(ALQOLAM-MINSEL)-Usai shalat maghrib, lamat-lamat suara denting lonceng
gereja menyahuti suara imam di masjid yang telah salam. Beberapa gereja
membunyikan secara bersamaan, hingga terdengar hampir di seluruh penjuru
kompleks Kelurahan Ranoiyapo, Kecamatan Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan. Kompleks
di Kelurahan ini relatif tenang. Hanya ada beberapa pemuda yang berkumpul di
pinggir jalan dan yang lainnya beberapa anak-anak yang sementara break dance mengikuti irama music disco dari HP mereka. Tapi, di sebuah
kamar kos kecil, tepat di persimpangan jalan terdengar suara anak-anak beradu
membaca al-qur’an. Meskipun tak sebesar suara lonceng gereja tadi, anak-anak
itu sangat bersemangat melantunkan bacaan al-qur’an.
Mereka adalah anak-anak pilihan
dari sekitar 7 % penduduk muslim Kabupaten Minahasa Selatan yang belajar agama.
Selebihnya anak-anak Kristen. Meskipun demikian, tak mengurangi antusiasme
anak-anak yang terdiri dari siswa SMA, SMP, dan SD, ada juga penjaga toko
kelontong untuk memperbaiki bacaan al-qur’annya.
Di sini kelurahan ini, kondisi
sosialnya cukup memprihatinkan. Tidak ada pembinaan yang terarah, serta peran
sekolah tidak mampu membangun kepribadian anak-anak muslim. Sementara yang
berjamuran adalah sekolah Kristen. Hal itu juga disebabkan keluarga-keluarga
muslim yang tidak paham agama. Akhirnya anak-anak yang punya potensi
berkembang, ruang geraknya sangat terbatas. Dari pemahaman Itulah, ust.
Syamsuar, da’i asal Jeneponto yang bertugas di MINSEL, Amurang ini semangatnya dibangun.
Meskipun tidak menetap dalam waktu yang lama, ia mengakui memang butuh ustadz
yang lebih senior untuk datang membina di sini. Karena jamaah masjid masih agak
terpetak-petak ke dalam organisasi, di tambah lagi masyarakat umum tidak sangat
pragmatis dalam memilih wakil atau pemimpin mereka.
Di Kos yang berukuran 3 x 5 m
Ust. Syamsuar Hamka, S.Pd. fokus membina mental anak-anak. Kamar yang bisa
menampung dua orang ini setiap malamnya didatangi sekitar 11 orang anak setiap
ba’da maghrib hingga isyadan setiap harinya semakin ramai. Menurutnya, dakwah
umum di masjid kurang efektif. Apalagi dengan ceramah umum kalau ingin
‘membentuk’. Kalau memang mau menggalang simpatisan, langsung di datangi door-to-door. Tapi di sini sudah ada
ikhwa di Jama’ah Tabligh. Jadi segmen yang diambilnya, adalah anak-anak. “Mungkin
prosesnya lama, tapi paling tidak ini bisa berkontribusi terhadap pembentukan
DPD di sini, Karena mereka semua adalah
asset masa depan”. Meskipun aktif membawakan kultum subuh, Ust. Syamsuar lebih
fokus membina anak-anak dan mengarahkannya dengan tarbiyah yang setiap hari
mereka laksanakan di kosnya sebagai markas. “Saya berharap, kos ini menjadi
saksi dan tempat lahirnya orang-orang alim itu. Kos ini menjadi markas
perubahan di Amurang”, pungkas da’i alumni UNM ini (elfaatih).
No comments:
Post a Comment