Abu
Fath el_Faatih
Negeri ini masih
gelap. Gelap akan cahaya ilmu. Sampai kalangan elite agamawan pun masih jahil
terhadap agama.
Inilah gambaran
bangsa kita. Bangsa yang kaya. Alamnya penuh emas. Air yang melimpah. Hutan
luas yang membentang. Garis pantai yang panjang. Sebuah karunia ilahi yang
patut disyukuri.
Hanya saja,
kalau alamnya pun kaya. Kejahilannya juga melimpah. Aliran sesat bertebaran.
Mulai dari yang paling tidak masuk akal, sampai agama yang diracuni dengan
syahwat. Masih tetap banyak yang mengikuti.
Begitulah,
kondisi bangsa yang gamang. Keadaan yang rapuh Karena digempur setiap harinya
dengan peluru-peluru informasi yang keluar dari moncong-moncong televisi. Masyarakat
dipaksa memakai kacamata media. Masyarakat dipaksa memakannya. Mulut akal
mereka ditarik untuk dijejali dengan makanan yang merusak akal.
Itulah
sebenarnya perang akhir zaman, Armageddon. Perang yang berlangsung di dalam
pikiran. Bukan perang fisik. Kemenangannya bukan ditentukan oeh banyaknya
rudal, tank dan peluru. Bukan pula dari banyaknya pasukan dalam infateri udara,
darat dan laut. Akan tetapi kemenangannya dengan banyaknya orang yang
mengikuti. Pelurunya adalah data dan fakta.
Krisis jati
diri. Itulah yang melanda bangsa Indonesia hari ini. Kegamangan melanda kita.
Integritas yang hancur. Serta ketidakpercayaan antara birokrat dengan
rakyatnya.
Bagaimana
mungkin kebangkitan islam akan muncul dari masyarakat seperti ini ?. Sebuah
pertanyaan besar yang harus kita berusaha mencari jawabannya.
Olehnya itu, kegelapan
akan terus meliputi kita. Kebangkitan akan terus saja menjadi angan-angan dan
menjadi mimpi yang menghiasi tidur panjang kita hari ini. Kelam, waktu kita
akan terus dalam kelamnya malam. Fajar tak akan menyingsing sebelum ia
diundang. Karena jika menunggu waktu, fajar akan tetap bersembunyi di
peraduannya.
Fajar kemenangan
harus dipanggil dengan teriakan keras dan tegas. Dengan suara lantang yang
mengisi angkasa dan menggetarkan dinding-dinding tebing, melintasi lembah dan
pegunungan.
Hingga fajar
akan mendengarkannya. Menyimak getaran-getaran suara yang lahir dari sanubari.
Sebuah kerinduan tergaknya kemenangan hakiki. Bukan sementara. Karena kalau
hanya sementara itu belum menjadi kemenangan. Ia masih palsu.
Negeri ini masih
hitam. Sama sekali bayang-bayang jahiliyah masih menggerogoti umat. Pekatnya
kebodohan dan ketertinggalan masih menjadi warna manusia. karena itu, jangan
berhenti bergerak wahai pejuang. Setahi kuku ilmu-mu sangat dibutuhkan oleh
manusia hari ini. Sama seperti tetesan terakhir dari botol air seorang musafir
yang demikian dalam dahaganya di tengah mentari yang menyengat.
Negeri kita
harus bangkit. Berusahalah…. Bergeraklah… Karena bumi menanti pasukan yang
hendak membebaskan kembali manusia dari kejumudannya. Mengatarnya menuju
cahaya. Keluar dari gelapnya kehidupan dan pahitnya keterbelakangan. Kepada
indahnya islam.
Jambi, 3 Agustus 2012
Pkl. 22.27 WIIB
Suara kebangkitan surau…..
No comments:
Post a Comment