Cari

SPIRIT PETUALANGAN PHINISI; Inspirasi Kebangkitan Pemuda dari Pelaut Bugis-Makassar

Wednesday 9 July 2014


Pelaut Ulung Tidak Lahir di laut yang Tenang
(Anonim)


Berenang di luasnya lautan sejarah sama halnya menyelami samudera hikmah. Membuka lembaran buku sejarah sama halnya membuka lipatan-lipatan kitab suci usang yang berisi ayat-ayat pusaka. Karena itu, Anda yang bingung dengan jati diri, tak perlu bimbang mencari panutan di tengah ironi zaman. Silakan mengkaji kembali kisah-kisah inspiratif masa lalu. Di sana anda akan mendapatkan semangat yang menggugah. Renungi dan pikirkan, maka anda akan mewarisi kristal yang jauh lebih mahal dari berlian dan emas permata, dialah kristal nilai falsafah yang lahir dari jati diri yang tangguh. Spirit keberanian dalam berbuat dan berkarya dalam keabadian. Dialah, spirit petualang pelaut phinisi. Perahu tradisional etnis Bugis-Makassar. Berbahan baku kayu kualitas tinggi yang digunakan sebagai alat transportasi laut, angkutan niaga dan sarana perang laut. Phinisi terbukti tangguh mengarungi samudera dan melintas benua sejak berabad-abad lalu, sehingga etnis Bugis-Makassar terkenal sebagai pelaut ulung. Kualitas hidupnya tercermin dalam prinsip sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai. Semboyan ini sepadan dalam bahasa makassar, kualleangangi tallanga natoalia.

Keberanian; Jatidiri Petualangan Pelaut Phinisi
Menapaki jejak sejarah, Phinisi Nusantara mampu berlayar menembus gelombang besar di Pasifik hingga tiba di Vancouver, Kanada, 1986. Kisah petualangan bahari orangorang Bugis-Makassar berabad-abad silam mewarnai sejarah negeri ini. Kedatuan Luwu (abad VIII-XX) menjadi imperium kuat sezaman dengan Sriwijaya (VII-XII). Penjelajahan orang Bugis-Makassar bukan saja menguasai Sulawesi (Celebes), Kalimantan (Borneo), Sumatera (Andalas) sampai Ternate, bahkan menancapkan pengaruh di sejumlah kawasan seperti China, Malaysia, Filipina, Kamboja, Afrika, Pasifik, dan Australia. Dengan bekal keberanian menantang ombak, badai dan petir, mereka mengarungi luasnya samudera.

Semangat keberanian pelaut Bugis-Makassar dalam mengarungi samudera seharusnya sudah menjadi inspirasi bagi para pemuda. Semangat keberanian dalam berbuat dan berkarya di tengah gemerlap zaman. Karena pemuda padat karya adalah mereka yang memiliki prinsip hidup dan jatidiri yang kokoh. Jatidiri yang lemah akan termanifestasi dalam sikap gamang dan latah. Akhirnya Tinggallah generasi pembeo. Bimbang dan tak tahu kemana kiblat kehidupan mereka harus diarahkan. Merekalah beban bangsa, bukan menjadi solusi malah menjadi polusi. Merekalah generasi yang takut berbuat karena takut kritikan. Ketakutan berbuat bagi mereka seperti bayang-bayang hantu. Tinggallah mereka menikmati ketakutannya, berkubang dalam
tempurung keterbelakangan. Ya, bagai katak dalam tempurung. Itulah yang terjadi sekarang, euphoria zaman telah menyeret muda-mudi. Berita problematika pemuda telah menghiasi headlines seluruh media. Tidak lain, kondisi emosional yang labil ditambah dengan invasi ideologi asing lewat propaganda media telah membuat para pemuda kehilangan jatidirinya sebagai Agent of Change (Agen Perubah). Generasi yang mampu merubah karena kepahaman akan perjuangan dan pengorbanan. Itulah korban-korban dari promosi media yang hanya menjadi pemakai, pengguna, dan pembeli. Bukan generasi pembuat, pencipta, dan penjual. Betul, generasi expert, scientist dan entrepreneur. 
Generasi seperti ini terus akan menjadi generasi penikmat yang terbuai dengan angan-angan kosong. Generasi yang asyik di-ninabobok-kan oleh alunan musik lebay dan lagu melancolis yang melenakan jiwa. Generasi yang hanya bisa tertidur nyenyak-pulas dalam mimpi-mimpi hampa. Generasi yang hanya menghabiskan waktu menikmati istirahat dalam kamar ber-AC, di atas kasur spring bed luxury, setelah perut mereka terisi dengan junk food dan soft drink mewah dari restoran berbahasa asing.

