Cari

MEMAKNAI KEMBALI KEMERDEKAAN; Secuil Refleksi 68 tahun Indonesia Merdeka

Sunday, 18 August 2013







Merdeka adalah kemenangan. Menang adalah kemerdekaan. Meskipun menjadi menang, bisa saja tidak merdeka. Dan menjadi merdeka tak mesti harus menang. Kalah, boleh berarti menang, saat kita bebas dari sifat ke-kalahan. Bebas dari sifat kemunduran dan keputus-asaan. Namun menang, belum tentu merdeka. Jika masih menang karena bukan karena diri sendiri. Menang karena mengalahkan orang lain dalam pelanggaran. Kemerdekaan adalah ketika kita bebas dari perbudakan. Bebas dari segala bentuk ketertindasan. Bebas dari kedzaliman dan keteraniayaan.

Merdeka, bukanlah hal-hal yang bersifat lambang belaka. Karena Indonesia bukan sekedar bendera yang berwarna merah dan putih. Bukan sekedar seekor burung yang selalu bertengger di atas pita bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”. Merdeka tidak bisa disamakan dengan jumlah bulu sayap, ekor dan leher pada burung yang bernama Garuda. Bukan pada bendera yang dijunjung di depan panggar, berjejer dengan bendera tetangga. Bukan pada
tulisan “Dirgahayu” di setiap pintu gang yang dicat dengan warna merah dan putih. Bukan pada angka hasil penjumlahan dari tahun proklamasi hingga tahun ini. Bukan pula pada kelereng, kerupuk atau karung lomba 17-an. Karena itu, kemerdekaan melewati batas-batas simbolik. 

Merdeka adalah nilai. Merdeka adalah pemaknaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Merdeka adalah tatkala bangsa telah dibebaskan.Merdeka menuntut sebuah konsekuensi akan kebebasan. Terikat dalam ketidakbergantungan. Menjadi merdeka berarti menjadi diri yang sejati. Identitas tanpa ciplakan dari kepribadian orang lain. Bebas dari pengaruh yang sebenarnya tak pantas mempengaruhi.

Pribadi merdeka adalah pribadi yang mampu bangkit dari keterpurukan. Melawan ketergantungan pada benda, Kekuasaan dan kenikmatan semu di ujung perut. Mengalahkan kekuatan uang, karena ilmu. Mengalahkan pengaruh keangkuhan karena kesederhanaan. Menjadi beradab dan bebas dari kebiadaban. Menaklukkan egoisme menang sendiri. Dan memperjuangkan sikap patriotik. Terdepan dalam aksi heroik, dan keberanian.
Karena itu, pribadi yang merdeka adalah pribadi yang berdaulat akan mulut, tangan, rencana, dan kehendak bukan karena pembicaraan orang lain. Pribadi merdeka adalah pribadi yang telah lepas dari mentalitas inlander. Menjadi kuda tunggangan dikampung sendiri. Atau Ayam yang mati di lumbung pangan. Bebas dari jajahan free yang mere-port-kan. Karena kita memang mampu berdikari. Mengelola tanpa bantuan orang yang tak dikenal, bernama bangsa asing. Merdeka karena percaya diri akan kemampuan kita sendiri. Sehingga membebaskan blok-blok yang terus diperas habis karena kalah bunyi klexxon.

Merdeka, adalah pekikan. Merdeka adalah seruan. Merdeka adalah teriakan yang membahana. Membumbung ke angkasa. Hingga sabang-merauke bergembira dan bebas dari cengkraman lintah yang bernama penjajah. Merdeka adalah semangat yang melegakan jiwa para angkatan pejuang yang telah membela mati-matian setiap jengkal negeri pertiwi. Mempertahankan kedaulatan. Dan karena merdeka-lah, air mata harus berlinang dari mata seorang istri atas suaminya di medang juang. Karena merdeka-lah, keringat harus mengucur. Deras membasahi punggung-punggung, dan ubun-ubun yang berbalut seuntai kain merah-putih. Karena merdeka-lah, darah harus mengalir karena pedang, dan daging harus terkoyak oleh timah panas yang menembus raga. Dan karena merdeka-lah, mulut harus berteriak “merdeka!”. Meski peluru hanya berbalas bambu runcing. Namun sekali lagi, semua itu karena merdeka.

Merdeka adalah melanjutkan patriotik. Perjuangan dan pengorbanan. Membebaskan diri dari kelemahan melawan kesenangan. Dan tiada pernah berhenti  berjuang. Karena for a fighting nation, there is no journey’s end, kata Bung Karno. Dan merdeka juga adalah tantangan, meskipun berat. Karena kalian akan mendapati masa yang lebih berat, kami hanya melawan penjajah. Adapun kalian akan melawan bangsa sendiri, kata bung karno lagi.

Kota Kembang, 18 Agustus 2013
Pkl. 22.55 WIB
Hening, di puncak penantian.

1 comment

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang