Cari

UJIAN KEIMANAN

Tuesday 26 June 2012




Abu Fath el_Faatih

Nabi Ibrahim As ketika dilemparkan oleh pasukan Raja Namrud ke dalam api, didatangi oleh malaikat jibril as. Ia datang kepada beliau memberikan sebuah tawaran pertolongan. Beliau dilemparkan dengan sebuah pelontar besar. Pelontar itu ditarik oleh beberapa orang, dan dilepaskan secara bersamaan, sehingga nabi Ibrahim melambung menuju kumpulan kayu yang tengah berkobar. Di atas udara terjadi percakapan beliau bersama Jibril As.
“Maukah engkau mendapatkan pertolongan wahai Ibrahim ?”, kata malaikat jibril. “Ya, tentu saya butuh pertolongan”, kata beliau dengan tenang. “Akan tetapi jika pertolongan itu darimu, saya tidak membutuhkannya”, tandas nabi Ibrahim as. Beliaupun membaca, “Hasbunallah wa ni’mal wakiil, walaa haula walaa quwwata illah billah”. “Cukuplah allah bagiku, dan sebagai penolongku, wa tidak ada daya dan upaya kecuali dari-Nya”, seraya Nabi Ibrahim berdoa mengangkat tangannya.
-----------------------
Penggalan kisah di atas menjadi sebuah pelajaran bagi kita bagaimana tawakkal serta penyerahan diri yang sempurna dari seorang Bapak Tauhid, nabiullah-khalilullah Ibrahim as. Di saat-saat yang sempit, penuh dengan tekanan. Saat seakan tidak ada lagi tempat meminta perlindungan, masih saja Nabi Ibrahim as mengingat allah. Menjadikan-Nya sebagai sandaran akan apa yang terjadi terhadap diri beliau. Saat itu adalah masa sulit, dan merupakan ujian yang berat. Namun karena kesempurnaan keimanan dan tawakkal dari nabi Ibrahim As, beliau diselamatkan oleh Allah dari Bara Api yang menyengat.
Di dalam bara itu, Allah azza wa jalla berfirman, “Kunii bardan wa salaman ‘alaa Ibrahim”, “wahai api, dinginlah dan menjadi keselamatanlah Bagi Ibrahim” (QS Al-Anbiya:69). Maka api api yang menyala setinggi bukit itu tidak melukai tubuh nabi Ibrahim as secuil pun dari kulit beliau, Sedikit pun beliau tidak merasakan panas. Justru malah api itu menjadi dingin, dan selamatlah Ibrahim dari keangkuhan Raja Namrud yang dzalim.
---------------------
Kehidupan ini pada hakikatnya adalah ujian keimanan. Cobaan, atau fitnah adalah sebuah kemestian. Namun dengan ujian itu, kualitas keimanan seorang hamba akan dilihat oleh allah azza wa jalla. Dalam al-qur’an allah swt menegaskan :
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”(QS Al-Ankabut:2)

KERUSAKAN AKHLAK; BENCANA DAHSYAT YANG TERLUPAKAN

Wednesday 6 June 2012


                                                           

Baru-baru ini peristiwa jatuhnya Pesawat Sukhoi SJ 100 di Gunung Salak, Jawa Barat menjadi misteri bagi bangsa Indonesia. Seharusnya peristiwa nahas itu tidak terjadi, pasalnya Sukhoui SJ 100 adalah termasuk diantara pesawat canggih buatan Rusia. Sukhoui Superjet 100 (SSJ 100) merupakan pesawat yang dikembangkan untuk tujuan sipil pasca runtuhnya Uni Soviet. Pesawat ini dikenal sebagai pesawat regional yang bersaing dengan kaliber Pesawat Bombardier (Kanada), Embraer E-Jet (Brazil), dan  Antonov An-148 (Ukraina).
Para penumpang  yang menjadi korban dalam laporan majalah Detik edisi 24 (14 Mei 2012), sekitar 47 orang dari beberapa perusahaan penerbangan, wartawan, dan Sky Aviation. Diantaranya Alexander Yablontsev [Pilot], Alexander Konchetkov [Kopilot], Oleg Shetsov [Navigator Aero], Aleksey Kirkin [Teknisi Pesawat], Gatot Purwoko (Airfast), Peter Adler (Sriwijaya), Herman Suladji (Air Maleo), Donardi Rahman (Aviastar),  Anton Daryanto (Indonesia Air Transport) dan beberapa orang lainnya.
Dari tragedi ini, Indonesia kembali bersedih. Kita patut menunjukkan rasa iba. Peristiwa ini kembali menambah satu ‘titik buram’ dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia.
Peristiwa di atas adalah sebuah bencana. Sebuah ujian atau mungkin peringatan bagi bangsa kita. Peringatan dari demikian banyak pelanggaran dan  kedzhaliman yang terjadi. Peristiwa ini tidak dapat ditolak. Ia adalah sebuah ketentuan dan ketetapan dari yang Maha Menetapkan. Setelahnya, hanya bisa dimunajatkan doa kepada para korban agar meninggal dalam keadaan diridhai oleh Allah, dan bagi keluarga mereka untuk diberi ketabahan. Selain itu, sepatutnya diambil hikmah dan pelajaran agar lebih berhati-hati dalam hal yang serupa.

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang