Cari

MEMBANGUN KETAHANAN NASIONAL

Wednesday 19 November 2014



Abu Adlan Faatih


Dalam orientasi dan Pembekalan Peserta Program Kaderisasi Ulama DDII-BAZNAS di Ciawi, Bogor, KH Syuhada Bahri menuturkan bahwa, “ada empat orang penggagas Organisasi Kesatuan Islam (OKI) dari beberapa negara Islam. Raja Faishal dan Syaikh Bin Baz dari Saudi Arabia, Abu Hasan An-Nadawi dari India, dan Abul A’la al-Maududi di Pakistan, dan Dr. Mohammad Natsir, dari Indonesia”. Saya merasa terkejut, bahwa ternyata seorang tokoh dunia yang sudah berpikir bagaiamana mengembangkan dan mempersatukan dakwah Islam di tingkat dunia sudah diinisiasi oleh Dr. Mohammad Natsir. Dan ternyata jika ditelusuri, seorang tokoh Mohammad Natsir, tentu tidak lahir begitu saja. Proses itu sudah dimulai dari masuknya Islam di Indonesia. Abad ketujuh Masehi, dalam teori yang dikemukakan HAMKA.

3 EPISODE TAUHID (2-Habis)

Wednesday 22 October 2014



Memanfaatkan Momentum
Penduduk Babilonia memiliki tradisi, setiap tahunnya mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai hari keramat. Berkemah dan membawa perbekalan untuk beberapa hari. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu.
"Inilah dia kesempatan yang kunantikan." kata hati Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Dihancurkannya patung-patung dengan kapak yang berada di tangannya. Dan beliau meningglkan Patung yang besar secara utuh. Pada lehernya, Ibrahim mengalungkan kapak.

3 EPISODE TAUHID (1)

Friday 3 October 2014



Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).    (QS : An-Nahl : 120)

Ibrahim ‘Alalihissalam, sosok teladan yang sempurna, Bapak para Nabi sekaligus Khalilurrahman (Kekasih Ar-Rahman). Allah berulang kali memujinya dalam Al-Qur’an dan menyatakan Nabi Ibrahim sebagai orang yang tidak mempersekutukan Allah, orang yang bersyukur, orang pilihan Allah, dan telah ditunjuki jalan yang lurus, diberi kebaikan di dunia, serta termasuk orang shaleh di akhirat kelak (surah Al-Baqarah, An-Nahl, Maryam, dll). Bahkan dalam Al-Qur’an Allah bersabda “Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim (QS : Asy-Syuaraa: 69)”. Menunjukkan bahwa dalam setiap episode kisah yang telah Allah dan RasulNya ceritakan tentang Nabi Ibrahim selalu mengandung hikmah besar yang dapat dijadikan ibrah dalam kehidupan manusia.

SEKULARISME DAN PENGARUHNYA

Sunday 24 August 2014



Banyak cendekiawan merumuskan bahwa agama merupakan unsur pokok dalam suatu peradaban (civilization). Agama, kata mereka, adalah faktor terpenting yang menentukan karakteristik suatu peradaban. Sebab itu, Bernard Lewis, menyebut peradaban Barat  dengan sebutan “Christian Civilization”, dengan unsur utama agama Kristen. Samuel P. Huntington juga menulis: “Religion is a central defining characteristic of civilizations.” Menurut Christopher Dawson, “The great religions are the foundations of which the great civilizations rest.” Di antara empat peradaban besar yang masih eksis – Islam, Barat, India, dan Cina, menurut Huntington, terkait dengan agama Islam, Kristen, Hindu, dan Konghucu[1].
Dalam tradisi peradaban Mesir Kuno, agama menempati peranan yang sangat penting: “Religion was omnipresent in Egyptian life and accounted for the outstanding achievements of Egyptian civilization. Religious beliefs were the basis of Egyptian art, medicine, astronomy,literature, and government[2].
Berangkat dari pentingnya peranan agama dalam suatu peradaban, tanda-tanda kehancuran suatu peradaban dapat dilihat sejauh mana unsur utama (agama) dalam peradaban tersebut tetap terpelihara dengan baik. Jika agama yang menjadi pondasi utama peradaban itu sudah rusak, maka dapat diartikan, peradaban itu telah mengalami satu perubahan yang signifikan. Mungkin peradaban itu tinggal hanya nama. Tetapi, hakikatnya, peradaban tersebut sudah rusak atau sudah hancur.

