Potongan-5
Apa yang Harus
Dikerjakan
Saya
tidak akan berbicara banyak tentang bagaimana merealisasikannya. Saya berikan
tantangan ini kepada para aktivis dakwah untuk berpikir, dan bekerja dalam
mewujudkannya. Karena seperti itulah aktivis. Ia punya dua potensi itu serta
daya dobrak untuk perubahan.
1.
Perkuat 3 Basis
Utama sebagai Core Player
a.
Murabbi
b.
Pengurus
c.
Kader
Kata kuncinya, pengembangan kualitas.
Tujuannya, Murabbi punya kepribadian Murabbi sejati. Halaqahnya harus
produktif.
Satu stressing, bahwa
kekurangan kita adalah membatasi pelatihan dengan ceramah dan muhadharah.
Padalah harus kita bedakan, yang mana majelis menuntut ilmu, dan yang mana
majelis pengembangan kepribadian. Jika suatu saat kita mendapati anggota tidak
mampu mengerjakan, maka jangan salahkan mereka karena kita hanya memberi
motivasi, bukan melatih (train). Kita paham bahwa bertambahnya ilmu akan
merubah cara pandang. Berubahnya cara pandang akan merubah perilaku. Tapi semua
itu tidak akan teruji sebelum angota tubuhnya meresakan secara langsung
(kinestetik). Itu berarti bahwa, pelatihan harus dikembangkan menjadi
betul-betul pelatihan. Diantara kekurangan yang lain adalah terlalu membatasi
makna ilmu dengan ilmu syar’i. Mungkin dengan alasan perkataan ulma, bahwa yang
dimaksud dengan ilmu adalah kalamullah, kalamurrasul, dan kalamu
ash-shahabah. Selain itu bukan ilmu. Lalu apakan dengan alasan itu kita
tidak perlu lagi belajar ilmu umum, karena dia bukan ilmu. Apakah kita tidak
perlu lagi belajar manajerial dan keorganisasian jika itu bukan ilmu.
Bukan
perkataan ulamanya yang salah. Yang keliru adalah metode pendalilannya (Ilmu
metodologi). Bukan dalilnya yang salah, yang salah adalah pemikiran kita yang
sempit memahami dalil. Al-Qur’an dan As-Sunnah itu tetap, dan tidak boleh
dirubah. Yang harus dikembangkan adalah pemikiran terhadap al-qur’an dan
as-sunnah[1].
Membuat Al-qur’an dan as-Sunnah itu hidup dan mampu menjawab tantangan zaman.
Bukan tersimpan beku dalam buku atau kepala.
2.
Bangun Jaringan
dengan UKM, BEM dan LK yang lain
Kata kuncinya, silaturahim individu
dan lembaga, serta kerjasama program pemberantasan buta aksara al-Qur’an.
Tujuannya terbangun brand image positf terhadap LDK. Tidak lagi eksklusif. Intinya,
yang berjanggut dan celana cingkrang tidak hanya menghuni masjid. Tapi ia harus
ada di mana-mana.
Saya sangat sepakat dengan pernyataan bahwa, Islam
harus menjadi solusi. Oleh karena itu jika ada permasalahan pada Lembaga
Kemahasiswaan, maka LDK harus punya kontribusi. Sekarang, Posisi-posisi LK
semakin tidak jelas. Ideologi yang berkembang di dalamnya semakin tidak
terarah. Dan yang akan menjadi masalah, jika posisi–posisi itu diisi oleh ideologi-ideologi
minoritas. Sebagaimana Suriah yang memanfaatkan kekuasaan untuk membantai dan mengusir sekira 3 juta warga Sunni. Karena
itu, jangan tunggu sampai waktu itu datang!.
Setelah gerakan kultural keagamaan
(majelis taklim dan penerbitan), dan gerakan pendidikan (mendirikan Lembaga
Pendidikan) Syiah sekarang berada pada Visi puncak yaitu berdirinya Negara
Islam[2].
Dan semua itu ditempuh lewat jalur politik. Kita lihat betapa banyak tokoh
mereka yang sekarang masuk menjadi anggota legislatif. Kita bisa mengambil qiyas
untuk wilayah kampus. Jika posisi formal diisi oleh orang-orang dengan ideologi
imamah mereka, maka bagaimana pun banyaknya kader, tidak akan mampu membendung
gerakan mereka. Karena itu posisi, dapat menentukan momentum. Kita bisa belajar
dari gerakan Ust. Ismail Rajab dalam emgambil alih LDK MPM UH. JIka sekiranya
beliau hanya mengasingkan diri, maka MPM hari ini, tidak akan menjadi basis LDK
ASWAJA, bahkan bisa menjadi LDK SYIAH atau paling tidak liberal.
3. Persiapkan Lembaga Kajian Al-Qur’an dan Bahasa Arab
Program ini menyambut
kerjasama Arab-UNM dalam pembangunan pusat kajian bahasa Arab di INDTIM.
4.
Perkuat Jaringan
dengan Birokrat kampus, pemkot dan pemprov
5.
Bangun komitmen
angkatan untuk selalu dalam lingkaran dakwah
Sebelum menjadi alumni
LDK dan Kampus, harus ada pertemuan untuk tetap dalam satu visi dan kinerja
dalam radius dakwah yang lebih besar.
6.
Persiapkan Lembaga
Donor, Wirausaha yang Kuat
Saya ingin sedikit
komentari poin ini. Kita semua dalam tahap belajar. Berjalan menuju 2
kesempurnaan. Dunia, dan akhirat. Oleh karena itu, doa kita kepada Allah adalah
Atiina FIddun-ya. Mengapa Abu Bakar begitu getol memerangi orang yang
tidak membayar zakat ?. Mengapa Umar memukul orang yang hanya sibuk di masjid
berdoa dan berdzikir. Sampai Ia berkata, “Sungguh aneh urusan manusia. Ia
mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan emas dan perak, tapi ia hanya
berpangku tangan menjemput menunggu waktu sorenya”. Itu pula-lah alasan mengapa
Allah katakana jika engkau telah selesai menunaikan shalat bertebaranlah di
muka bumi, dan carilah karunia Allah[3].
Karena dakwah harus
dibangun dengan infrastruktur, maka wasilah infrastruktur juga harus dibangun. Wasilah
mengikuti tujuan. Pemahaman kita tentang hidup sangat sederhana. Dan saya tidak
ingin kita terus memakai pola piker yang ditanamkan oleh pendidikan belanda. Uang,
Ijazah, Kerja.
Uang harus dipahami
adalah ujian, tapi jika dimanfaatkan ia akan mempertajam manufer dakwah. Para
sahabat mencari, dan memiliki harta, tapi a diminta untuk islam, tidak ada yang
mereka sisakan. Karena mereka tahu tijarah (jual-beli) apa yang hakiki. Dan
jihad bergandengan dengan amwal dan anfus Allah azza wajalla
sebutkan.
Uang juga harus dipahami
bahwa tidak pernah digunakan. Kita tidak pernah makan uang, tidak pernah
memakai uang untuk pakaian. Tidak pernah membanguan ruamh yang terbuat dari
uang. Uang hanya alat tukar. Ia hanya beredar di sekeliling kita. Dan ingat,
ini yang terkadang kita lalaikan. Tingkat kemajuan ekonomi suatu bangasa, bukan
dinilai dari berapa banyak uanganya, tapi seberapa cepat uang itu berputar.
Mungkin itu adalah makana sederhana dari roda ekonomi. Jadi, untuk
menguasasi ekomnomi, kita harus mampu uang itu berputar lebih cepat. Bukan
disimpan. Jika digunakan untuk konsumsi, maka konsumsinya adalah konsumsi yang
produktif. Saya bisa contohkan secara sederhana. Uang 100 ribu, dalam jangla
waktu satu pecan di kantong akan habis. Tapi jika ia digunakan sebagai modal
bagi hasil pagi penjual yang butuh modal, kita bisa mendapatkan keuntungan
pekanan, tanpa harus mengurangi nominal uang tersebut.
Intinya, kegagalan 12
tahun[4]
pelajaran ekonomi kita di sekolah jangan biarkan semakin memperbodoh kita
dengan hanya berpikir bahwa uang (penghidupan) hanya bisa diperoleh dengan
bekerja. Harus ada sistem yang mengatur agar uang berputar, dan darinya kita
punya penghasilan untuk dakwah. Hanya saja kekurangannya adalah, kita masih
kurang sabar. Terlalu terburu-buru melihat hasil dan diperparah dengan mental tidak
bisa melihat uang banyak. Jika di sisinya ada uang dengan nominal jutaan,
maka semua hasrat belanjanya akan bangkit, dan jumlah yang seharusnya cukup
menjadi tidak cukup karena variabel kebutuhan diganti dengan kemauan.
Untuk sementara saya simpulkan semua sifat itu adalah diantara
mental-mengundang kemiskinan. Lihat bagaimana Negara miskin, dan lihat
bagaimana Negara kaya. Negara miskin bekerja. Negara kaya berinvestasi. Negara
miskin mengejar uang, Negara kaya membangun jaringan dan infrastruktur.
