Cari

TAKBIR KEMENANGAN

Tuesday, 28 August 2012


 


Abu Fath el_Faatih

Allahu akbar…allahu akbar….!!! Laailaha illlallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahilhamd !!!

Gema takbir mengumandang ke seluruh penjuru jagad. Seruan kemenangan sahut-menyahut. Berbalas dari satu surau, masjid ke suru dan masjid yang lain. Manusia malam itu menyambuat hari raya tahunan diantara dua hari raya. Iedul fithri. Hari kembali suci atau kembali makan kata para ulama.
Malam itu diteriakkan ke angkasa, takbir memenuhi langit. Membumbung mengangkasa dari timur ke  barat. Malam itu dipenuhi suka dan cita, namun juga dengan haru dan kekhusyu’an. Atau mungkin penyesalan, akan berlalunya bulan yang penuh ampunan.
Hanya saja tidak sedikit pula yang menodainya. Sepuluh hari terakhir yang seharusnya disungguhi dengan ibadah menanti datangnya lailatul qadr. Akan tetapi dilewati dengan maksiat. Bermain domino, majelis sia-sia, atau bahkan dengan kemaksiatan  yang jauh lebih besar kedurhakaannya kepada allah azza wa jalla.
“…Sungguh celaka orang masuk ramadhan, kemudian keluar (dalam keadaan) tidak terampuni dosa-dosanya…” (HR. Tirmidzi dari Abu Huraerah)
Takbir, Allahu akbar !, Allah maha besar !. adalah sebuah seruan kemenangan. Teriakan para pemenang yang telah melalui ramadhan dengan jihad terhadap seluruh thagut. Serta perjuangan melawan syahwat dan syubhat sebagai senjata syaithan, pintu penghancur manusia. Sebuah tanda bagi orang-orang beriman yang telah bertarung melawan dan menundukkan musuh mereka.
Takbir, adalah ucapan membesarkan nama allah. Karena memang hanya Dia yang maha besar. Yang lain, baginya adalah kecil, tidak ada yang menyamai kekuasaan dan kebesaran-Nya. Seruan takbir adalah seruan bagi para petarung sejati. Yang telah bertarung dengan pengorbanan, diri, harta dan waktunya. Karena diajarkan untuk menjadi hamba-hamba sejati. Puasa, mengajarkan kita untuk tidak menyembah makanan. Yang dengannya kita menahan diri atasnya. Shalat mengajarkan kepada kita untuk tidak menyembah pekerjaan, yang dengannya kita lalai dari waktu. Dan zakat mengajarkan kepada kita untuk tidak menyembah harta. Sehingga sifat bakhil dibersihkan mewakili penyucian harta dan jiwa kita.
Oleh Karena itu, umat islam memang pantas untuk bertaktbir. Akan tetapi, takbir itu bukanlah sebuah takbir biasa. Bukan hanya sekedar tanda. Karena kemenangan bukanlah terletak di akhir ramadhan. Jika kemenangan itu hanya diakhir ramadhan, maka orang-orang, hanya akan menjadi hamba-hamba ramadhan. “Kun rabbaniyyan, walaa takun ramadhaniyyan !”. Jadilah hamba-hamba yang rabbani, dan jangan menjadi hamba-hamba ramadhan, yang hanya beribadah dalam bulan ramadhan.
Sewaktu Rasulullah saw meninggal, umar, kekasih beliau tidak menerima kenyataan itu. Beliau lupa diri dan saking sedihnya, beliau marah kepada orang yang mengatakan rasulullah saw telah meninggal. Beliau keluar dari rumahnya menghunus pedang, dan mengatakan “Siapa yang mengatakan Rasulullah saw telah meninggal, maka akan aku penggal lehernya !”. Semua sahabat tidak ada yang berani mendekati beliau. Hanya Abu Bakar yang berani mendatanginya dan berkhutbah di depan sahabat. Beliau menasihati umar dan membacakan satu ayat dalam al-qur’an,