SPIRIT PETUALANGAN PHINISI; Inspirasi Kebangkitan Pemuda dari Pelaut Bugis-Makassar

Wednesday 9 July 2014


Pelaut Ulung Tidak Lahir di laut yang Tenang
(Anonim)


Berenang di luasnya lautan sejarah sama halnya menyelami samudera hikmah. Membuka lembaran buku sejarah sama halnya membuka lipatan-lipatan kitab suci usang yang berisi ayat-ayat pusaka. Karena itu, Anda yang bingung dengan jati diri, tak perlu bimbang mencari panutan di tengah ironi zaman. Silakan mengkaji kembali kisah-kisah inspiratif masa lalu. Di sana anda akan mendapatkan semangat yang menggugah. Renungi dan pikirkan, maka anda akan mewarisi kristal yang jauh lebih mahal dari berlian dan emas permata, dialah kristal nilai falsafah yang lahir dari jati diri yang tangguh. Spirit keberanian dalam berbuat dan berkarya dalam keabadian. Dialah, spirit petualang pelaut phinisi. Perahu tradisional etnis Bugis-Makassar. Berbahan baku kayu kualitas tinggi yang digunakan sebagai alat transportasi laut, angkutan niaga dan sarana perang laut. Phinisi terbukti tangguh mengarungi samudera dan melintas benua sejak berabad-abad lalu, sehingga etnis Bugis-Makassar terkenal sebagai pelaut ulung. Kualitas hidupnya tercermin dalam prinsip sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai. Semboyan ini sepadan dalam bahasa makassar, kualleangangi tallanga natoalia.

Tradisi Menghafal dan Otentitas Wahyu[1]

Thursday 29 May 2014



Syamsuar Hamka[2]

Prolog
“Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim” (Q.S Al-Ankabut: 49)
Menghafal, tradisi yang telah berlangsung sejak awal kedatangan islam sendiri (shadri al-islam). Bahkan sebelum itu, orang-orang arab jahiliah merekam pengetahuan (karya sastra dan nasab) dengan menghafal. Diantara syair-syair yang banyak dinukilkan lewat hafalan adalah syair-syair yang ditulis Imri’al Qais, Zuhair Ibn Abi Sulma, atau Khutbah Hani’ Bin Qabishah Asy-Syaibani. Dengan tradisi itu pula, seseorang bisa dilacak keturunannya sampai 21 tingkatan. Oleh sebab itu, sangat tepat, jika Al-Qur’an itu diturunkan di tanah Arab.
Pada zaman Rasulullah SAW, tradisi itu terus terjaga hingga datang Al-Quran yang menggantikan syi’ir-syi’ir dan amtsal, atau hikam  orang-orang Arab. Hampir seluruh sahabat di sisi Rasulullah SAW adalah para Huffadz. Mereka mengambil hafalan, mentadabburi dan mempelajari isinya langsung dari Rasulullah yang juga dinukil Rasulullah dari Jibril AS. 

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN

Sunday 30 March 2014





Potongan-5

Apa yang Harus Dikerjakan
Saya tidak akan berbicara banyak tentang bagaimana merealisasikannya. Saya berikan tantangan ini kepada para aktivis dakwah untuk berpikir, dan bekerja dalam mewujudkannya. Karena seperti itulah aktivis. Ia punya dua potensi itu serta daya dobrak untuk perubahan.
1.       Perkuat 3 Basis Utama sebagai Core Player
a.    Murabbi
b.   Pengurus
c.    Kader
Kata kuncinya, pengembangan kualitas. Tujuannya, Murabbi punya kepribadian Murabbi sejati. Halaqahnya harus produktif.
Satu stressing, bahwa kekurangan kita adalah membatasi pelatihan dengan ceramah dan muhadharah. Padalah harus kita bedakan, yang mana majelis menuntut ilmu, dan yang mana majelis pengembangan kepribadian. Jika suatu saat kita mendapati anggota tidak mampu mengerjakan, maka jangan salahkan mereka karena kita hanya memberi motivasi, bukan melatih (train). Kita paham bahwa bertambahnya ilmu akan merubah cara pandang. Berubahnya cara pandang akan merubah perilaku. Tapi semua itu tidak akan teruji sebelum angota tubuhnya meresakan secara langsung (kinestetik). Itu berarti bahwa, pelatihan harus dikembangkan menjadi betul-betul pelatihan. Diantara kekurangan yang lain adalah terlalu membatasi makna ilmu dengan ilmu syar’i. Mungkin dengan alasan perkataan ulma, bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah kalamullah, kalamurrasul, dan kalamu ash-shahabah. Selain itu bukan ilmu. Lalu apakan dengan alasan itu kita tidak perlu lagi belajar ilmu umum, karena dia bukan ilmu. Apakah kita tidak perlu lagi belajar manajerial dan keorganisasian jika itu bukan ilmu. 

