Syamsuar Hamka
Tadi pagi
sebelum masuk kantor saya melihat 4 orang bocah menyanyikan lagu Indonesia Raya
sambil mengerek bendera merah putih. Bendera itu sebenarnya sudah beberapa hari
dipasang, namun bocah – bocah ini menurunkannya kembali kemudian membuat
semacam prosesi penaikan bendera. Tiga orang yang mengerek, satu lainnya hormat
dengan tegap. Seolah – olah ia adalah komandan upacara yang memimpin ribuan
peserta upacara di belakangnya.
Saya tidak tahu
apa alasan mereka melakukan itu. Mungkin karena tersuasanakan oleh lorong –
lorong di Makassar yang dipenuhi bentangan bendera serta jalanan yang dicat
berbagai warna. Ditambah lagi mereka mungkin sempat menyaksikan suasana
persiapan kemerdekaan di layar TV.
Akan tetapi,
apa pun alasannya, saya merasa salut dengan bocah – bocah ini. Mereka sudah
mengenal tentang kemerdekaan, serta simbol – simbolnya. Setidaknya kita bisa
berharap bahwa generasi – generasi seusia mereka tidak luntur rasa nasionalisme
serta kecintaan akan tanah air Indonesia.
71 tahun
lamanya, Indonesia merasakan nikmat kemerdekaan. Dan selama itu pula,
kemerdekaan diisi dengan pembangunan. Sekolah - sekolah dibuka, Rumah Sakit,
serta jalan – jalan ke seluruh penjuru negeri ini mulai dibangun sedikit demi
sedikit. 72 tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk usia sebuah bangsa.
Sebab bangsa ini telah merasakan bagaimana pahitnya kegetiran dalam penjajahan.
Bangsa ini pula telah merasakan 7 Generasi Pemimpin.
Karena itu, kemerdekaan
bangsa ini harus disyukuri. Dan kesyukuran itu telah terpatri bagi para Founding
Father yang telah menuliskan dalam Pembukaan UUD 1945,
“Atas berkat
Rahmat Allah SWT, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…”
Tulisan nama
‘Allah’ dalam potongan kalimat tersebut tidak perlu ditafsirkan ke dalam
defenisi yang lain. Sebab jelas, bahwa ‘Allah’ itu adalah ‘Allah’ dalam konsep
Islam. Sehingga bangsa ini merdeka, selain atas upaya para pejuang, tentu yang
paling pertama adalah karena izin dari Allah Azza Wa Jalla.
Karena itu,
cara mensyukuri kemerdekaan itu adalah sesuai dengan rukun bersyukur itu
sendiri. Bersyukur dengan Hati, yaitu meyakini bahwa kemerdekaan adalah nikmat
dari Allah SWT. Melafalkan kesyukuran itu dengan lisan, dengan mengucapkan Alhamdulillah.
Dan bersyukur dengan anggota badan dengan sujud syukur, serta yang tak kalah
pentingnya adalah melanjutkan perjuangan para pejuang kemerdekaan.
Mengisi Kemerdekaan dengan
Pendidikan
Cara yang
paling tepat untuk mengisi nikmat kemerdekaan itu adalah bersungguh – sungguh
melahirkan generasi yang hebat. Sebab investasi terbesar bangsa ini harus
dialokasikan untuk pendidikan. Pembangunan sejati bukanlah pembangunan tol dan
jalan laying atau pun bangunan megah dan tinggi, akan tetapi pembangunan
manusia. Manusia yang beradab bukan biadab. Yang hebat bukan yang bejat.
Karena itu,
perlu untuk membangun sekolah – sekolah yang melahirkan generasi – generasi
yang punya kepribadian yang kuat. Generasi yang bertakwa dan memiliki visi
untuk Indonesia. Generasi yang memadukan kemampuan ilmu – ilmu umum dan ilmu
agama secara beriringan. Tidak timpang pada salah satunya. Kita tentu yakin,
generasi – generasi seperti inilah yang akan memajukan bangsa. Karena mereka
memiliki integritas kerja yang dibangun di atas dasar iman.
Tahun 2045,
Indonesia memasuki usia emasnya. Dimana 100 tahun Indonesia merdeka dari
penjajahan. Karena itu para penentu kebijakan seyogiyanya telah mempersiapkan
kontribusi seperti apa untuk melahirkan generasi tersebut.
Persiapan tersebut
meliputi konsep pendidikan yang bertujuan melahirkan insan – insan yang punhya
daya saing. Prof. Habibie menegaskan hal tersebut. Bahwa untuk menjadi bangsa
yang maju adalah dengan membangun SDM yang berdaya saing.
Hamparan tanah
subur Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Seluruh kekayaan alam serta hasil
buminya, tidak akan banyak dinikmati oleh pribumi, jika penduduk negeri ini
tidak punya kemampuan untuk membangun negeri ini sendiri.
Pendidikan yang Beradab
Meski
Pendidikan di Indonesia memiliki konsep yang sangat ideal untuk melahirkan
manusia yang beriman dan bertakwa sebagaimana tertuang dalam UU 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, akan tetapi masih banyak yang berbeda dari praktiknya. Sebab
kualitas manusia Indonesia masih cukup memprihatinkan. Tawuran Sekolah hingga
kampus, tragedi KDRT, serta kekerasan di Senior terhada Yuniornya adalah berita
yang banyak mengisi linimasa kita di media sosial.
Jadi,
sebenarnya Indonesia ini bukan sekedar membutuhkan orang – orang yang
professional di bidangnya, namun membutuhkan manusia yang punya kepribadian
yang kuat. Punya visi dan tahan akan ujian.
Fenomena
korupsi dan pungli adalah bukti bahwa karakter manusia Indonesia yang masih
lemah. Sehingga perlu upaya pendidikan yang lebih serius untuk melahirkan
manusia yang mengenal akan perannya bukan hanya sebagai pemangku jabatan,
tetapi juga sebagai hamba.
Orang yang
mengenal perannya sebagai manusia dan hamba itulah orang – orang yang beradab.
Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Menempatkan guru pada posisinya sebagai
guru, orang tua sebagai orang tua, demikian halnya dirinya sendiri. Sehingga adab
menjadi pusat yang mengendalikan pendidikan itu sendiri. Segala hal terkait
dengan adab, sehingga murid – murid tidak lagi memperlakukan gurunya bukan
sebagai guru. Demikian pula sebaliknya (Wallohu a’lam bi as-showab).
PROMO NEW MEMBER
ReplyDeleteKantor Cabang Bandar Taruhan Judi Bola Sbobet Online Terpercaya dan terbaik yang sediakan jasa pelayanan kepada permulaan akun permainan judi atau taruhan online pada anda di perwakilan judi online yang berkelas International, resmi dan terpercaya hanya di zeusbola.
Juga Sebagai Perutusan Bola Sbobet Indonesia Terpercaya, ZeusBola telah berkerja sama dengan perseroan Sbobet beroperasi di Asia yg dilisensikan oleh First Cagayan Leisure & Resort Corporation, Manila-Filipina dan di Eropa dilisensikan oleh sang penguasa Isle of Man guna beroperasi sbg juru taruhan olahraga di dunia.
judi pulsa
Daftar sekarang hanya di ZeusBola ---> http://104.248.148.252/