Merekalah penerus yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang. Menikmati masa mudanya dengan semboyan muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga. Merekalah para penerus yang tengah relax mengisap sebuah gulungan rempah dan tembakau yang berisi ribuan racun mematikan. Bahan bakar roket, pembersih porcelain, bahan baku mesiu, peledak dan korek api serta zat campuran racun tikus masuk ke dalam setiap isapan nafas mereka. Ketika dijelaskan dampak buruknya, mereka hanya tersenyum sombong dan berkata aah…, merokok mati, tidak merokok mati, lebih baik merokok sampai mati. Demikianlah adanya generasi sekarang. Karena karakter yang lemah, gamang dan latah akhirnya mereka hanya bisa menjadi pengikut setia dalam hegemoni hedonis. Semua itu harus dicegah dengan membangun kesadaran pemuda untuk bangkit dan berkarya. Karya yang mungkin kecil-mungil, namun tepat guna dan memberdayakan. Mungkin sederhana, tapi mencerahkan. Itulah yang seharusnya lahir dari jiwa seorang pemuda. Karena inspirasi dari semangat nenek moyang dalam menantang arus laut dan menghadang gelombang demi gelombang di lautan luas tak bertepi. Ya, dialah spirit keberanian berbuat pelaut phinisi. 

Generasi Saudagar; Spirit Penjelajah Phinisi
Para pelaut-pedagang biasanya pada musim kemarau (timo), mereka berlayar ke barat. Sedangkan pada musim angin dan hujan (bare) mereka kembali ke kampungnya (ke arah timur). Rutinitas pelaut Phinisi di atas adalah bukti produktivitas. Mereka adalah para pedagang yang jujur, sabar dan penuh daya juang. Mereka meninggalkan kampung halaman. Berbulan-bulan, terombang-ambing di laut untuk mengadu nasib menunjukkan semangat entrepreneurship. Itulah yang seharusnya diwarisi oleh pemuda masa kini. Spirit bertanggung jawab dalam menanggung beban hidup. Tidak membebani orang tua untuk dikirimi uang saku. Toh setelah dikirimi, peruntukannya pun bukan kuliah, akan tetapi untuk berkunjung ke wahana hiburan, studio 21 atau berbelanja dari satu mall ke mall yang lain. Kita tidak membutuhkan generasi yang demikian adanya. Sekali lagi, Kita tidak butuh !.