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN




Potongan-4


Bagian 2- Risalah Madinah
                Setelah 13 Tahun membina iman, maka fase selanjutnya adalah membangun kekuatan ijtima’ (masyarakat). Memperkuat basis sosial untuk melakukan visi jihad dan perjuangan. Di bagian ke-2 ini saya wasiatkan kepada mereka yang berusaha untuk mengikuti perjuangan para Rusul dan Anbiya’.

1.    Bangun Kepribadian
Menjadi calon pemimpin dakwah bukanlah hal yang mudah. Ia butuh konsentrasi. Karena dakwah sama halnya dengan memimpin sebuah perusahaan. Butuh kemampuan manajerial. Tidak akan berkembang tanpa pembelajaran terus-menerus (long life education). Dan seorang pembelajar sejati bukan hanya mengambil pelajaran saat ia di kelas, sekolah, atau majelis. Tapi ia mampu menciptakan sendiri setiap momentum belajarnya. Setiap yang terjadi di sekeliling kita mengandung arti dan makna, kata seorang pemateri Training[1]. Karena itu kalau orang-orang syiah mengatakan, setiap tanah adalah Karbala, dan setiap setiap hari adalah Asyura, maka bagi seorang pembelajar sejati, setiap kejadian adalah pelajaran dan setiap hari adalah pembelajaran.
Seorang yang menjadi pelaku dakwah, hanya akan mampu mengemban dakwah dengan kapasitas kepemimpinan yang tangguh. Mereka punya optimisme. Daya juang. Hirs (semangat). Visi dan tujuan yang jelas. Kemampuan mengorganisir. Fikrah dan pemahaman yang mendalam. Memiliki wawasan yang luas serta kepribadian yang mapan.
Dan semua itu, hanya dapat dicapai jika tidak menutup diri untuk belajar. Membuka diri untuk hal-hal yang baru. Serta gigih memegang hal yang prinsip dalam manhaj dan sistem gerakan.
Dakwah tidak bisa dipikul oleh orang-orang yang selalu putus asa dalam amal. Tidak punya tekad. Tidak punya visi yang jelas atau hanya sekedar ikut-ikutan. Para pejuang harus punya multi-kepribadian. Dapat diterima oleh seluruh lapisan mad’unya.
Zaman selalu memiliki tantangan yang berbeda. Jika dulu dakwah menghadapi invasi pemikiran Filsafat helenisme (Yunani), sekarang yang dihadapi adalah tantangan dari dalam -yang mengaku- islam sendiri seperti syiah dan aliran sesat lainnya. 

