Mukadimah
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (Bahasa
Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan
cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi
yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas
lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang
tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula
dengan hari kasih sayang.
Sejarah Valentine
The World Book Encyclopedia, Vol.20 menyebutkan:
“Some
trace it ti an ancient roman festival called Lupercalia. Other experts connect
the event with one or more saints early Christian Church. Still others link it
with an old English belief that birds choose their mates on february 14.
Valentine’s day probably came from a combination of all three of those
sources-plus the belief that spring is a time for levers”
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensiunan di
masa Romawi Kuno (13-18 Feb). Dua hari pertama untuk dewi cinta (Queen of
feverish love) Juno februata. Pada hari itu, para pemuda mengundi nama-nama
gadis di dalam kotak, lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis
yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun dan obyek hiburan.
Pada 15 februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan
serigala Selama upacara ini, kaum muda mencambuk orang dengan dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dicambuk karena anggapan cambukan itu dapat
mensuburkan mereka.
Versi Pertama Sejarah Valentine
•
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma,
mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa kristiani, antara
lain dengan mengganti nama-nama gadis dengan nama Paus atau Pastor.
•
The Catholic Encyclopedia Vol. XV
judul St. Valentine menuliskan ada tiga nama valentine yang mati pada 14
februari. Tidak ada sumber yang jelas bagaimana kisah St. valentine itu
•
Kaisar Claudius II memerintahkan
menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa
Al Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang romawi. Orang-orang yang
mendambakan doa St Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali besi.
Versi Kedua Sejarah Valentine
•
Caludius II menganggap tentara muda
bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang
menikah
•
Kaisar lalu melarang para pemuda
untuk menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.
Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun
ditangkap dan dihukum gantung 14 Februari 963 M
•
Kebiasaan mengirim kartu valentine
itu sendiri tidak ada kaitan langsung degan St. Valentine. Pada 1415 M ketika
the Duke of Orleans dipenjara di tower of London, pada perayaan hari gereja
mengenang St. Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di
perancis.
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno
yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
Upacara Romawi kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan
gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiati Paus Gelasius I. Jadi
acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya
menjadi tanggal Februari, bertepatan
dengan namanya St. Valentine.
Hari valentine
juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai
pejuang dan pembela cinta. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini,
perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”. Sungguh
ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir,
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata
bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual
paganisme. Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Beberapa Kesimpulan Untuk Perayaan Hari Velentine
Merayakan Valentine Berarti Meniru-Niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kair
(baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat
ditemukan dalam beberapa sabda asulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal
ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: Ijma’). Inilah yang disebutkan
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al
Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al-Aql, terbitan Wizarotusy
Syu’un al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih
sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil No. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari
Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama
Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang
Beriman
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang
yang tidak menyaksikan perbuatan zur,
dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqan: 72). Di antara pendapat yang ada
mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Robi’ bin Anas (Zaadul
Maysir, Ibnul auziy). Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak
menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut
adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib. Jadi, merayakan
Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas- jelas hari tersebut
bukanlah hari raya umat Islam.
Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya
di Hari Kiamat Nanti
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang
bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat,
wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang
telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang tersebut menjawab, “Aku
tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat,
banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah
dan Rasul-Nya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “(Kalau begitu)
engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan, “Kami
tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan
bersama dengan orang yang engkau cintai).” nas pun mengatakan, “Kalau begitu
aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku
berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun
aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan
Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan
orang Romawi. Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang
menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita
meminta orang menjadi “Sang aha uasa”. elas perbuatan ini merupakan kesyirikan
yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang halik, menghidupkan budaya pemujaan
kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine
jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme.
Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat
dalam perayaan orang lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama (baca : ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini
dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya ‘Ahkamu Ahlidz
Dzimmah’.
Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami
pergeseran. alau di masa omawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan
mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan
hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi.
ulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga
penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat
cinta kasih. Padalah mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah
Ta’ala berirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina ;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS.
l Isro’ : 32).
Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat,
bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang
dihambur-hamburkan ketika itu. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti
daripada dibelanjakan untuk hal yang lebih bermanaat. Itulah pemborosan yang
dilakukan ketika itu, mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika
itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine.
Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah (yang artinya), “Dan janganlah kamu
menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. l Isro’ : 26 - 27). Maksudnya adalah
mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu as’ud dan Ibnu ‘bbas mengatakan,
“Tabdzir (pemborosan) adalah menginakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”
(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Khatimah
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine,
mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan.
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan
hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak
boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu,
mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong
dalam dosa dan kemaksiatan.
Wallohu ta’ala a’lam
Maraji’
Al-qur’an Al
Karim
Muhammad Abduh
Tuasikal, ST . 6 Kerusakan Valentine’s
Day
No comments:
Post a Comment