Cari

NEGERI YANG GELAP

Friday, 10 August 2012




Abu Fath el_Faatih


Negeri ini masih gelap. Gelap akan cahaya ilmu. Sampai kalangan elite agamawan pun masih jahil terhadap agama.
Inilah gambaran bangsa kita. Bangsa yang kaya. Alamnya penuh emas. Air yang melimpah. Hutan luas yang membentang. Garis pantai yang panjang. Sebuah karunia ilahi yang patut disyukuri.
Hanya saja, kalau alamnya pun kaya. Kejahilannya juga melimpah. Aliran sesat bertebaran. Mulai dari yang paling tidak masuk akal, sampai agama yang diracuni dengan syahwat. Masih tetap banyak yang mengikuti.
Begitulah, kondisi bangsa yang gamang. Keadaan yang rapuh Karena digempur setiap harinya dengan peluru-peluru informasi yang keluar dari moncong-moncong televisi. Masyarakat dipaksa memakai kacamata media. Masyarakat dipaksa memakannya. Mulut akal mereka ditarik untuk dijejali dengan makanan yang merusak akal.
Itulah sebenarnya perang akhir zaman, Armageddon. Perang yang berlangsung di dalam pikiran. Bukan perang fisik. Kemenangannya bukan ditentukan oeh banyaknya rudal, tank dan peluru. Bukan pula dari banyaknya pasukan dalam infateri udara, darat dan laut. Akan tetapi kemenangannya dengan banyaknya orang yang mengikuti. Pelurunya adalah data dan fakta.
Krisis jati diri. Itulah yang melanda bangsa Indonesia hari ini. Kegamangan melanda kita. Integritas yang hancur. Serta ketidakpercayaan antara birokrat dengan rakyatnya.
Bagaimana mungkin kebangkitan islam akan muncul dari masyarakat seperti ini ?. Sebuah pertanyaan besar yang harus kita berusaha mencari jawabannya.
Olehnya itu, kegelapan akan terus meliputi kita. Kebangkitan akan terus saja menjadi angan-angan dan menjadi mimpi yang menghiasi tidur panjang kita hari ini. Kelam, waktu kita akan terus dalam kelamnya malam. Fajar tak akan menyingsing sebelum ia diundang. Karena jika menunggu waktu, fajar akan tetap bersembunyi di peraduannya.
Fajar kemenangan harus dipanggil dengan teriakan keras dan tegas. Dengan suara lantang yang mengisi angkasa dan menggetarkan dinding-dinding tebing, melintasi lembah dan pegunungan.
Hingga fajar akan mendengarkannya. Menyimak getaran-getaran suara yang lahir dari sanubari. Sebuah kerinduan tergaknya kemenangan hakiki. Bukan sementara. Karena kalau hanya sementara itu belum menjadi kemenangan. Ia masih palsu.
Negeri ini masih hitam. Sama sekali bayang-bayang jahiliyah masih menggerogoti umat. Pekatnya kebodohan dan ketertinggalan masih menjadi warna manusia. karena itu, jangan berhenti bergerak wahai pejuang. Setahi kuku ilmu-mu sangat dibutuhkan oleh manusia hari ini. Sama seperti tetesan terakhir dari botol air seorang musafir yang demikian dalam dahaganya di tengah mentari yang menyengat.
Negeri kita harus bangkit. Berusahalah…. Bergeraklah… Karena bumi menanti pasukan yang hendak membebaskan kembali manusia dari kejumudannya. Mengatarnya menuju cahaya. Keluar dari gelapnya kehidupan dan pahitnya keterbelakangan. Kepada indahnya islam.

Jambi, 3 Agustus 2012
Pkl. 22.27 WIIB
Suara kebangkitan surau…..

No comments:

Post a Comment

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang