Cari

ISLAMISASI SAINS ALA ZAKIR NAIK

Tuesday, 18 April 2017



 
Syamsuar Hamka
(Penulis, Peneliti Filsafat Sains)



“Alam semesta tercipta tanpa campur tangan Tuhan!”

Apa yang akan kita katakan jika ada seseorang yang mengungkapkan pertanyaan seperti itu ?. Sebagai muslim, kita tentu sepenuhnya tidak sepakat. Sebab dalam ‘bangunan ilmu’ islam, alam adalah ciptaan, dan Tuhanlah adalah pencipta.

Akan tetapi, sadar atau tidak, suka atau tidak suka, sistem keyakinan (baca: tauhid) seperti itu akan terus diancam oleh berbagai spekulasi – spekulasi dari dari para pemikir dan saintis agnostik (baca: ateis). Kini, kita akan mudah menemukan portal web ataupun grup – grup di media sosial seperti di Facebook yang menjadi sarana promosi Ateisme. Mayoritas argumennya menawarkan sains sebagai alternatif keyakinan yang baru sebagai ganti dari kepercayaan – kepercayaan kuno, seperti agama, menurut mereka.
Pada sisi yang lain, kita juga tidak bisa pungkiri, bahwa sains memiliki perkembangan yang sangat dahsyat. Perkembangan itu telah membawa perubahan yang sangat fundamental dalam struktur sosial masyarakat kita. Apa yang kita baca sekarang adalah berkat kemajuan sains dan teknologi itu.
Akan tetapi, yang mengkhawatirkan adalah perkembangan sains yang mengarah pada unsur – unsur keyakinan seperti di atas. Pertanyaan seperti Siapa pencipta alam semesta, siapa nenek moyang manusia dan lain – lain. Sebuah perluasan yang dikenal dengan Scientific Expansionism.
Hal itu bisa dilihat dari beberapa argumen dari beberapa ilmuwan modern yang menyatakan bahwa sains (kini), bisa dianggap sebagai satu – satunya alat pembuktian kebenaran yang sah.
Salah satu fakta yang menunjukkan hal tersebut adalah ungkapan – ungkapan Fisikawan Inggris, Stephen Hawking. "Sebelum kita memahami ilmu pengetahuan, adalah wajar untuk percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Tapi sekarang ilmu pengetahuan menawarkan penjelasan yang lebih meyakinkan (tentang alam semesta)," katanya (lihat: https://www.dream.co.id/news/stephen-hawking-tuhan-sejatinya-tidak-ada-1409291.html).
Ungkapan – ungkapan Hawking banyak yang menuai kontroversi. Salah satu diantaranya adalah pernyataannya, bahwa keberadaan Tuhan tidak diperlukan untuk mengadakan alam semesta. Alam semesta dapat terjadi dengan sendirinya tanpa campur tangan Tuhan, pungkas Hawking dalam bukunya The Grand Design. Lebih jauh, pertanyaan kontroversialnya dapat kita baca di beberapa situs seperti telegraph, BBC, IBTimes, dan lain – lain.
Kehadiran sains di dunia Islam disadari atau tidak, ternyata membawa ekses – ekses negatif. Sains yang telah berkembang demikian hebat dalam rahim Beradaban Barat tidak hanya menawarkan prospek – prospek kemajuan tertentu, namun ia juga memunculkan kekhawatiran bagi para intelektual muslim yang berpotensi untuk mengguncang iman. Sehingga, menanggapi kemajuan sains barat tersebut kita bisa mendapati beberapa usaha para ulama dan intelektual dalam menghadapi tantangan sains modern. Salah satu diantaranya adalah dr. Zakir Naik.


Siapa Zakir Naik ?

Ia bernama lengkap Zakir Abdul Karim Naik. Zakir Naik lahir pada tanggal 18 Oktober 1965 di Kota Mumbai, India. Ayahnya bernama abdul Karim naik. Zakir memulai pendidikannya dengan bersekolah di St. Peter's High School (ICSE) di kota kelahirannya yaitu Mumbai. Dari sana ia kemudian masuk di Kishinchand Chellaram College dan kemudian ke Topiwala National Medical College, di sekolah tersebut, ia banyak mempelajari mengenai ilmu kesehatan.
Zakir Naik kemudian melanjutkan kuliahnya di University of Mumbai, India di jurusan Ilmu Kedokteran dan memperoleh gelar MBBS (Bachelor of Medicine Bachelor Of Surgery) setelah itu ia bekerja sebagai dokter di kota Mumbai.
Namun kemudian pada tahun 1991, di bawah asuhan gurunya, Ahmad Deedat, Kristolog Muslim yang banyak melakukan dakwah terhadap kristiani, ia mengambil keputusan dengan berhenti sebagai dokter medis dan mengikuti jejak gurunya sebagai seorang pendakwah Islam. Menjadi dokter hati lebih baik daripada menjadi dokter fisik, merupakan salah satu alasannya.
Ia dikenal memiliki hafalan yang kuat pada kitab suci al-Qur’an dan kitab suci agama lain seperti Bibel, Weda, Tripitaka, Bhagavad Gita. Selain itu ia juga memiliki kekuatan argumentasi, serta penjelasan yang logis, namun ringan dan mudah dimengerti. Dengan modal itu, ia berhasil mempengaruhi banyak orang dan tersentuh untuk memeluk islam (http://www.biografiku.com/2016/02/biografi-dr-zakir-naik-biodata-dan-profil-lengkapnya.html). Kehadiran Zakir Naik menambah khazanah intelektual tentang islamisasi di dunia islam.




