Tulisan 212 tergores lebar di dadanya yang terbuka. Di tangan kanannya
tergenggam kapak berkepala naga. Pakaiannya putih, dengan rambut terurai hingga
bahunya. Tak lupa, kepalanya diikat dengan balutan kain putih. Dialah Pahlawan
di layar kaca era 90-an, Wiro Sableng.
Pada masa itu, angka 212 sangat erat dikaitkan dengan tokoh
tersebut. Meskipun fiktif, ia sangat digemari oleh remaja dan anak – anak.
Bahkan beberapa anak SD, SMP hingga SMA rela mencoreti dada atau lengannya
dengan angka 212 menggunakan pulpen.
Namun kini, Pasca Aksi Super Damai yang digelar di Monas Jakarta
Pusat kemarin, angka itu berubah dalam benak kita. 212 kemudian berubah menjadi
simbol gerakan perlawanan dengan ibadah dan doa. Tanpa anarkisme, kekerasan,
dan ancaman.
Aksi Super Damai 212 dengan dzikir, doa dan shalat jumat memiliki
banyak wajah. Salah satu diantaranya bahwa Aksi 212 merupakan penampakan dari
peran ulama dalam menjaga, membimbing dan mengarahkan umat. Para ulama terbukti
berhasil membimbing dan mengatur jalannya aksi. Meski massa yang berjuta,
kondisi menjadi aman, terkendali, dan bersih seperti sediakala.
Selain itu para ulama di NKRI terbukti berhasil dalam menjaga
hubungan yang baik dan harmonis dengan para pemimpin atau umara’. Bapak
Presiden, Joko Widodo beserta seluruh jajarannya, hingga Kapolri dan Panglima
TNI berhasil diajak duduk dalam sebuah ‘forum raksasa’ untuk menyampaikan aspirasi
mereka dalam penegakan hukum dan keadilan untuk NKRI.
Hampir semua media meliput aksi tersebut, serta menampilkan
pemberitaan kepada publik, bahwa aksi tersebut sangat sukses dan bermartabat. Sangat
susah untuk mengingkarinya.
Dan tentu, di atas semua itu, kita sebagai warga negara Indonesia
patut berbangga. Bahwa Islam telah hadir dalam denyut nadi peradaban bangsa
ini. Islam juga menjadi ruh spiritual bagi bangsa ini. Dan wajah islam semakin
mantap di hadapan semua pemeluk agama, suku dan ras untuk seluruh negeri ini
dengan wajah rahmatan lil ‘aalamin. Islam yang damai dalam persatuan dan
bersatu dalam kedamaian.
Sekali lagi, kita akan sangat bangga menjadi bagian dari umat Islam
di Indonesia. Menjadi pembela al-Qur’an yang menyuarakan penegakan hukum dan
keadilan. Kita menuntut agar setiap penista agama dihukum dengan sanksi yang
setimpal. Sebab bangsa dan negara yang merupakan karunia dari Allah Subhanahu
Wa ta’ala, harus dijaga dan dirawat. NKRI tidak boleh kalah dengan setiap
gerakan – gerakan yang ingin memisahkan diri. Bahkan membuat bangsa ini sama
nasibnya dengan bangsa – bangsa Timur Tengah yang dilanda dengan peperangan,
konflik dan kerugian jiwa dan material.
Generasi 554
Masa orde baru kita telah lewati. Pada masa itu, tekanan akan
gerakan – gerakan islam sangatlah besar. Hingga kajian, ta’lim, tarbiyah dan
aktivitas keagamaan, selalu menjadi objek pantauan para intelijen.
Namun, setelah masa Reformasi bergulir, dakwah Islam bisa bernafas
lebih lega. Udara kebebasan dan demokrasi dinikmati oleh gerakan – gerakan
Islam. Meski juga menjadi jalan mudahnya berkembang aliran – aliran sesat di
bumi Indonesia.
Dan perjuangan para aktivis Dakwah, Kiyai, Ulama dan Habaib jauh
sebelum masa Reformasi kita telah rasakan. Umat Islam lebih dewasa melihat
Bangsa dan Negara. Umat Islam bisa lebih paham akan pentingnya siyasah, serta
persatuan. Dan puncaknya –masa ini- adalah Aksi 411 dan 212 kemarin.
Tentu, kita tidak akan melihat gerakan massa yang banyak, yang
dikomandoi oleh GNPF – MUI dengan kinerja yang sangat rapi dan terencana, para
peserta aksi berduyun – duyun datang menuju monas. Dari semua kalangan hadir
menggelar sajadah di jalan – jalan. Mereka semua bergerak dengan ketaatan dan
arahan para pemimpin mereka.
Semua itu, tidak lain adalah karena buah dari pendidikan yang membentuk
kepribadian mereka. Para peserta aksi 212 adalah hasil dari perjuangan yang
panjang pendidikan umat. Perjuangan ‘Tarbiyah Islamiyah’ yang dikerjakan dengan
sungguh – sungguh dan ikhlas.
Kita tidak akan melihat ratusan orang yang bergerak dari Ciamis
menuju monas, menempuh perjalanan lebih dari 2 hari, jika mereka semua lahir
dari pendidikan sekuler yang tidak mengenal agama dan Tuhan. Sebab dari
Tarbiyah Islamiyah, aqidah akan dipupuk. Serta yang juga tak kalah pentingnya
adalah iman.
Dalam pendidikan sekuler yang selama ini dijalani oleh sebagian
besar generasi kita, telah memisahkan akal dan hatinya. Jiwa dan raganya tampil
dalam wajah yang berbeda. Sehingga kita tidak jarang melihat orang – orang yang
pandai dan cerdas namun tidak tahan godaan korupsi. Sebab iman yang ‘minimalis’
yang disemai dalam pendidikan sekuler.
Iman yang kokoh adalah ciri generasi yang lahir dari pendidikan Islam
yang benar. Iman adalah kata kunci yang membuka pemandangan Aksi 212 yang penuh
khidmat dan khusyu’. Imanlah yang menghiasi hati para peserta Aksi 212 hingga
mereka merasakan getaran yang tidak bisa dipahami oleh orang – orang sekuler.
Sebab aksi, demonstrasi, atau pun makar dalam kaca mata sekuler, selalu dimuati
dengan politik praktis, dan didorong oleh janji – janji materi.
Dalam kacamata iman, jauh berbeda. Iman mampu menangkap objek ilmu
yang tidak bisa diperoleh akal – akal sekuler. Iman mampu melihat makna yang
lebih dalam dari sekedar kata – kata, “Dibohongi pakai al-Maidah 51”. Iman
itulah yang terus ditumbuhkan dengan siraman tarbiyah islamiyah. Hingga menjadi
pohon raksasa, dengan akar yang menghujam ke bumi. Dan cabang – cabang yang tinggi
nan kokoh. Iman yang menjadikan kasih sayang sesama muslim dan tegas kepada
orang – orang kafir.
Generasi inilah yang disebutkan oleh Allah Azza Wajalla, dalam
al-Qur’an, al-Maidah: 54.
Wahai sekalian
orang beriman barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan kaum tersebut mencintai Allah,
mereka adalah orang-orang yang lemah lembut kepada sesama orang mukmin dan
sangat kuat -ditakuti- oleh orang-orang kafir. Mereka berjihad dijalan Allah,
dan mereka tidak takut terhadap cacian orang yang mencaci”.
Generasi yang tampil, bergerak membela al-Qur’an, mencintai saudara
dan bangsanya, serta menuntut keadilan dengan cara yang konstitusional.
Generasi 5:54.
No comments:
Post a Comment