Syamsuar
Hamka
(Peserta
Kaderisasi 1000 Ulama DDII-BAZNAS 2014)
Mukadimah
Derasnya arus dan perkembangan informasi
membuat beberapa perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan di dunia.
Unsur – unsur dan nilai – nilai baru setiap harinya berlalu – lintas antara
berbagai belahan dunia. Hal itu disebabkan keberadaan perangkat teknologi yang
sangat memungkinkan.
Salah satu fakta yang menunjukkannya adalah pengiriman
dan penggunaan Smartphone di dunia. Perusahaan riset International Data
Corporation (IDC) menerbitkan laporan mengenai data penjualan smartphone
sepanjang 2015. Laporan tersebut menyebutkan bahwa hingga tahun lalu berakhir,
pengiriman smartphone secara global mencapai angka 1,43 miliar unit. Angka ini
menunjukkan peningkatan 10,1 persen dibandingkan tahun lalu. Pada kuartal
keempat 2015, pengiriman smartphone mencapai 399,5 juta unit, atau meningkat
5,7 persen dibandingkan dengan periode tiga bulan terakhir 2014. Secara keseluruhan,
Samsung berhasil mengirim 324,8 juta unit smartphone pada tahun 2015, Apple
mengirimkan 231,5 juta unit, Huawei sebanyak 106,6 juta unit, Lenovo 74 juta
unit, dan Xiaomi mengirimkan sebanyak 70,8 juta ke seluruh dunia.[1]
Bersamaan dengan itu, sebagai pasar gadget
yang potensial, Indonesia termasuk Negara yang banyak mengakses data internet. Survei
yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII)
mengungkap bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke
internet. Survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta
orang Indonesia telah terhubung ke internet. Adapun total penduduk Indonesia
sendiri sebanyak 256,2 juta orang.
Data survei ini juga mengungkap bahwa
rata-rata pengakses internet di Indonesia menggunakan perangkat genggam.
Statistiknya sebagai berikut:
- 67,2 juta orang atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat
genggam dan komputer.
- 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone.
- 2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses hanya dari komputer.
Meski demikian, penetrasi internet tersebut
mayoritas masih berada di Pulau Jawa. Dari survei yang dipresentasikan oleh
APJII itu tercatat bahwa sekitar 86,3 juta orang atau 65 persen dari angkat
total pengguna internet tahun ini berada di Pulau Jawa. Sedangkan sisanya
adalah sebagai berikut:
- 20,7 juta atau 15,7 persen di Sumatera.
- 8,4 juta atau 6,3 persen di Sulawesi.
- 7,6 juta atau 5,8 persen di Kalimantan.
- 6,1 juta atau 4,7 persen di Bali dan NTB.
- 3,3 juta atau 2,5 persen di Maluku dan Papua.[2]
Dengan melihat data – data di atas, kita bisa
menyimpulkan bahwa telah terbentuk sebuah struktur sosial masyarakat baru.
Dimana masa sekarang adalah masa digital. Hal itu dikuatkan dalam sebuah tesa
yang dikemukakan oleh Daniel H. Pink yang menulis buku, “Misteri Otak Kanan”.
Dalam bukunya, berdasarkan analisis sejarah, ia menyatakan bahwa sedang terjadi
perubahan sosial masyarakat dari Pertanian yang mengandalkan otot, berubah menjadi
Industri yang mengandalkan mesin (mekanisasi) dan berlanjut kepada informasi.
Masa informasi ditandai dengan pengaruh dan penetrasi perangkat teknologi.
Media
dan Perubahan Struktur Sosial Masyarakat
Kita bisa melihat bagaimana perubahan struktur
sosial masyarakat di Indonesia yang sedang terjadi pada beberapa kasus beberapa
tahun terakhir. Kemenangan Jokowi – Ahok tentu tidak lepas dari kekuatan
‘Buzzer’ JASMEV yang bergerilya di dunia maya. Dan hal itu berlanjut dalam
proses Pemilu dan membawa kemenangan bagi pasangan Jokowi-JK dalam kontestasi
Pemilihan Umum Presiden RI Tahun 2014 lalu.
Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla
(Jokowi-JK) meraup sebanyak kurang lebih 80 juta suara atau 53,15 persen dari
total surat suara sah pada gelaran Pemilihan Presiden 2014. Hasil ini menumbangkan
kompetitornya, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dengan perolehan sekira 62
juta suara.[3]
Kemenangan tersebut selain tidak lepas
dari peran penuh oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan
partai-partai koalisinya, serta ribuan relawan Jokowi-JK di seluruh Indonesia,
juga tidak lepas dari sosok yang berada di belakang layar. Dia pula yang pernah
menangani pemenangan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam pemilu 2012
lalu.
Adalah Adryan
Fitra, lelaki asal Banda Aceh yang jamak dikenal di
kalangan internet marketer dan pengusaha yang banyak mengandalkan dunia maya
sebagai sarananya. Tahun 2012, ia “membidani” kampanye digital untuk Barack
Obama. Hasilnya, calon presiden incumbent yang pernah
bersekolah di Indonesia tersebut, kembali mendulang sukses menjadi penghuni
gedung putih di negara adidaya.
Dalam video pernyataan tentang pekerjaannya
yang ia unggah di situs youtube.com, Adryan mengaku keberhasilannya memoles
citra Obama hingga meraih kemenangan, banyak memberikan pelajaran, yang
akhirnya ia terapkan ketika didapuk menjadi konsultan kampanye sosial media
pasangan Jokowi-JK.
Kampanye melalui sosial media adalah
metode kampanye yang efektif dan efisien. Melalui berbagai situs pertemanan
seperti Facebook, Twitter, Path, Google Plus dan lain-lain, informasi mengenai
sang calon bisa tersebar luas dengan waktu relatif singkat, dan efisien karena
murah biayanya. Itulah yang dilakukan Adryan. Mengikuti kegiatan Jokowi-JK
menjadi rutinitasnya. Adryan menggarap berbagai produk digital untuk diunggah
ke berbagai situs, seperti video, foto, tulisan dan artikel.
Tidak hanya itu, setiap hari Adryan juga
melakukan penelusuran terhadap topik yang hangat dibicarakan warga dunia maya
mengenai pasangan Jokowi-JK, baik yang positif maupun negatif. Setelahnya,
untuk menanggulangi opini negatif, tim kampanye bisa melakukan berbagai
tindakan preventif.
Dari pemaparan tersebut, peran dunia
maya tidak bisa dikesampingkan dalam Social Engineering dan Dakwah Amar
Makrur Nahi Munkar. Hal itu senada dengan apa yang diungkapkan oleh Pengurus PP
Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya, dalam Workshop Workshop Majelis Pustaka dan
Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Sabtu 27/08/2016 di UMS Solo ia
menyatakan bahwa ‘Jihad Informasi’, adalah sangat penting dalam berjuang
memberikan pencerahan (enlightenment) pada publik dengan mendayagunakan
media alternatif. Mustofa yang membawakan materi 'media alternatif' pada
Workshop tersebut menekankan tentang betapa pentingnya media tandingan untuk
memberikan keseimbangan terhadap berita maupun opini yang diproduksi oleh media
arus utama (media mainstream).[4]
Bahkan kini pengaruh media – media yang lain
(media alternatif) sedikit banyak mempengaruhi ‘media mainstream’ seperti Kasus
Tolikara hingga kasus Ahok dan Aksi 411 dan 212 di Jakarta dan beberapa kota
besar di Indonesia.
Media Mainstream tidak bisa menutup – nutupi
aksi bela Islam dalam tiga gelombang tersebut sebagai aksi paling bermartabat
dan paling damai yang menjadi cerminan sikap dan wajah muslim Indonesia
terhadap dunia internasional. Demikian halnya dalam proses dan penegakan hukum
yang berkeadilan.
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Maneger Nasution yang mengamati langsung Aksi Bela Alquran 4
November menyatakan bahwa, dunia kemanusiaan berterima kasih kepada umat Islam
Indonesia. Dalam pernyataannya yang
dilansir Republika.com (Jumat/04/11/16), "Saya, dan mungkin siapa pun,
yang menyaksikan lautan manusia hari ini di sekitar Monas dan Istana Medan
Merdeka, pasti merinding. Muslim Indonesia telah mencontohkan pelaksanaan demonstrasi
secara bermatabat,"[5]
Meski beberapa media mainstream seperti Tempo,
Kompas dan Metro TV menyorot sisi yang lain, seperti wacana makar, dan aksi
anarkis dari oknum yang tidak bertanggung jawab dalam aksi 411 namun ‘logika
dan akal sehat publik’ tetap tidak bisa didistorsi. Hal tersebut juga sangat
dipengaruhi oleh kuatnya pengaruh media sosial, peranan ‘cyber army’ dan media
islam online, hingga mendapat respon berupa diblokirnya beberapa situs islam
menjelang aksi 411.
Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa metode,
uslub ataupun washilah dakwah kini juga banyak berbeda. Perubahan struktur
sosial masyarakat juga menyebabkan perubahan metode dakwah yang relevan, tepat
dan efisien.
Dahulu Para Wali Songo menggunakan wasilah Wayang
untuk menggalang simpatisan dan menyampaikan dakwah. Karena memang secara
sosial, wasilah tersebut menjadi cara yang paling mudah, dan tepat untuk
menyampaikan risalah islam kepada masyarakat yang bisa diterima dalam berbagai
hierarki masyarakat.
Demikian halnya masa sekarang. Wasilah media
sosial dan akses informasi ke dunia maya juga menjadi hal yang tidak bisa
dipisahkan. Apalagi telah terjadi pergeseran budaya literasi dan belajar
masyarakat muslim ke arah media online.
Ketersediaan (baca: keberlimpahan) aplikasi berbasis digital mulai dari
al-Qur’an, Kitab Tafsir, Kitab Hadits dan berbagai macam referensi, sedikit
banyaknya mempengaruhi cara belajar masyarakat muslim. Sehingga untuk
mengukuhkan posisi dan pentingnya saluran informasi bernafaskan islam
dibutuhkan media yang bisa menjadi alternative media – media sekuler.
Meski kesadaran akan pentingnya media islam tesebut
sebenarnya sudah dinampakkan dan dirintis bukan hanya pada tataran nasional.
Bahkan sudah didesain dalam rekomendasi dan pertemuan di tataran dunia internasional.
Salah satunya adalah pendirian Kantor Berita
Islam yang menjadi rekomendasi pada The International Islamic Mass Media
Conference Pada tanggal 1-3 september 1980, di Jakarta, yang
melahirkan Deklarasi Jakarta. Dari delapan butir deklarasi dari konferensi
tersebut, salah satunya adalah pentingnya didirikannya kantor Berita Islam
Dunia yang akan dimanajemeni oleh Rabithah Alam
Islami.
Akan tetapi, gagasan ini tak juga kunjung
terealisasi. Pada tanggal 3-5 Desember 2013, Kemenag bekerja sama dengan Rabithah Alam Islami menyelenggarakan
Konferensi Media Islam yang diselenggarakan di Hotel Shangri-La Jakarta, dengan
tema Media and Social Responsibility,
yang menghadirkan sejumlah nara sumber dari berbagai negara Islam.
Salah satu rekomendasinya adalah adanya usulan
terbentuknya televisi Islam Internasional yang berada dalam naungan Rabithah
Alam Islami (Liga Islam Dunia). Konferensi ini adalah lanjutan dari
konferensi yang digelar di Jakarta pada tahun 2011, dan menghasilkan
rekomendasi serupa. Demikian halnya Forum Internasional untuk Media dan
Komunikasi Palestina ‘Tawasul’ yang digelar di Turki selama dua hari pada 23-24
April yang membahas Perjuangan Kemerdekaan Palestina dalam transformasi
Media-Media Arab.
Cita-cita membuat Kantor Berita Islam
Internasional sudah berusia 36 tahun, tak juga kunjung terealisir. Ketika
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) lahir pada akhir 1990-an, salah satu
rekomendasinya adalah mendirikan koran Islam berskala nasional, Republika.
Dalam perjalanannya, ketika B.J. Habibie tak lagi berada di pemerintahan, koran
ini pindah tangan, sahamnya dijual ke pengusaha Erick Tohir. Pelan-pelan
marwahnya sebagai koran Islam pun meredup.[6]
Peran
Kader Ulama
Dalam ajaran Islam, ulama menempati posisi
sentral. Rasulullah SAW bersabda, “Ulama adalah pewaris para nabi. Para Nabi
tidak mewariskan dinar dan tidak juga dirham, melainkan mereka hanya mewariskan
ilmu.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah). Nabi juga memposisikan para
ulama laksana bintang yang menjadi tempat umat mendapat bimbingan dan petunjuk.