Bangsa kita butuh generasi yang sederhana tetapi produktif. Hidup bermanfaat dan tidak konsumtif. Itulah mental pengusaha. Generasi yang tidak sibuk memperkaya diri sendiri dengan gaji pribadi. Tetapi generasi yang bisa menggaji orang lain. Karena mereka bukan job seeker, mereka adalah job keeper. Mereka bukan sukses untuk diri sendiri, akan tetapi sukses bersama karyawannya. Di atas pundaknyalah masa depan negara ditata. Karena mereka bergerak di sektor real. Merekalah penggerak ekonomi kerakyatan dan berkontribusi paling besar dalam penyejahteraan rakyat. Mengangkat taraf ekonomi penduduk, dan membantu pemerintah menyukseskan program pengentasan kemiskinan. Pemuda itulah yang dinanti bangsa ini…!
Kebangkitan bangsa tidak mungkin dipikul oleh generasi kuli atau rakyat jelata. Generasi yang menggantungkan peruntungannya di negeri orang. Bukan sebagai tenaga professional, tetapi hanya menjadi pekerja yang tidak memiliki bargaining power. Tepat sama dengan Romusha alias kerja paksa di zaman Jepang. Bahasa kasarnya, Babu. Tinggallah mereka menjadi kuda tunggangan di kampung orang.
Generasi Penemu; Spirit Petualang Phinisi Phinisi dalam sejarah, mengarungi laut luas adalah hal yang menakjubkan. Di zaman itu, kompas belum dikenal, apalagi GPS (Global Positioning System). Akan tetapi, berbekal semangat penemuan dan sedikit pengetahuan kelautan, pelaut Phinisi mampu menjelajahi samudera dan menemukan jalur daratan-daratan potensial perdagangan. Spirit petualangan dalam mencipta, motivasi berkarya dan berkonstribusi dalam pembangunan bangsa adalah warisan berikutnya yang harus dimiliki oleh pemuda masa kini. Spirit berkarya untuk ibu pertiwi. Karena masih saja Ibu Pertiwi menanti persembahan. Ia
setia menunggu agar tidak bersusah hati, agar air matanya tak berlinang. Karena hutan, gunung, sawah dan lautan yang menjadi simpanan kekayaan menanti dikelola secara cerdas oleh ilmuwan dan cendekiawan-cendekiawan beradab. Agar bentang alamnya dinikmati oleh pemilik negeri bukan penjajah. Agar kekayaan alam tidak dikeruk dan dibawa lari. Sedangkan yang tinggal hanya limbah dan pecemaran dinikmati penduduk, emas permatanya dibawa keluar dinikmati oleh para investor. Itulah yang ditunggu ibu pertiwi agar ia bangkit dari ke-lara-annya, dalam rintih doanya.

Saatnya Generasi Muda Bangkit !
Spirit pelaut Phinisi, itulah kebanggan kita dalam warisan sejarah. Karena sebenarnya sebuah kunci pintu kebangkitan bangsa telah disimpan oleh nenek moyang kita. Kunci itu adalah spirit petualangan pelaut Bugis-Makassar. Tugas para pemuda adalah menemukannya kembali. Sehingga pintu gerbang kemajuan bangsa akan terbuka lebar. Dari pintu itulah, bangsa kita akan dipandang dalam kancah persaingan global. Upaya itu dengan menunjukkan spirit generasi pahlawan nenek moyang, meskipun telah babak belur dikeroyok stigma kolot, jadul dan ketinggalan zaman.

Pelaut phinisi, hari ini pesan-pesan moralnya telah menjadi falsafah hidup bagai ajimat sakti manra guna. Bagi mereka kehidupan adalah perjuangan dalam bertualang. Itulah warisan monumental mereka, darinya menara-menara peradaban dibangun. Kepadanya, gelombang decak kagum susul-menyusul. Mewarisi spirit serta pesan kearifan yang ditinggalkan mereka serta adalah tugas kita, para pemuda. Mari kita bangga dengan mereka, para pelaut ulung, penjelajah yang gagah berani. Sehingga pemuda tampil sebagai tokoh. Sosok atau figur pemimpin bangsa yang lahir dari masyarakat. Di tengah krisis yang melanda, masih ada harapan. Di tengah gelombang ujian masih ada sisa asa. Spirit Phinisi masih menunggu para pewaris untuk berkorban bagi
bangsanya. Itulah yang mungkin menginspirasi pembuat kata hikmah, pelaut ulung tidak lahir di laut yang tenang.

Ditulis Untuk LECO II 2012

No comments:

Post a Comment

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang