melindungi dengan batu. Menyelamatkan dari api, dan membelah lautan. Menghidupkan yang mati, dan membuat kelu lidah para sastrawan dengan mukjizat-mukjizat utusan-Nya….

                Kepada kalian, generasi penerus dakwah yang hendak memancangkan panji-panji tauhid. Mewarisi kerja para Nabi dan rasul, para manusia terbaik. Menjejaki langkah para penuntut ilmu di di lorong-lorong waktu. Serta menjadi penerus teladan khalifah. Zuhud, cinta, dan pengorbanannya untuk din. Untukmu aku tuliskan risalah ini.

Bagian 1- Risalah Makkah
                Diantara keberhasilan Rasulullah SAW, adalah keberhasilan membangun angkatan pejuang dengan tarbiyah imaniyah. Hingga kita dapatkan satu generasi terbaik di zaman beliau adalah generasi yang memiliki kualitas untuk menanggung beban. Potensi mereka melampaui jasadnya. Ia adalah budak, namun merdeka disisi tuhannya. Ia adalah wanita, namun tegar karena iman. Ia adalah anak-anak, namun keberaniannya, melampaui jasadnya yang masih belia. Umurnya sudah tua-renta namun menjadi prajurit dalam armada laut ekspansi jihad di daratan konstantinopel.

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang