Abu Fath el_Faatih
Perjuangan tidak bisa hanya dengan setengah hati.
Ketika baru mendapatkan tantangan itulah Dakwah. Dakwah, jika
belum mendapatkan ujian belum dikatakan dakwah. Karena dakwah adalah perjuangan
melewati ujian. Siapa yang berjuang dalam dakwah dan tidak mendapati hambatan,
sebenarnya belum menjalani dakwah.
Dakwah yang mulus-mulus bukanlah perjuangan. Karena
kemenangan bukan persoalan akhir. Tapi kekonsistenan. Kemenangan bukanlah
ketika kita telah sampai di puncak dunia. Akan tetapi kemenangan adalah ketika
kita mampu untuk terus berjuang di saat kalah ataupun menang.
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#qä9$s% $oY/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# wr& (#qèù$srB wur (#qçRtøtrB (#rãϱ÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. crßtãqè? ÇÌÉÈ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
(QS. Fusshilat: 30)
Pertarungan selalu menghasilkan orang yang kalah dan menang. Tapi
bukan persoalan kemenangan atau kekalahan. Persoalannya adalah kemampuan untuk
menetapi jalan para pemenang. Jika kita menang, apakah kita bisa untuk terus
mampu menjadi pemenang. Dan jika pun kita kalah, apakah kita masih berambisi
untuk meraih puncak tertinggi sebagai bagian dari kemenangan. Ataukah setelah
kalah, kita mundur dan pupus harapan.
Kita teringat dengan kalamullah,
$pkr'¯»t
z`Ï%©!$#
(#þqãZtB#uä
bÎ)
(#rçÝÇZs?
©!$#
öNä.÷ÝÇZt
ôMÎm6s[ãur
ö/ä3tB#yø%r&
ÇÐÈ
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
Apa
yang kita ingin kita peroleh dalam pertarungan. Kemenangan. Itu jawabannya !.
Tapi, apakah cukup dengan kemenangan. Jawabannya, Tidak !. Karena setelah
kemenangan kita masih membutuhkan keteguhan, untuk bisa membawa bendera
kemenangan itu ke puncak lain yang lebih tinggi. Atau jika tidak. Kita hanya
akan sampai pada satu titik. Sementara Puncak lain yang lebih tinggi,
bendera-bendera masih berkibar menunggu untuk ditaklukkan.
Karena
memang, hanya dengan ujian orang-orang yang jujur baru akan dikenal. Jika dalam
kondisi yang normal mungkin Semua orang bisa mengaku dengan kesungguhannya
dalam dakwah dan perjuangan. Namun tidak dengan ujian dan tantangan. Dengan
tantangan, akan terlihat siapa orang-orang yang akan mundur secara teratur dan
siapa yang tetap teguh di atas jalan pengorbanan.
Dakwah
Meminta Seluruh yang Kita Miliki
tbqãZÏB÷sè?
«!$$Î/
¾Ï&Î!qßuur
tbrßÎg»pgéBur
Îû
È@Î6y
«!$#
óOä3Ï9ºuqøBr'Î/
öNä3Å¡àÿRr&ur
4
ö/ä3Ï9ºs
×öyz
ö/ä3©9
bÎ)
÷LäêZä.
tbqçHs>÷ès?
ÇÊÊÈ
11.
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Tidak
hanya harta. Perjuangan tidak hanya akan meminta pengorbanan harta. Akan tetapi
sampai jiwa dan seluruh yang kita miliki. Seluruh kesempatan, nanti setelah
dikorbankan seluruhnya, baru dakwah akan puas. Jika masih ada yang tersisa,
maka perjuangan kita belum sampai pada dakwah yang sesungguhnya. Hingga tetes
darah dan pengorkorbanan jiwa.
Jangan
cari kesenangan. Karena kesenangan hanya akan membuat kita terus lalai dalam
buaian waktu yang mengantar pada kebinasaan. Lihatlah siapa yang terus-menerus
dalam kelalaiannya. Karena mereka menginginkan kenikmatan yang instan. Lihat
pula kualitas kehidupannya.
Siapa
yang bersantai di saat waktu luangnya, ia akan didatangi oleh mimpinya, yang
mengajaknya untuk beristirahat dan menikmati seharian waktunya dalam
kesia-siaan. Siapa yang tidak memiliki kehendak yang tinggi, akan dipatahkan
oleh aral terjal yang melintang. Hingga semangatnya akan pudar seiring berlalunya
waktu. Ghirahnya akan luntur dan berlumut seiring berlalunya waktu. Hingga ia
tertinggal, di saat orang-orang telah berlari menuju masa depannya. Saat diseru
untuk segera bangkit, ia hanya melambaikan tangan dan tetap tidak beranjak dari
kursi malasnya. Berharap dengan harapan kosong. Mimpinya membawanya ke alam
fana. Dan membuat dirinya terjatuh dalam kubangan lumpur kejumudan. Ia masih
saja menikmati waktu sengganganya. Melihat awan yang mendung, ia menolak untuk
bergegas. Karena “Hari ini, hujan menghalangi kita untuk bekerja” katanya. Tetapi
ketika cerah, ia mengatakan “ini adalah waktu yang tepat untuk bersenang-senang.
