Cari

JADIKAN KOS SEBAGAI MARKAS TARBIYAH

Thursday, 2 May 2013




(ALQOLAM-MINSEL)-Usai shalat maghrib, lamat-lamat suara denting lonceng gereja menyahuti suara imam di masjid yang telah salam. Beberapa gereja membunyikan secara bersamaan, hingga terdengar hampir di seluruh penjuru kompleks Kelurahan Ranoiyapo, Kecamatan Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan. Kompleks di Kelurahan ini relatif tenang. Hanya ada beberapa pemuda yang berkumpul di pinggir jalan dan yang lainnya beberapa anak-anak yang sementara break dance mengikuti irama music disco dari HP mereka. Tapi, di sebuah kamar kos kecil, tepat di persimpangan jalan terdengar suara anak-anak beradu membaca al-qur’an. Meskipun tak sebesar suara lonceng gereja tadi, anak-anak itu sangat bersemangat melantunkan bacaan al-qur’an.
Mereka adalah anak-anak pilihan dari sekitar 7 % penduduk muslim Kabupaten Minahasa Selatan yang belajar agama. Selebihnya anak-anak Kristen. Meskipun demikian, tak mengurangi antusiasme anak-anak yang terdiri dari siswa SMA, SMP, dan SD, ada juga penjaga toko kelontong untuk memperbaiki bacaan al-qur’annya.
Di sini kelurahan ini, kondisi sosialnya cukup memprihatinkan. Tidak ada pembinaan yang terarah, serta peran sekolah tidak mampu membangun kepribadian anak-anak muslim. Sementara yang berjamuran adalah sekolah Kristen. Hal itu juga disebabkan keluarga-keluarga muslim yang tidak paham agama. Akhirnya anak-anak yang punya potensi berkembang, ruang geraknya sangat terbatas. Dari pemahaman Itulah, ust. Syamsuar, da’i asal Jeneponto yang bertugas di MINSEL, Amurang ini semangatnya dibangun. Meskipun tidak menetap dalam waktu yang lama, ia mengakui memang butuh ustadz yang lebih senior untuk datang membina di sini. Karena jamaah masjid masih agak terpetak-petak ke dalam organisasi, di tambah lagi masyarakat umum tidak sangat pragmatis dalam memilih wakil atau pemimpin mereka.
Di Kos yang berukuran 3 x 5 m Ust. Syamsuar Hamka, S.Pd. fokus membina mental anak-anak. Kamar yang bisa menampung dua orang ini setiap malamnya didatangi sekitar 11 orang anak setiap ba’da maghrib hingga isyadan setiap harinya semakin ramai. Menurutnya, dakwah umum di masjid kurang efektif. Apalagi dengan ceramah umum kalau ingin ‘membentuk’. Kalau memang mau menggalang simpatisan, langsung di datangi door-to-door. Tapi di sini sudah ada ikhwa di Jama’ah Tabligh. Jadi segmen yang diambilnya, adalah anak-anak. “Mungkin prosesnya lama, tapi paling tidak ini bisa berkontribusi terhadap pembentukan DPD di sini,  Karena mereka semua adalah asset masa depan”. Meskipun aktif membawakan kultum subuh, Ust. Syamsuar lebih fokus membina anak-anak dan mengarahkannya dengan tarbiyah yang setiap hari mereka laksanakan di kosnya sebagai markas. “Saya berharap, kos ini menjadi saksi dan tempat lahirnya orang-orang alim itu. Kos ini menjadi markas perubahan di Amurang”, pungkas da’i alumni UNM ini (elfaatih).

No comments:

Post a Comment

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang