Abu Fath el_Faatih
Layaknya sebuah pohon,
akar-akarnya menghujam jauh ke tanah. Menembus dan membelah bebatuan, menusuk
bumi. Menyusuri lapisan demi lapisan. Batangnya tegak, kokoh meninggi. Tak
bergeming dihempas badai. Tak goyah diguncang gempa.
Pohon itu tangguh. Ranting-rantingnya menjulang jauh ke angkasa seakan mencapai
bintang. Dedaunannya berwarna hijau cerah, lebar menala terik cahaya mentari.
Buahnya manis dan beraroma wangi.
Pohon itu
indah berdiri di atas gunung-gunung batu diselingi jurang dan tebing-tebing
terjal yang terkikis oleh deburan badai ombak.
Pohon itu
hebat. Melawan badai dan hempasan
angin, karena akarnya kuat menggigit bumi. Tak bergeming diterpa ujian, karena
batangnya tegar dan ranting-rantingnya lentur melawan terpaan angin. Bahkan ia memberi
perlindungan dan manfaat kepada manusia, kepada burung-burung, serangga dan
yang lainnya. Keberadaannya memberi hikmah, memotivasi untuk berusaha
mendapatkan cita-cita dan memberi karya yang terbaik untuk agama-Nya yang
mulia.
Itulah iman.
Jika keimanan seperti sebuah pohon. Keyakinannya mengakar kokoh dalam dada,
maka usaha yang muncul darinya pun akan kuat, sekuat batangnya. aktualisasinya
rapi, terukur dan terarah.
Jika keimanan
itu didasari dengan kejujuran dalam hati akan janji-Nya
dan risalah manusia termulia, maka pahala akan
melesat berlipat ganda.
Jika niatnya suci bersih,
maka amalan akan melimpah, menjadi berita gembira seperti bebuahan
yang menguning menjanjikan kenikmatan bagi pemandangnya.
Jika iman ini
seperti pohon itu, maka kehidupan akan terasa mudah. Nafas-nafasnya mebih
bermakna.
Jika iman ini
dilandasi oleh kejujuran, dibarengi dengan kerjakeras dan kesabaran, maka
kesyukuran akan nikmat hidup akan membuncah. Kita akan siap berkorban,
kita akan siap berjuang dan pasti kita akan siap mempersembahkan yang terbaik
untuk agama Allah Azza Wa Jalla. Karena iman itu : “Tashdiqu bil Qalbi, Iqraru bil Lisaan, wal Amalu bil Arkan”.
Pembenaran di hati, peng-ikrar-an dengan lisan, dan pengejawantahan dengan amal
perbuatan. Karena itu Allah Azza wa Jalla mengabadikan dalam Al-Qur’an :
24. Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS Ibrahim: 24).
Jika iman itu
benar seperti sebuah pohon, maka seluruh bagiannya mengandung
faidah. Peminta
bantuan akan mendapatkan haknya, bahkan makhluk di sekelilingnya akan tenteram
dengannya. Karena akar, batang, ranting, daun dan buahnya memberi demikian
banyak manfaat.
Begitupula
jika kita ibaratkan pohon itu adalah idealisme. Jika tekadnya
bulat, komitmen dan konsistensinya kuat, motivasinya kokoh, serta kerja dan usahanya menunjukkan kegigihan, maka
cita-citanya pun akan hampir pasti terwujud.
Semakin tinggi
cabang-cabang pohon itu mengisi angkasa, semakin besar tantangannya, karena
badai akan semakin hebat menerpanya. Semakin besar batangnya, semakin banyak pula
rayap dan burung-burung akan melukainya. Begitu pula akarnya, semakin dalam ia menggali dan membelah
bumi, maka lapisan tanah pula akan semakin tebal, dan rapat untuk menjepit
dan menghentikan tunas-tunasnya.
Begitulah
idealisme. Semakin besar komitmen, semakin besar niat serta tekad kita, maka
akan semakin banyak ejekan dan kata-kata miring yang akan kita dengarkan.
Semakin besar keigihan kita berusaha, beramal dengan amal yang terbaik, bekerja
dengan kerja yang gigih, semakin banyak pula cemohan yang datang menghinggapi telinga.
Semakin tinggi
cita-cita, maka akan semakin besar ombak fitnah akan menghadang. Semakin tinggi
resiko kegagalan dan semakin banyak ujian dan tantangan.
Akan tetapi demikianlah keniscayaan itu, semakin tinggi cabang-cabang dari cita-cita yang
akan kita gantungkan dan kita sematkan ke langit, pasti membutuhkan komitmen
yang kuat. Semakin besar apa yang kita harapkan, semakin sibuk dan semakin
sedikit waktu kita berkhayal dan beristirahat.
Demikianlah pengibaratan Allah Azza Wa Jalla. Semakin tinggi pucuk-pucuk pohon
itu, maka akarnya pun harus semakin kokoh ke bumi.
Begitulah
cita-cita (idealisme) yang tinggi. Tidak akan mungkin tercapai dengan mental
dan komitmen rendah apalagi hanya dengan usaha pas-pasan. Tidak akan
mungkin diraih dengan khayalan dan tangan yang berpangku, serta mata yang
dininabbobokkan oleh empuknya ranjang-ranjang mewah.
Cita-cita yang
tinggi dan agung hanya digapai dengan keyakinan yang murni tak sedikitpun bercampur
keragu-raguan akan tercapainya. Keyakinan yang penuh, sesak memenuhi dada akan teraihnya tujuan. Sekali melangkah tak mundur dan berbalik sampai terwujudnya cita-cita
itu.
Alkisah Sebuah
cerita…..
Ada dua buah benih sedang bercakap. Benih pertama mengatakan “suatu hari nanti
saya akan tumbuh berkembang memiliki batang yang besar dan kokoh,
ranting-ranting yang banyak dengan daun yang lebat serta berbuah dengan buah
yang banyak. Akar-akarku akan tumbuh dan menjulur ke dalam tanah,
sedalam-dalamnya memperoleh air untukku”.
Benih kedua
pun berkata “Saya takut tumbuh, jangan-jangan akar-akarku akan dimakan ulat dan
menjadi hancur, saya takut jika aku tumbuh, tubas-tunasku yang masih muda akan
dimakan anak-anak ayam dan nanti aku ditelan mati oleh mereka”.
Akhirnya, beberapa waktu kemudian
benih pertama pun telah tumbuh dengan akar yang kokoh, batang yang besar
serta tangkai-tangkai dengan daun yang lebat. Daun-daunnya indah mengayun-ayun
diterpa angin. Sementara benih kedua belum tumbuh, masih berada dalam gelapnya tanah.
Tiba-tiba, seekor anak ayam datang mengais-ngais di tempat itu dan akhirnya
benih kedua itu pun dimakan oleh anak ayam…
Mari kita
ambil ibrah dari kisah ini,
Makassar, 9 Dzulhijjah 1431 H
Bertepatan 15 Nopember 2010 M
Pukul 21.51 WITA, Malam yang menanti puasa arafah
tenang….
No comments:
Post a Comment