Sebagai pewaris Nabi, para ulama bertanggung jawab untuk menjaga dan
melanjutkan Risalah Nabi. Para ulama itulah yang pertama kali harus
mempertahankan dan menegakkan ajaran Tauhid.
Nabi Muhammad saw telah memberi amanah kepada
para ulama untuk menjaga agama ini. Tentu saja, itu harus mereka lakukan dengan
cara menjaga keilmuan Islam dengan baik. Bahkan, Rasulullah saw mengingatkan
akan datangnya satu zaman yang penuh dengan fitnah dan banyaknya orang-orang
jahil yang memberi fatwa. Sabda Rasulullah saw: Bahwasanya Allah SWT tidak akan
mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah menghilangkan ilmu
agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang
banyak akan memilih orang-orang bodoh sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin
yang bodoh itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka
sesat dan menyesatkan. (HR Muslim). Jika di masa kolonialisme klasik, pesantren
menjadi pusat perlawanan kaum Muslim, maka kita berharap, di masa imperialisme
modern dan liberalisasi Islam saat ini, perlawanan pemikiran itu juga muncul
dari pesantren. Para ulama perlu merenungkan kembali, bagaimana Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, dan para wali lain, sukses mengislamkan tanah Jawa ini,
juga mulai dari pesantren.
Tidak lain, karena metode yang diterapkan oleh
para ulama sesuai dengan kondisi struktur sosial masyarakat saat itu. Rakyat
Indonesia masih kuat memegang tradisi, adat dan kebudayaan. Sehingga cara yang
paling tepat untuk melakukan islamisasi adalah bukan ‘merubuhkan’ tatanan
kebudayaan yang ada dengan model ‘konfrontasi’ agama vis avis budaya. Namun
dengan islamisasi. Islam tidak dirubah substansinya, namun diresapkan masuk ke
dalam ‘ritual’ kebudayaan masyarakat. Sehingga islam tidaklah berubah, namun
realitas yang diupayakan untuk bisa menerima konsep – konsep dasar islam lewat
berbagai metode.
Hal itu pula tentu harus dipikirkan dalam masa
sekarang. Dimana rujukan utama masyrakat adalah media. Bahkan dianggap bahwa
‘Suara Media adalah Suara Tuhan’. Sehingga apa pun yang tampil dalam media bisa
menjadi model, contoh dan teladan.
Namun tentu melihat media sekarang, tujuan
edukasi, informasi and kontrol sosial tidak lagi bisa berjalan sebagaimana
peranan media. Kini media justru banyak yang pragmatis dan mengejar rating
dengan bebagai cara. Sehingga yang menjadi korban adalah para penikmat
informasi yang dicampuri dengan bumbu – bumbu yang merusak aqidah, fikrah dan
akhlaq.
Begitu pula media on-line. Dimana pada media
on-line bertebaran informasi – informasi yang merusak. Mengandung virus – virus
aqidah, ilmu dan iman. Sehingga dakwah islam tidak boleh kalah dalam
mempromosikan risalah islam. Kini banyak bertebaran situs-situs yang
mempromosikan LGBT (aruspelangi.org dan melela.org) dan pemikiran menyimpang
lainnya yang menjadi referensi masyarakat dalam masalah – masalah tersebut.
Sehingga, disinilah pentingnya kader – kader
ulama dalam mengatasi informasi yang menyimpang. Kader – kader ulama tentu
diharapkan menajdi pionir yang tampil dalam berbagai media untuk menjawab
persoalan dan kasus – kasus aktual dalam perspektif islam.
Saat ini, potensi berbagai kader yang terbagi
dalam berbagai program studi sangat potensial untuk membangun gerakan bersama
dalam sebuah situs online. Program Kaderisasi 1000 Ulama yang telah
dilaksanakan mulai tahun 2007 sudah menjaring Jenjang S3 sebanyak 40 orang dan
18 orang diantaranya telah dinyatakan lulus. Serta Jenjang S2 sebanyak 208
orang dan 129 orang diantaranya telah dinyatakan lulus.[7]
Khatimah
Peserta KSU merupakan kader – kader terbaik
dari berbagai ormas Islam. Sehingga ke
depan bisa diharapkan mengemban amanah sebagai pemimpin umat dengan ilmu dan
muwashafat ilmiyah serta menguasai wacana – wacana aktual di bidangnya.
Sehingga bisa menjadi rujukan umat.
Karena itu, keberadaan kader – kader potensial
tersebut dapat mengelola secara bersama dengan dakwah bi al-lisan dan bi
al-qolam dalam sebuah situs yang professional yang memuat gagasan – gagasan
‘fresh’ atau ide – ide segar dari generasi muda, kader – kader ulama.
Web tersebut diformat dalam dua grand gerakan utama,
yaitu ilmu dan informasi. Ilmu, maksudnya bahwa situs tersebut menjadi wadah
penyebaran hasil asah daya nalar dan intelektualitas para kader dan kontributor
lewat berbagai masalah – masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Yang kedua,
Informasi. Maksudnya, situs tersebut dikelola dengan memuat berbagai berita dakwah
islam. Sekaligus sebagai sarana strategi ‘penokohan’ untuk mempromosikan figure
– figure dai dan aktivis, serta kader ulama – ulama muda dalam berbagai
kontribusinya.
Tema utama situs dapat direduksi ke dalam
empat kajian utama. Pendidikan, Ekonomi, Pemikiran dan Politik Islam. Keempat
tema itu dipilih dengan alasan bahwa belum ada satu pun situs islam yang
konsisten mempromosikan tema – tema pendidikan islam sebagai alternatif
pendidikan sekuler sebagai tema perjuangan utama. Begitu pula Ekonomi dan Politik
Islam. Ada perjuangan dengan lisan dan tulisan melawan gerakan – gerakan
sekulerisasi danliberalisasi. Hal itu disebutkan dalam hadits, Berjihadlah melawan orang-orang
musyrikin dengan harta, jiwa, dan lisan kalian (HR
Ahmad III/124, an Nasa’i VI/7 dan Al-Hakim II/81 dari jalan Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, dengan sanad sahih).
Sampai saat ini, sependek pengetahuan penulis,
situs – situs islam masih lebih banyak berorientasi pada berita.[8]
Belum banyak yang berisi kajian ilmiah yang merupakan hasil dari riset sosial
dan kajian pustakan yang serius namun dalam bahasa yang ringan dan mudah
dimengerti. Termasuk dalam persoalan politik Islam, belum ada yang terlihat
menampilkan pemikiran – pemikiran politik yang lebih nyata dan bisa diterapkan
dalam konteks politik islam dan Indonesia. Sehingga dengan empat kajian
tersebut, ada edukasi yang serius kepada ummat tentang pentingnya pendidikan
Islam, pentingnya ekonomi Islam dan prakteknya dalam berbagai dimensi, seperti
perbankan dan perzakatan. Begitu pula politik islam. Diharapkan ada edukasi
politik yang memadai. Agar umat bisa mengerti bagaimana posisi dan peran
politik islam di Indonesia (wallohu a’lam bi ash-showab).
Dibawakan pada acara Monitoring dan Evaluasi Peserta KSU 2014
di Gedung Menara Dakwah DDII Jakarta Pusat,
Kamis, 29 Desember 2016
[1]
Lihat: https://id.techinasia.com/idc-penjualan-smartphone-2015
[2]
APJII bekerja sama dengan Lembaga Polling Indonesia untuk melakukan survei
tersebut. Proses survei dilakukan melalui tatap muka dengan metode multistep
random sampling atau secara bertahap. (Lihat: http://tekno.kompas.com/read/2016/10/24/15064727/2016.pengguna.internet.di.indonesia.capai.132.juta.)
[3]
http://news.okezone.com/read/2014/10/19/337/1054227/adryan-fitra-sosok-di-balik-sukses-jokowi
[4]
http://www.jembermu.com/2016/09/jihad-informasi-muhammadiyah.html
[5]
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og4c9e361-komnas-ham-aksi-4-november-demo-paling-bermartabat
[6]
http://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2016/08/15/99388/jihad-media.html
[8] Salah satu situs yang menjadi fundamen
utama penyokong pembangunan sebuah Yayasan di Yogyakarta adalah Rumaysho.com
yang berhasil menyalurkan dana sebesar 19,3 Miliyar selama setahun dimana
sebagian besarnya didapatkan melalui situs tersebut.
No comments:
Post a Comment