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN





Potongan-3      

                   Dengarkanlah pesan Murabbi,
Syukurilah apa yang ada disisimu. Dan bersyukur pula untuk setiap hal yang belum kita dapatkan. Karena allah sekiranya semua hal sudah kita dapatkan, apa lagi yang kita akan cari!. Bangunlah jembatan harapan di atas sungai keputus-asaan. Dan ingatlah, bahwa sekiranya hujan adalah kesedihan dan mentari adalah kebahagiaan, maka kita membutuhkan matahari dan hujan untuk membuat pelangi kehidupan. Karena itu lakukan-lah apa yang engkau bisa perbuat, niscaya Allah akan memaafkan apa yang engkau tidak bisa perbuat.[1]
                Telah terlihat fajar kemenangan islam. Dan sudah menjadi sunnatullah, bahwa gerakan islam tidak akan bisa dipadamkan. Bagaimana pun beratnya ujian dan cobaan yang menimpa umat ini. Itu karena,  Allah hendak memilih diantara hamba-hamba terbaiknya dengan ujian. Allah ingin melihat siapa yang memang pantas untuk hidup dalam naungan islam dan jalan perjuangan. Allah ta’ala hendak untuk membersihkan shaf kaum mu’min dari orang-orang lemah, munafiq dan tidak punya daya juang. Hingga yang tersisa  adalah manusia-manusia berkualitas. Pilihan dari manusia-manusia terbaik di zamannya. Paling bersih hatinya. Paling lurus niatnya. Paling kokoh tekadnya. Paling kuat fikrah dan manhajnya. Mereka itulah generasi sahabat. Perhatikanlah perkataan Sayyid Quthd, “apakah engkau tidak melihat bagaimana seorang komandan menyiapkan tentaranya agar mendapat kemenangan ?. apakah karena cintanya, ia akan meringankan latihan ?. atau Karena sayangnya, Ia perberat latihan sesuai dengan medan pertempuran ?. Jawabannya tidak !. Untuk memperoleh kemenangan, pasukannya harus menempuh beratnya latihan, karena medan sesungguhnya, jauh lebih berat.

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN



  

Potongan-2

2.    Jangan Pernah Main Hitung-Hitungan!
                Agama, dan bangsa ini tidak akan merdeka dari penjajahan syirik dan kejahiliahan sebelum ada segolongan dari penduduknya yang beramar makruf dan bernahi munkar dan berani untuk member  dan gembira ketika mereka syahid. Kehilangan suami dan anak-anaknya. Terbakar ruamahnya. Hilang pekerjaannya. Demi ketinggian aqidah tauhid. Al-Mujaahidu, man qatala litakuuna kalimatullahi hiya al-‘ulya. Mereka bekerja tanpa melihat manusia. Mereka beramal karena kebenaran, dan keyakinan tauhid. Dan sebelum bangsa ini merdeka, ia telah dimerdekakan oleh para pejuang dari kelemahan dan kesyirikan.
                Perhatikan bagaimana Pangeran dipenogoro mampu menggerakkan dukungan 200ribu rakyat jawa bersamanya melawan penjajah Belanda. Sementara saat itu ia telah terusir dari keraton Yogya. Yang dengan terang-terangan di depan Jenderal De Cock ingin mendirikan kerajaan di tanah Jawa. Perhatikan Tunaku Imam Bonjol yang ingin membentuk masyarakat minangkabau dengan adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah. Perhatikan bagaimana Sultan Hasanuddin yang yang pernah mengirim surat kepada Jenderal Speelman : Lautan luas ini adalah anugerah Ilahi bagi manusia, maka janganlah hendak tuan kuasai sendiri. Siapa yang tidak mengenal Pahlawan Raja Aji yang tewas di pantai Malaka sedang tangan kirinya kitab Dalailul Khairat, dan Badik Bugis di Tangan kanannya ![1]. dan Perhatikan pula Dr. Mohammad Natsir, seorang ulama Indonesia yang menguasai tujuh bahasa dunia dan menulis kitab Bahasa Arab yang dipelajari di Mesir !. Perhatikan pula perkataan KH. Zainal Mustofa yang menjawab saat ditanya KH Isa Anshary saat dibui. Mengapa Kiai memerangi Jepang ?. “Bukankah Jepang itu Majusi ?”, jawab beliau. Begitu pula Sentot alibasah  Prawirodirdjo yang harus dibuang ke Bangkahulu setelah tertangkap Penjajah[2].

RISALAH KEPADA PARA (CALON) PEMIMPIN[1] Catatan Kecil, untuk Sebuah Gerakan Kebangkitan




 Potongan-1


Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan iman ke dalam hati orang-orang beriman. Mengumpulkan rasa takut dan harap dalam setiap ibadah. Dialah yang awal, dan yang akhir. Yang dzahir dan yang batin. Segala urusan bergantung hanya kepada-Nya.
Maha mulia Allah yang telah mengutus nabi dan rasul, menurunkan kitab dan mensyariatkan islam Untuk membimbing manusia ilaa sabiili ar-rasyaad.
Segala puji untuk allah yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Mengirimkan hujan dan memperjalankan angin sebagai tanda-tanda keagungan dan kemuliaa-Nya. Menghinakan dan memuliakan manusia. Mengazab sebagiannya dan merahmati sebagian yang lain. Menenggelamkan suatu kaum dengan hujan, mengadzab dengan batu, melindungi dengan batu. Menyelamatkan dari api, dan membelah lautan. Menghidupkan yang mati, dan membuat kelu lidah para sastrawan dengan mukjizat-mukjizat utusan-Nya….

                Kepada kalian, generasi penerus dakwah yang hendak memancangkan panji-panji tauhid. Mewarisi kerja para Nabi dan rasul, para manusia terbaik. Menjejaki langkah para penuntut ilmu di di lorong-lorong waktu. Serta menjadi penerus teladan khalifah. Zuhud, cinta, dan pengorbanannya untuk din. Untukmu aku tuliskan risalah ini.

Bagian 1- Risalah Makkah
                Diantara keberhasilan Rasulullah SAW, adalah keberhasilan membangun angkatan pejuang dengan tarbiyah imaniyah. Hingga kita dapatkan satu generasi terbaik di zaman beliau adalah generasi yang memiliki kualitas untuk menanggung beban. Potensi mereka melampaui jasadnya. Ia adalah budak, namun merdeka disisi tuhannya. Ia adalah wanita, namun tegar karena iman. Ia adalah anak-anak, namun keberaniannya, melampaui jasadnya yang masih belia. Umurnya sudah tua-renta namun menjadi prajurit dalam armada laut ekspansi jihad di daratan konstantinopel.

PUSJARWIL I LIDMI KONSOLIDASI KE SURABAYA

Friday 7 February 2014


(6/2/13-LPaQ) - Thuk…Thuk… Thuk…Thuk…………. Suara roda kereta api terdengar bising di telinga. Stasiun Lempuyangan, Kota Yogyakarta, pagi pukul 09.00, kereta Ekonomi/C Logawa  sesuai jadwal akan berangkat menyusuri rel menuju Surabaya. Tiga orang kader LIDMI akan segera menempuh perjalanan selama enam jam, menuju kota terbesar kedua di Indonesia itu. Stasiun Gubeng II, Kota Surabaya.
Di sepanjang perjalanan hanya terlihat hamparan sawah yang begitu luas. Sangat terlihat betapa negeri ini kaya. Sebuah potensi terpendam yang masih saja tidur. Perjalanan ditempuh selama enam jam, melewati beberapa stasiun kecil, seperti Madiun (tempat terjadinya tragedi G30S/PKI), Jombang (Kota pesantren), dan stasiun Mojokerto . selama di kereta, para utusan Kader LIDMI menikmati perjalanan. Sesekali  mereka membuka What’s Up dan memantau perkembangan berita di Group LIDMI. Yang lainnya sibuk membaca buku, Grand Design, karya Stephen Hawking dan Leonard Mlowdinow. Sebuah karya yang memperbincangkan campur tangan tuhan dalam rancang agung alam semesta.

“KADER LIDMI IKUT TIM AQL BANTU KORBAN BANJIR”

Sunday 26 January 2014

(Bekasi-LPQ) Hingga ahad, 26 Januari 2014, tepatnya di Desa Tanjung Air, Kecamatan babelan, Kab. Bekasi masih terendam banjir. Air setinggi lutut orang dewasa menggenangi sekitar lima hektar wilayah di desa tersebut. Menurut farhan, warga setempat, banjir kali ini adalah banjir terbesar selama tujuh tahun terakhir.


Melihat kondisi ini, tim dari AQL-Centre dengan tim yang terdiri dari 40 orang turun membantu warga dengan membawa makanan dan obat-obatan. Nampak warga sangat antusias mendengarkan tausiyah dari ust. Yeri Kusaeri sebagai koordinator lapangan sebelum penyerahan bantuan. Selain itu, nampak juga seorang kader LIDMI (lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia) yang ikut serta dalam bakti sosial tersebut. Adalah Abu Al-Faatih yang saat ini sedang menjalani studinya di Ma’had Ar-rahman Qur’anic College, Bogor. “saya turun langsung membantu warga, paling tidak juga bagian dari gerakan LIDMI di pulau Jawa”, tandasnya.

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang