Begitu
pula, dalam situs familyresearchinst.org melaporkan bahwa ternyata penderita homoseksual
sering menemui kematian yang lebih dini. Tiga persen dari kaum gay meninggal mengenaskan.
Mereka 116 kali lebih cenderung untuk dibunuh (dibandingkan dengan tingkat
pembunuhan nasional), jauh lebih mudah untuk bunuh diri, dan memiliki rata-rata
kematian dari kecelakaan lalu-lintas yang tinggi (had high traffic-accident
death-rates). Mereka juga lebih mudah mendapatkan serangan jantung, kanker,
dan penyakit liver yang sangat umum. Sementara itu, 18% dari lesbian diberitakan
meninggal lewat kasus pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan dimana jumlah
tersebut rata-rata 456 kali lebih tinggi dari wanita kulit putih berusia 25-44
tahun.
Di
Amerika kematian dan penyakit menyertai aktivitas seksual yang keliru dan tidak
sehat. Antara 70% sampai 78%, gay dilaporkan memiliki Penyakit Menular Seksual.
Menderita penyakit dari parasit usus (cacing, cacing pita, dan amuba) berkisar
dari 25% hingga 39%. Dan pada tahun 2012, 55% dari kasus AIDS di AS terjadi pada
gay dan 30.000 gay di AS tertular HIV setiap tahunnya. (lihat www.familyresearchinst.org)
Sebuah
studi tentang Rutinitas Seksual (The Seattle Sexual Diary Study)
menemukan bahwa, rata-rata setiap tahunnya para gay rata-rata melakukan: Rangsangan
kelamin pada 108 pria dan menelan cairan semen (baca: air mani) dari 48 pria; Bertukar
air liur dengan 96 pria; Mengalami 68 penetrasi kelamin lewat anus; dan menelan
material feces dari 19 orang lainnya. Sehingga studi ini menunjukkan 10%
dari objek penelitian menderita hepatitis B dan 7% terjangkit hepatitis A sepanjang
penelitian selama 6 bulan.
Selain
itu menurut pergaulan seksual, ditunjukkan bahwa 28% pria homoseksual memiliki
lebih dari 1.000 mitra. Bell dan Weinberg melaporkan bukti penyebaran kekerasan
seksual di kalangan pria homoseksual. 83% dari pria homoseksual yang disurvei diperkirakan
telah berhubungan seks dengan 50 atau lebih pasangan dalam hidup mereka, 43%
diperkirakan mereka berhubungan dengan 500 pasangan atau lebih; Bahkan 28%
dengan 1.000 pasangan atau lebih (Lihat: https://carm.org/is-homosexuality-dangerous).
Mempertimbangkan
data-data tersebut, kiranya para penganjur LGBT memikirkan ulang promosi
mereka. Sebab para penderita Gay atau pun lesbian akan berpotensi menularkan
penyakit baik secara psikis maupun sosial.
Sementara
beban biaya medis secara luas di kalangan para penderita HIV/AIDS sangatlah
besar. Situs Msnbc.msn.com melaporkan bahwa sekitar 12,1 Miliar US Dollar biaya
tahunan di AS digunakan untuk pengobatan masa depan (future treatment) bagi
40.000 orang yang terinfeksi HIV. Sementara di Kanada, sekitar 2 Miliar Dollar
biaya digunakan, baik langsungg mapun tak langsung, untuk pengobatan,
pencegahan dan penelitian HIV/AIDS. (Gpiatlantic.org/releases/pr_cost_aids.htm).
Saya
kira menurut sekelumit dari hasil penelitian ini akan menjadi alasan secara
khusus bagi para Dokter dan Pelayan Kesehatan lainnya untuk menolak perjuangan
kaum penganjur LGBT. Setidaknya para Dokter akan menjadi lawan utama dari
penganjur LGBT.
Agaknya,
mereka yang menganjurkan penerimaan masyarakat akan kelainan orientasi seksual
kurang melihat bukti yang berkembang dan tak terbantahkan mengenai dampak
serius yang mengancam jiwa yang berhubungan dengan gaya hidup LGBT, secara umum.
Kelompok advokasi homoseksual seharusnya memiliki kewajiban moral untuk
menyebarluaskan informasi medis yang bisa menjadi bukti agar mereka yang
sementara merasa benar dengan penyimpangannya untuk tidak larut dalam gaya
hidup yang tidak sehat dan berbahaya. Begitu pula, para pejabat pendidikan
khususnya memiliki tugas untuk memberikan informasi mengenai efek negatif dari LGBT
kepada siswa, yang hidupnya akan berada dalam risiko besar jika terlibat dalam
perilaku tersebut.
Dan
tentunya, selain usaha-usaha demikian, kita juga patut untuk mendoakan mereka
yang belum mengenal fitrahnya dengan baik dan benar. Semoga Allah menyembuhkan
dan memberi hidayah. Wallohu a’lam.
No comments:
Post a Comment