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[1]. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS Ali Imran: 144)
Mendengarkan itu, umar pun sadar dan melemas seluruh badannya. Kemudian Abu bakar mengatakan,  “Katakanlah, siapa yang menyembah muhammad, sesungguhnya ia telah meninggal. Dan siapa yang menyembah allah, sesungguhnya allah maha hidup dan tidak akan pernah mati”.
Karena itu, kita juga mengatakan, “Barangsiapa yang menyembah ramadhan, maka katakanlah sesungguhnya ramadhan telah berlalu. Dan barangsiapa yang menyembah allah, sesungguhnya allah maha hidup dan tidak akan pernah mati. Sembahlah allah, dan jangan menyembah ramadhan. Atau mungkin hanya menyembah allah di bulan ramadhan”.
Kemenangan hakiki bukanlah diraih dengan hanya berjuang dalam satu waktu tertentu. Tapi kemenangan adalah ketika kita mampu untuk terus berjuang. Ketika kita menang, kita mampu mempertahankannya dan tetap mempertahankan sifat positif. Jika kita kalah, justru menjadi motivasi untuk bekerja dan berubah.
Seruan, “allahu akbar !!!” adalah seruan untuk terus berjuang dalam pertarungan. Seruan untuk istiqamah dalam kebaikan dan ibadah. Seruan untuk dapat terus mempertahankan kualitas dalam mengagungkan alla azza wa jalla, kapan dan di manapun. Seruan menjadi orang-orang terbaik. Para pemenang yang terus berjuang tak kenal waktu dan tempat. Di manapun ia menegakkan tiang ubudiyahnya. Dan menjaga pilar penyembahannya kepada yang maha disembah.
Seruan takbir, seharusnya bukan hanya diucapkan. Hanya dikumandangakan dengan iringan bedug dan iring-iringan mobil pick-up berdekorasi model masjid yang diarak keliling kota. Seruan takbir bukan hanya sekedar perayaan tahunan yang diwakili oleh pakaian baru. Tapi takbir sesungguhnya adalah teriakan yang menghujam ke dasar hati yang menguatkan tekad untuk siap menaklukkan musuh dan seluruh yang menghalangi diri kita dalam memenangkan agama-Nya.
Itulah seruan kemenangan sejati. Takbir yang menguatkan azam, dan kemajuan untuk terus berbuat dan bergerak. Memberantas segala bentuk kemunkaran. Menegakkan mizan keadilan dan menjadi obor yang menerangi di tengah gelapnya negeri yang menanti petaka zaman.
Allahu akbar !!!, adalah seruan untuk terus berjuang. Hingga tetesan keringat para muslihin menjadi penyegar dalam berusaha memperbaiki apa yang telah dirusak manusia. Seruan para mujahid yang menggetarkan hati dan menghantam dada-dada musuh allah hingga merontokkan seluruh nyalinya dan meninggalkan ketakutan. Saat darah sudah menjadi penyejuk yang menetesi ubun-ubun mereka dalam menjaga di perbatasan. Seruan Allahu akbar !!!, adalah seruan para ulama yang menikmati tumpukan-tumpukan buku, hingga tak sadar fajar telah terbit. Saat tetesan tinta telah membasahi lembaran-lembaran ribuan kitab yang menjadi saksi sejarah sebuah peradaban besar. Sebuah seruan yang tersirat dari Kalamullah,
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøŠn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# žwr& (#qèù$sƒrB Ÿwur (#qçRtøtrB (#rãÏ±÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. šcrßtãqè? ÇÌÉÈ  
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."


Jeneponto, 22 Agustus 2012
Pkl. 22.00 wita
Melepas lelah menempuh udara dari bumi Lancang Kuning
Mengumpulkan kembali semangat berjuang …


[1]  Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. Karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya rasul-rasul yang terdahulu itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di kalangan para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat).

DAKWAH DAN TANTANGAN PERJUANGAN

Sunday, 19 August 2012



Abu Fath el_Faatih

Perjuangan tidak bisa hanya dengan setengah hati.
Ketika baru mendapatkan tantangan itulah Dakwah. Dakwah, jika belum mendapatkan ujian belum dikatakan dakwah. Karena dakwah adalah perjuangan melewati ujian. Siapa yang berjuang dalam dakwah dan tidak mendapati hambatan, sebenarnya belum menjalani dakwah.
Dakwah yang mulus-mulus bukanlah perjuangan. Karena kemenangan bukan persoalan akhir. Tapi kekonsistenan. Kemenangan bukanlah ketika kita telah sampai di puncak dunia. Akan tetapi kemenangan adalah ketika kita mampu untuk terus berjuang di saat kalah ataupun menang.
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøŠn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# žwr& (#qèù$sƒrB Ÿwur (#qçRtøtrB (#rãÏ±÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. šcrßtãqè? ÇÌÉÈ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS. Fusshilat: 30)
Pertarungan selalu menghasilkan orang yang kalah dan menang. Tapi bukan persoalan kemenangan atau kekalahan. Persoalannya adalah kemampuan untuk menetapi jalan para pemenang. Jika kita menang, apakah kita bisa untuk terus mampu menjadi pemenang. Dan jika pun kita kalah, apakah kita masih berambisi untuk meraih puncak tertinggi sebagai bagian dari kemenangan. Ataukah setelah kalah, kita mundur dan pupus harapan.
Kita teringat dengan kalamullah,
$pkšr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#rçŽÝÇZs? ©!$# öNä.÷ŽÝÇZtƒ ôMÎm6s[ãƒur ö/ä3tB#yø%r& ÇÐÈ
7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
Apa yang kita ingin kita peroleh dalam pertarungan. Kemenangan. Itu jawabannya !. Tapi, apakah cukup dengan kemenangan. Jawabannya, Tidak !. Karena setelah kemenangan kita masih membutuhkan keteguhan, untuk bisa membawa bendera kemenangan itu ke puncak lain yang lebih tinggi. Atau jika tidak. Kita hanya akan sampai pada satu titik. Sementara Puncak lain yang lebih tinggi, bendera-bendera masih berkibar menunggu untuk ditaklukkan.
Karena memang, hanya dengan ujian orang-orang yang jujur baru akan dikenal. Jika dalam kondisi yang normal mungkin Semua orang bisa mengaku dengan kesungguhannya dalam dakwah dan perjuangan. Namun tidak dengan ujian dan tantangan. Dengan tantangan, akan terlihat siapa orang-orang yang akan mundur secara teratur dan siapa yang tetap teguh di atas jalan pengorbanan.
Dakwah Meminta Seluruh yang Kita Miliki
tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur tbrßÎg»pgéBur Îû È@Î6y «!$# óOä3Ï9ºuqøBr'Î/ öNä3Å¡àÿRr&ur 4 ö/ä3Ï9ºsŒ ׎öyz ö/ä3©9 bÎ) ÷LäêZä. tbqçHs>÷ès? ÇÊÊÈ  
11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Tidak hanya harta. Perjuangan tidak hanya akan meminta pengorbanan harta. Akan tetapi sampai jiwa dan seluruh yang kita miliki. Seluruh kesempatan, nanti setelah dikorbankan seluruhnya, baru dakwah akan puas. Jika masih ada yang tersisa, maka perjuangan kita belum sampai pada dakwah yang sesungguhnya. Hingga tetes darah dan pengorkorbanan jiwa.
Jangan cari kesenangan. Karena kesenangan hanya akan membuat kita terus lalai dalam buaian waktu yang mengantar pada kebinasaan. Lihatlah siapa yang terus-menerus dalam kelalaiannya. Karena mereka menginginkan kenikmatan yang instan. Lihat pula kualitas kehidupannya.
Siapa yang bersantai di saat waktu luangnya, ia akan didatangi oleh mimpinya, yang mengajaknya untuk beristirahat dan menikmati seharian waktunya dalam kesia-siaan. Siapa yang tidak memiliki kehendak yang tinggi, akan dipatahkan oleh aral terjal yang melintang. Hingga semangatnya akan pudar seiring berlalunya waktu. Ghirahnya akan luntur dan berlumut seiring berlalunya waktu. Hingga ia tertinggal, di saat orang-orang telah berlari menuju masa depannya. Saat diseru untuk segera bangkit, ia hanya melambaikan tangan dan tetap tidak beranjak dari kursi malasnya. Berharap dengan harapan kosong. Mimpinya membawanya ke alam fana. Dan membuat dirinya terjatuh dalam kubangan lumpur kejumudan. Ia masih saja menikmati waktu sengganganya. Melihat awan yang mendung, ia menolak untuk bergegas. Karena “Hari ini, hujan menghalangi kita untuk bekerja” katanya. Tetapi ketika cerah, ia mengatakan “ini adalah waktu yang tepat untuk bersenang-senang. Kapan lagi waktu ini akan kita dapati”. Itulah kata-kata yang lahir dari mental pengecut. Pemimpi-pemimpi ulung di siang bolong. Mengharapkan fajar kemenangan terbit. Namun masih asyik menikmati kasurnya di subuh buta. Jika diseru, ia adalah orang yang paling keras mempertahankan argumennya. Membenarkan sikap yang ditempuhnya. Karena mereka sebenarnya berada di atas ketakutan.