Sains dan Islamisasi

            Membincang Islamisasi Sains, kita sering kita tidak bisa terlepas dari nama – nama pemikir hebat masa keemasan islam seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, al-Farabi, Ibn Haytham dan lain – lain sebagai tokoh yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sains dan teknologi masa sekarang. Beberapa karya tulis yang mencoba mengungkapkan kembali peran islam terhadap peradaban modern bisa menjadi salah satu rujukan dalam sejarah dan Islamisasi sains. diantaranya adalah masterpiece dari George Sarton, buku yang berjudul History of Science, serta buku Prof. Raghib as-Sirjani, yang dalam versi Arab berjudul Madza Qaddamal Muslimun Lil ‘Alam Ishamaatu al-Muslimin Fi Al-Hadharah Al-Insaniyah.
            Akan tetapi, kita tentu tidak boleh terbuai dengan kegemilangan masa lalu. Sejarah memang penting, namun sejarah tidak akan berdampak apa – apa jika tidak ada usaha yang nyata dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan kegelimangan seperti itu.
Itulah mungkin yang dilakukan oleh dr. Zakir Naik. Sains yang hadir sebagai ‘paradigma keilmuwan’ sedikit banyak menjadi tantangan dalam perkembangan dunia islam. Sehingga dalam menjalankan misi dakwahnya, Zakir Naik mencoba mengungkapkan mukjizat – mukjizat al-Qur’an dari segi ilmu pengetahuan.
Kita bisa menemukan usaha islamisasi sains ala Zakir Naik ini dalam berbagai unggahan videonya. Salah satunya adalah yang berjudul “Qur'an And Modern Science; Compatible Or Incompatible”. Video yang berdurasi 2 jam 14 menit telah ditonton lebih dari 200 ribu kali tersebut, menayangkan dr. Zakir Naik yang membahas ungkapan – ungkapan al-Qur’an 1.400 tahun yang lalu dari bidang Biologi, Astronomi, Geologi, dan lain – lain. Hal yang sama kita dapat lewat karya – karya Prof. Zaghlul an-Najjar, Prof. Maurice Bucaille dan Harun Yahya.
Video lain yang membuat dr. Zakir Naik dikenal luas di belahan dunia islam adalah melalui debatnya pada tanggal 1 April 2004, dengan William Campbell dengan topik 'Islam dan kristen dalam Ilmu pengetahuan'. Keduanya membicarakan mengenai kesalahan-kesalahan ilmiah yang terdapat di dalam kitab suci, antara al-Qur’an dan Bibel. Hasilnya, beberapa pertanyaan dr. Zakir Naik sama sekali tidak mampu dijawab oleh Dr. William Campbell.
Melihat beberapa videonya, kita bisa berkesimpulan bahwa, Zakir Naik bukan orang sembarangan. Sebab lewat berbagai usaha islamisasinya, ribuan orang telah bersyahadat karena ceramahnya.
Meski tidak jarang, beberapa intelektual mengkritik usaha Islamisasi tersebut karena terkesan ‘Justifikasi’. Artinya, seakan – akan al-Qur’an hanya menjadi alat ‘stempel’ untuk menjustifikasi kebenaran Sains. Padahal tentu, Sains sifatnya Relatif dan Dinamis. Sementara al-Qur’an sudah Final dan tidak berubah lagi. Sehingga akan muncul kecenderungan untuk membenarkan sains modern dari ayat – ayat al-Qur’an.
Karena itu, kita mengenal ada beberapa metode atau model islamisasi sains yang lain dari para ulama dan tokoh intelektual di dunia islam. Apa yang dilakukan Zakir Naik hanyalah satu diantaranya. Metode Islamisasi tersebut diantaranya adalah Sakralisasi, Instrumentalistik, Integrasi dan Paradigma. Mudah-mudahan, kita bisa membahas pada tulisan berikutnya (Wallohu a’lam bi as-Showab).

No comments:

Post a Comment

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang