Potongan-3
Dengarkanlah
pesan Murabbi,
Syukurilah apa yang ada disisimu. Dan
bersyukur pula untuk setiap hal yang belum kita dapatkan. Karena allah
sekiranya semua hal sudah kita dapatkan, apa lagi yang kita akan cari!.
Bangunlah jembatan harapan di atas sungai keputus-asaan. Dan ingatlah, bahwa
sekiranya hujan adalah kesedihan dan mentari adalah kebahagiaan, maka kita
membutuhkan matahari dan hujan untuk membuat pelangi kehidupan. Karena itu
lakukan-lah apa yang engkau bisa perbuat, niscaya Allah akan memaafkan apa yang
engkau tidak bisa perbuat.[1]
Telah
terlihat fajar kemenangan islam. Dan sudah menjadi sunnatullah, bahwa gerakan
islam tidak akan bisa dipadamkan. Bagaimana pun beratnya ujian dan cobaan yang
menimpa umat ini. Itu karena, Allah
hendak memilih diantara hamba-hamba terbaiknya dengan ujian. Allah ingin
melihat siapa yang memang pantas untuk hidup dalam naungan islam dan jalan
perjuangan. Allah ta’ala hendak untuk membersihkan shaf kaum mu’min dari
orang-orang lemah, munafiq dan tidak punya daya juang. Hingga yang tersisa adalah manusia-manusia berkualitas. Pilihan
dari manusia-manusia terbaik di zamannya. Paling bersih hatinya. Paling lurus
niatnya. Paling kokoh tekadnya. Paling kuat fikrah dan manhajnya. Mereka itulah
generasi sahabat. Perhatikanlah perkataan Sayyid Quthd, “apakah engkau tidak
melihat bagaimana seorang komandan menyiapkan tentaranya agar mendapat
kemenangan ?. apakah karena cintanya, ia akan meringankan latihan ?. atau
Karena sayangnya, Ia perberat latihan sesuai dengan medan pertempuran ?.
Jawabannya tidak !. Untuk memperoleh kemenangan, pasukannya harus menempuh
beratnya latihan, karena medan sesungguhnya, jauh lebih berat.
Allah
sekali-kalli tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga dia menyisihkan yang buruk (munafiq) dari yang baik (QS
Ali Imran: 179)
Tahukah
engkau, mengapa bumi Syam terus begejolak. Mengapa palestina masih membara
dengan jihad ?. dan mengapa jihad masih hidup di dataran Iraq, Chechnya, Burma
dan Kashmir ?. Siapakah mereka yang turut mendebukan kakinya di jalan jihad ?.
Adakah negeri dan pemerintahan muslim yang mempersiapkan khusus untuk angkatan
jihad ?. Adakah madrasah khusus yang membangun angkatan mujahid ? sebagaimana
khalifah al-mu’tashim, Sultan Shalahuddin, Panglima Musa Bin Nushair, atau
Muhammad Al-Fatih ?. Jawabannya tidak. Tidak satu pun Negara yang menyerukan
Jihad wahai saudaraku. Lalu di mana para pasukan itu lahir ?. Seorang panglima
Jihad Syam berkata, “Allah akan selalu mengirimkan manusia-manusia terbaiknya
untuk berkorban di jalan jihad!”.
Yang
menggerakkan hati mereka adalah Allah untuk
menjaga din ini. Akan selalu ada manusia yang mengutus dirinya untuk
bergabung dalam kafilah jihad. Mereka terpanggil oleh panggilan yang
menghidupkan.
Wahai orang-orang beriman, penuhilah seruan kehidupan
kepadamu. Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi
kehidupan (QS. Anfal: 24).
Ia
berangkat dari dunia yang sempit menuju luasnya akhirat. Ia berangkat karena
mengharapkan rahmat Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang
yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah (QS Al-Baqarah:218)
Perhatikanlah kalimat Rib’I Ibn amir yang akan selalu
menginspirasi para pejuang,
“Allah telah mengirim kami untuk membebaskan orang
yang ingin melapaskan diri dari ketundukan kepada makhluk menuju ketundukan
kepada Allah semata. Dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas. Dan dari
kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam.”[2]
1.
Perhatikan hak-hak
ukhuwah
Salah satu tanda
kesempurnaan iman seseorang adalah kelapangan dada dan kecintaan kepada
orang-orang yang mencintai Allah. Seseorang mungkin memiliki kekuatan ibadah,
namun dikenal keras dalam pergaulan. Kata-katanya kasar, akhlaknya buruk dan hanya
mementingkan dirin sendiri. Padahal “Mencaci-maki seorang Mukmin adalah
kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran”[3].