Kapan lagi waktu ini akan kita dapati”. Itulah kata-kata yang lahir dari mental
pengecut. Pemimpi-pemimpi ulung di siang bolong. Mengharapkan fajar kemenangan
terbit. Namun masih asyik menikmati kasurnya di subuh buta. Jika diseru, ia adalah
orang yang paling keras mempertahankan argumennya. Membenarkan sikap yang
ditempuhnya. Karena mereka sebenarnya berada di atas ketakutan.
Tanyakan
Kepada setiap orang yang tidak berusaha. Tanyakan Kepada setiap orang yang
bersantai, di saat manusia telah keluar dari rumanya dengan harapan,
sebagaimana tawakkal seekor burung keluar dari sarangnya mencari rezeki di pagi
hari.
Tanyakan
Kepada setiap mereka. Diantara mereka ada yang bermimpi menjadi seorang yang
kaya-raya dengan harta bendanya yang melimpah. Diantara mereka ada yang bermimpi
untuk menjadi seorang yang terkenal. Popular di mata manusia. Dan diantara
mereka ada yang menginginkan kekuasaan, agar semua orang segan terhadapnya. Atau
mungkin menginginkan makanan yang lezat menggiurkan. Atau bahkan ada yang tidak
punya mimpi sama sekali.
Katakanlah,
bahwa “mimpi saja tidak cukup, Buktikan dengan amalmu !”. itulah keimanan.
Keyakinan yang tidak hanya di dalam hati dan khayalan. Tapi berbentuk dengan
dengan perbuatan. Al Imam, Hasan Al Bashri mengatakan,
“Al
Imanu, laisa bittamanni wattahalli, walakinnal iimaan. Maa waqa’a fii qalbii,
washaddaqa bil amal”.
Iman,
bukan dengan angan-angan dan khayalan. Akan tetapi iman adalah apa yang
menghujam dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Itulah
para pecundang. Yang mempecundangi diri mereka sendiri.
Beda
halnya dengan orang yang bermental petarung dan pemenang. Jika Hujan, mereka
akan berkata, “hujan bukan penghambat perjalanan kita, Namun ia dalah pelengkap
perjalanan”. Jika anda sementara berjuang, jangan sebut diri anda sebagai
pejuang sejati bila belum merasakan, segarnya guyuran hujan di malam hari
melengkapi perjalanan anda. Jangan sebut diri anda pejuang, jika belum anda
rasakan, letihnya mendorong kendaraan yang tengah kempes atau kehabisan bahan
bakar. Jangan pernah berkata anda adalah seorang petarung sejati, jika belum
merasakan sakitnya dicela dan dicerca, saat anda berusaha bertemu dengan birokrat.
Anggap
ia adalah bunga-bunga. Yang jika kita telah sampai di puncak, maka ia akan
menjadi cerita indah. Jika anda lelah. Jika anda letih, tangguhkan ia. Biarkan
ia menjadi kenagan yang membuat anda akan tersenyum bahagia. Atau mungkin
dengan selingan tetesan air mata jika telah menostalgiakannya. Apalagi, jika
anda telah berada di jannah-Nya.
Buktikan,
bahwa kita adalah orang-orang yang pantas untuk berjuang dan meraih piala
kemenangan di akhir lomba. Buktikan bahwa anda-lah yang paling pantas untuk
menjadi penghuni tempat terindah. Tunjukkan Kepada seluruh manusia. Tunjukkan
dan serukan Kepada seluruh sudut dan penjuru jagad, bahwa memang kemenangan
bukan dengan berpangku tangan. Kejayaan, bukan dengan meng-ongkang-ongkang kaki
menikmati nikmatnya seruput teh manis, dan lembaran Koran di pagi hari.
Buktikan,
bahwa kemenangan diperoleh dengan kerja keras. Agar seluruh manusia mengetahui,
bahwa tidak ada kemenangan tanpa perjuangan. Dan tidak ada perjuangan tanpa
pengorbanan.
Agar
seluruh manusia mengetahui, bahwa kemenangan bukan dengan bermain-main.
Yang
kita butuhkan adalah semangat. Vitalitas dalam bekerja dan beramal. Karena ihtisab
mengharapkan keridhaan allah azza wajalla.
Tunjukkan
kepada seluruh manusia, bahwa hidup adalah perjuangan. Tidak ada hidup tanpa
perjuangan. Siapa yang tidak mau berjuang dalam hidupnya, maka ia telah
mengubur dirinya. Mati sebelum kematiannya.
Perlihatkan
Kepada makhluq di seluruh penjuru jagad, bahwa dengan berjuang, di situlah kita
akan menikmati kehidupan hakiki. Kenikmatan hidup adalah dengan berkorban,
sebagai puncak kenikmatan sejati.
Bila
anda belum merasakannya. Carilah ia. Bersabarlah, hingga kita merasakannya. Merasakan
keletihan adalah kebahagiaan. Rasa penat dan dahaga adalah cinta.
Karena
memang demikian kita diajar untuk menjadi seorang penyembah sejati.
Siapa
yang menginginkan hidup yang sebenarnya. Maka hiduplah dalam perjuangan. Hiduplah
di alam kelelehan dan keletihan dalam mencari keriadhaan-Nya. Dan perjuangan
memang harus dibayar mahal. Karena memang ujungnya melebihi nikmat biasa.
Mess Pinang Masak
Telanaipura, Kota Jambi 16 Ramadhan 1433 H/ 4
Agustus 2012
Pkl.
15.00 WIB
Menantang kesungguhan pengorbanan…
No comments:
Post a Comment