Seperti itu pula yang
kita harus miliki. Konon, jika semua uang dibagi di dunia ini scara rata dengan
sluruh penduduk bumi, maka saya, anda dan orang di samping anda akan mendaptkan
uang senilai –kalau tidak salah- 7 Miliar. Tapi, ang terjadi tidaklah demikian.
Kenapa?. Ada yang lebih, bahkan ada yang jauh di bawahnya. Jawabannya, karena
manajemen. Ya manajemen hidup. Menyangkut manajemen keuangan.
Oleh karena itu, harus
ada kader yang punya kapasitas dan ilmu yang mumpuni di bidang kewirausahaan. Orientasinya
jangka panjang, tapi paling tidak mampu menyuplai pos-pos pengeluaran bulanan
atau pekanan lembaga. Dan ia dibebastugaskan dari kerja-kerja dakwah teknis. Karena
Membangun kemandirian dana membutuhkan satu lembaga dan manajemen tersendiri (wallohu
a’lam).
7.
Bangun Pondok
Tahfidz dan Pesantren Mahasiswa
8.
Persiapkan Beladiri
Menghadapi konfrontasi melawan
revolusi syiah dari kampus. Dalam analisis sederhana tidak menutup kemungkinan
Indonesia akan mengalami Nasib Negara-negara yang mengekspor Revolusi Iran.
9. Aktifkan Halaqah Diskusi, ‘putar’ informasi lewat kajian buku
dan wacana dengan wasilah kepenulisan
10.
Perkuat komunikasi
dengan LDK/LDF lain.
Optimalisasi-kan
komunikasi lewat sarana LIDMI.
11.
Perluas sayap-sayap
ekspansi ke wilayah Indonesia Bagian Timur dan Persiapkan LDK untuk menjadi
PUSJARNAS[5]
Di
bagian -akhir- ini, saya berdoa semoga saya dan kalian diberi taufiq untuk
mengamalkannya. Dan semua itu bisa terwujud kecuali dengan bimbingan Allah.
Untuk itu mintalah bimbingan Allah. Mintalah petunjuk-Nya. Biarkan diri kita diatur
dan diarahkan oleh Allah. Karena siapa yang telah menyerahkan dirinya untuk
Allah, maka biarkan Allah yang menggerakkan dan membimbingnya. Itulah puncak
tawakkal. Saat kita betul-betul meniadakan kekuasaan atas diri kita, dan
membiarkan diri kita hidup di bawah petunjuk dan naungan-Nya.
Selesai di
Bogor, Ahad 25 Jumadil Ula 1435 H
(bertepatan dengan 30 Maret 2014)
Selamat Berjuang,
Akhukum fillah,
Abu Adlan Faatih
Maraji’
Abu Khalil, Syauqi. 2010. Atlas
Hadits. Almahira: Jakarta
Ali Shalabi, Muhammad. 2012. Fikih
Tamkin. Pustaka al-Kautsar: Jakarta
Al-Mubarakfuri, Syafiyurrahman.
2012. Ar-Rahiiq al-Makhtum. Darul Haq: Jakarta
Al-Qur’an Bayan. 2009. Bayan Qur’an: Depok
Katsir, Ibnu. 2010. Al-Bidayah wa
an-Nihayah (Jilid 6). Pustaka Azzam: Jakarta
Natsir, Muhammad dkk. 2002. Debat
Dasar Negara; Islam dan Pancasila konstituante 1957. Pustaka Panjimas:
Jakarta
Quthb, Sayyid. 2012. Ma’alim fi
ath-Thariq. Darul Uswah: Yogyakarta
Sunarto, Ahmad. 2013. Ensiklopedia
Biografi. Widya Cahaya: Jakarta
Surya Negara, Ahmad Mansur. 2013. Api
Sejarah. Salamadani: Bandung
Tim Penulis. 2013. Mengenal dan Mewaspadai
Penyimpangan Syiah. FORMAS: Jakarta
[1]
Jika ada yang tidak sepakat silahkan mengirim bantahan lewat tulisan ke elfaatihabufath@gmail.com
[2]
Tim Penulis, Mengenal dan mewaspadai Penyimpangan Syiah, FORMAS, Jakarta, 2013,
hal. 90
[3]
QS. Al-Jumuah: 10
[4]
SD, SMP dan SMA
[5]
Untuk sementara, diskusi tentang “LIDMI dan gerakannya di kancah dakwah
nasional” harus diporsikan waktu khusus, Insya Allah dalam waktu dekat
tulisannya akan kami rilis
No comments:
Post a Comment