Rasulullah shallalhu alahi wasallam telah menyebutkan bahwa salah satu tanda
iman yang benar dalam diri seorang muslim adalah fal yukrim dhaifahu (hendaklah
memuliakan tamunya), dan fal yukrim jaarahu (hendaklah memuliakan tetangganya).
Seorang muslim juga jika muslim yang lain aman dari gangguan lisan dan
tangannya. Karena itu Beliau melarang saling membenci, “Janganlah kamu saling
membenci, saling mendengki, saling membelakangi dan jadilah hamba-hamba Allah
yang bersaudara. Dan tidak halal seseorang muslim mendiamkan saudaranya (tidak
menegurnya) lebih dari tiga hari”[4].
Dalam hal makanan, “Bukanlah Mukmin, orang yang (kondisinya) kenyang, sementara
tetangganya yang disampingnya (dalam kondisi) lapar”[5].
Oleh karena itulah konsekuensi iman
seseorang adalah kecintaannya kepada saudaranya sesame muslim. Rasulllah
shallahu alaihi wasallam menyebutkan, “Tidak beriman salah seorang diantara
Kamu, hingga dia mencintai bagi saudaranya apa yang dicintai bagi dirinya
sendiri”[6]
Lewat tulisan ini, saya wasiatkan. Bahwa kehidupan jamaah pasti menghadirkan
masalah. Ada kekecewaan, marah atau mungkin kesedihan. Tapi, bukankah kita
pahami bahwa, seseorang yang bergaul dan berlapang dada dengan kekurangan
saudaranya lebih baik daripada menyendiri karena menghindar kekurangan mereka. Karena
itu seorang salaf berkata, “Pergaulilah orang baik dengan imanmu, dan
pergaulilah orang buruk dengan akhlakmu”.
Kita tentu sadar, bahwa kebangkitan Islam tidak akan bisa terwujud,
sampai setiap mukmin mempersatukan hatinya dalam aqidah dan manhaj yang benar. “Allah
tidak akan menjayakan umat ini dengan dua pedang”. Pedang kepada musuh, dan
pedang kepada saudara. Semakin banyaknya kader dan luasnya dakwah menuntut konsekuensi perpecahan.
Oleh karena itu, berusaha untuk terbuka, berpikir baik, dan komunikasi
mudah-mudahan menjadi sarana mengurangi ‘gesekan’ yang terkadang timbul.
Hormati orang yang lebih tua, dan sayangi orang yang lebih mudah. Karena bukan
golongan Kami, kata Rasulullah shallahu alaihi wasallam mereka yang tidak
mengamalkannya.
Sudah beigtu lama Kampus kita dikenal dengan kekerasan dan tawuran. Dan
tidak ada yang akan menyelesasikannay, kecuali dengan cinta dan kasih sayang. Jangan
menutup diri dengan organisasi lain. Justru malah kita-lah yang harus menjalin
silaturrahim dengan mereka. Orang-orang yang brutal adalah orang yang butuh
perhatian. Karena tersisihkan oleh system akademik atau lingkungannya. Karena
itu, bukan melawan mereka adalah jawaban. Tapi merangkul dan bergaul dengan
akhlak yang baik. Kunci pembukanya adalah “salam”. Sungguh indah, dan diri ini
rindu ketika kita masuk kampus, bertemu dengan seorang yang berjenggot dengan
celana cingkrang, yang mereka perlihatkan adalah sepotong senyum ceria dan salam
hangat, tulus dari hati. (Meskipun dengan wajah pas-pasan). Bukankah begitu
sejuk dan damai hati jika yang diperlihatkan seorang yang berjilbab besar
adalah bukan menjauhi keramaian karena alas an ikhtilath, tapi mereka bergaul
dan menebarkan contoh aklak yang benar. Bukankah islam tidak hidup dalam
kesendirian. Tapi islam adalah ajaran yang membumi. Bukan hanya di masjid dan
pengajian. Islam hidup di pasar, dan kantor. Islam bukan hanya di secret LDK
tapi juga di di sekret UKM. Kita begitu rindu, Islam yang sejuk, senyum dan
salam bukan hanya untuk ikhwah dan akhwat tapi untuk semua. Ya, Islam untuk
semua, rahmatan lil ‘alamiin dengan cinta dan kelembutan.
Bukankah karang yang angkuh juga akhirnya berlubang karena tetesan air ?.
No comments:
Post a Comment