Jengki : “Tadi pagi, apa kerjanya bro ?”.
Bado : “Yahh.. biasa-lah, sibuk”.
Jengki :
“Sibuk apa ?, sudah punya
kerjaan ?”.
Bado : “Sibuk tidur”.
Jengki : ???.
Tertidur, berbeda dengan tidur. Tidur adalah hal
yang wajar. Memang waktunya, dan memang badan memerlukannya untuk melepaskan
lelah. Sejenak mengumpulkan energi. Tapi tertidur lain. Tertidur adalah
akumulasi dari kelemahan jiwa dan raga. Kemalasan dan kekerdilan ide yang
mengendap dalam jiwa. Hingga yang muncul ke permukaan kepribadian, adalah
memaksa mata terlelap, mengosongkan pikiran, dan membuat waktu berlalu begitu
saja.
Tertidur adalah manivestasi dari TERlelap, dan TInggal melanTUR. Sebuah
kamuflase untuk berlindung dari manusia, “Jangan ganggu saya !, saya sedang
capek. Saya butuh istirahat”. Padahal sepanjang hari tidak ada aktivitas berat
yang Ia laksanakan. Tertidur besumber dari mata air kejenuhan. Kosongnya agenda
dan tidak adanya prioritas kerja yang jelas. Yang melengkapinya adalah hari
libur, Ahad. Hari itu seperti hari istirahat sedunia. Pasca “olahraga”, semua
beralih ke “olahbatin”. Caranya dengan melempar diri ke atas bantal. Memicingkan
mata, dan selanjutnya, tertidur hingga adzan dhuhur berkumandang.
Tertidur adalah sindrom yang tidak diketahui penyebabnya
secara jelas. Ia adalah misteri terbesar kedua dalam dunia kedokteran setelah
AIDS. Itu disebabkan, penderita sendiri bingung apa penyebabnya. Apalagi dokter
?.
Karena itu, tertidur, sebenarnya tidak sehat. Ia
sebenarnya penyakit. Ia seperti virus yang tidak disangka datang menjangkiti.
Dan dampaknya tidak dapat diprediksi kapan terjadi. Ia bisa terjadi saat ramai,
atau saat lengang. Bisa terjadi saat sibuk, atau saat agenda kosong. Saat
berbicara dengan orang, atau mungkin saat sendirian melamun. Tertidur bisa
terjadi saat mengajar santri mengaji, membelajarkan murid, atau saat
berkendara. Tertidur pun bisa didapati di mana saja. Di kantor, kebun durian, atau
di persimpangan lampu merah yang membuat semua orang kesal, membunyikan
klakson, teriakan bahkan kutukan dilemparkan dari kendaraan yang tertahan
dibelakang orang yang dijangkiti penyakit ini karena indikator lampu sudah
berubah menjadi hijau. Bisa juga di kelas, saat pak guru berbusa-busa mulutnya
menerangkan pelajaran, virus sindrom ini telah menjalar di kepala muridnya.
Menutup penderangan dengan imaginer great
wall. Memantulkan semua ilmu dari gurunya. Atau mungkin bisa saja di warung
SOP SAUDARA. Jadi, tertidur bisa terjadi di mana saja.
Tertidur adalah kenikmatan bagi penderitanya. Ia
bagaikan gatal, yang menggetarkan seluruh tubuh jika ditahan. Dan obatnya yang
paling nikmat adalah digaruk. Atau seperti kencing, saat ‘kebelet’. Tertidur
membawa seseorang ke alam mimpi. Tak menghiraukan apa yang terjadi di
sekelilingnya. Orang bisa mengira penderita ini sedang sibuk membaca koran,
padahal matanya terlelap. Nanti dibangunkan saat orang mengingatkan, “Maaf pak,
korannya terbalik “. ???.
Saat semua orang berlari pagi berkeliling kota,
penderita sindrom tertidur, masih keenakan memeluk bantalnya. Membasahi
serat-serat kain seprei-nya dengan cairan lengket bening bernama ILER. Karena itu hati-hati dengan sindrom ini. Ia
bisa menjangkiti siapa saja.
Tapi, tertidur adalah jalan keluar. Solusi bagi
mereka yang tidak punya kerjaan jelas, alias pengangguran. Tertidur, adalah
jawaban paling mantap bagi lulusan Sekolah
Menengah yang tidak mengetahui jalur hidupnya. Jawaban dan argumen yang
mematahkan seluruh pertanyaan. Me-mental-kan semua argumen yang berusaha
menyudutkannya. Tertidur, adalah alasan, mengapa mesti hidup bagi mereka.
Tertidur adalah kerjaan yang paling menyenangkan.
Tak perlu modal, tak perlu membuang energi, dan tak perlu mengajukan surat
lamaran atau mengurus berkas dan berujung rejected.
Yang penting kita punya waktu. Orang sakit pun bisa sibuk dengan kerjaan ini.
Beri tenggat waktu, dan biarkan diri kita beralih ke kondisi gelombang pikiran
delta, dengan frrekuensi otak 0,1 – 3,9 Hz pada electroencepalograph[1].
Ia adalah kerjaan yang paling mudah, dan pilihan bagi orang-orang yang tidak
mau ambil pusing dengan hidup. Kalau kantong kosong, yah tidur. Kalau lapar,
cari teman bicara, untuk diajak makan. Sehabis itu, cepat-cepat lari keluar
warung agar teman yang bayarkan.
Hidup dengan tidur, begitu indah bagi orang-orang
yang paling sibuk. Ia sibuk mengasah intelektualitasnya dengan TTS (Teka Teki Silang).
Sibuk memperluas wawasannya dengan membaca koran politik. Kritik calon pemimpin
ini, pemimpin itu dan membenarkan argumennya melebihi argumen profesor pengamat
politik, dengan hanya bermodal seritifkat kursus alat-alat berat serta dua
tahun pengalaman menjadi security bank.
Mereka sibuk mengembangkan jaringan dengan bermain domino dengan semua warga
berbagai usia yang juga punya nasib yang sama. Atau paling tidak sibuk mengasah
intuisi dan prediksi kecenderungan inflasi nilai tukar rupiah terhadap dollar dan
kecenderungan wirausaha tahun ini dengan memindahkan pion catur. Yang sebelumnya
dipikirkan hingga 100 kemungkinan. Tapi karena otak hanya bermodal pentium II,
prediksi langkah ke-10 macet alias ERROR. Sehingga kesimpulan siklusnya adalah
hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Hidup adalah bagaikan
bermain catur, kadang kita berpion hitam, kadang berpion putih. Itu saja dari
pagi hingga matahari bersembunyi di ufuk barat.
Markaz Firdaus, 24
Maret 2013 M
Pkl. 13.59 Wita
Membangkitkan Jiwa yang Lelah
No comments:
Post a Comment