Tanyakan Kepada setiap orang yang tidak berusaha. Tanyakan Kepada setiap orang yang bersantai, di saat manusia telah keluar dari rumanya dengan harapan, sebagaimana tawakkal seekor burung keluar dari sarangnya mencari rezeki di pagi hari.
Tanyakan Kepada setiap mereka. Diantara mereka ada yang bermimpi menjadi seorang yang kaya-raya dengan harta bendanya yang melimpah. Diantara mereka ada yang bermimpi untuk menjadi seorang yang terkenal. Popular di mata manusia. Dan diantara mereka ada yang menginginkan kekuasaan, agar semua orang segan terhadapnya. Atau mungkin menginginkan makanan yang lezat menggiurkan. Atau bahkan ada yang tidak punya mimpi sama sekali.
Katakanlah, bahwa “mimpi saja tidak cukup, Buktikan dengan amalmu !”. itulah keimanan. Keyakinan yang tidak hanya di dalam hati dan khayalan. Tapi berbentuk dengan dengan perbuatan. Al Imam, Hasan Al Bashri mengatakan,
“Al Imanu, laisa bittamanni wattahalli, walakinnal iimaan. Maa waqa’a fii qalbii, washaddaqa bil amal”.
Iman, bukan dengan angan-angan dan khayalan. Akan tetapi iman adalah apa yang menghujam dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Itulah para pecundang. Yang mempecundangi diri mereka sendiri.
Beda halnya dengan orang yang bermental petarung dan pemenang. Jika Hujan, mereka akan berkata, “hujan bukan penghambat perjalanan kita, Namun ia dalah pelengkap perjalanan”. Jika anda sementara berjuang, jangan sebut diri anda sebagai pejuang sejati bila belum merasakan, segarnya guyuran hujan di malam hari melengkapi perjalanan anda. Jangan sebut diri anda pejuang, jika belum anda rasakan, letihnya mendorong kendaraan yang tengah kempes atau kehabisan bahan bakar. Jangan pernah berkata anda adalah seorang petarung sejati, jika belum merasakan sakitnya dicela dan dicerca, saat anda berusaha bertemu dengan birokrat.
Anggap ia adalah bunga-bunga. Yang jika kita telah sampai di puncak, maka ia akan menjadi cerita indah. Jika anda lelah. Jika anda letih, tangguhkan ia. Biarkan ia menjadi kenagan yang membuat anda akan tersenyum bahagia. Atau mungkin dengan selingan tetesan air mata jika telah menostalgiakannya. Apalagi, jika anda telah berada di jannah-Nya.
Buktikan, bahwa kita adalah orang-orang yang pantas untuk berjuang dan meraih piala kemenangan di akhir lomba. Buktikan bahwa anda-lah yang paling pantas untuk menjadi penghuni tempat terindah. Tunjukkan Kepada seluruh manusia. Tunjukkan dan serukan Kepada seluruh sudut dan penjuru jagad, bahwa memang kemenangan bukan dengan berpangku tangan. Kejayaan, bukan dengan meng-ongkang-ongkang kaki menikmati nikmatnya seruput teh manis, dan lembaran Koran di pagi hari.
Buktikan, bahwa kemenangan diperoleh dengan kerja keras. Agar seluruh manusia mengetahui, bahwa tidak ada kemenangan tanpa perjuangan. Dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.
Agar seluruh manusia mengetahui, bahwa kemenangan bukan dengan bermain-main.
Yang kita butuhkan adalah semangat. Vitalitas dalam bekerja dan beramal. Karena ihtisab mengharapkan keridhaan allah azza wajalla.
Tunjukkan kepada seluruh manusia, bahwa hidup adalah perjuangan. Tidak ada hidup tanpa perjuangan. Siapa yang tidak mau berjuang dalam hidupnya, maka ia telah mengubur dirinya. Mati sebelum kematiannya.
Perlihatkan Kepada makhluq di seluruh penjuru jagad, bahwa dengan berjuang, di situlah kita akan menikmati kehidupan hakiki. Kenikmatan hidup adalah dengan berkorban, sebagai puncak kenikmatan sejati.
Bila anda belum merasakannya. Carilah ia. Bersabarlah, hingga kita merasakannya. Merasakan keletihan adalah kebahagiaan. Rasa penat dan dahaga adalah cinta.
Karena memang demikian kita diajar untuk menjadi seorang penyembah  sejati.
Siapa yang menginginkan hidup yang sebenarnya. Maka hiduplah dalam perjuangan. Hiduplah di alam kelelehan dan keletihan dalam mencari keriadhaan-Nya. Dan perjuangan memang harus dibayar mahal. Karena memang ujungnya melebihi nikmat biasa.                                                                              



Mess Pinang Masak
Telanaipura, Kota Jambi 16 Ramadhan 1433 H/ 4 Agustus 2012
                                                Pkl. 15.00 WIB
Menantang kesungguhan pengorbanan…
 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang