malas
datang pengajian tiap pekan karena banyak alasan
kuliahlah,
lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah
jarang baca
buku Islam, karena sedang suka koran
dulu
tilawah tidak pernah ketinggalan
sekarang
satu lembar sudah lumayan
tilawah
sudah tidak berkesan
nonton film
korea, malah ketagihan
futur oh
futur…
sholat
malam mulai tidak teratur
ba'da
shubuh jarang tafakkur
salam kanan
kiri, kembali mendengkur
apalagi
waktu libur, sampai hampir dzuhur
perut
semakin buncit, karena pangsit
kalo infaq
mulai sedikit karena virus pelit
shaum
sunnah serasa sulit
karena
takut perut terlilit
futur oh
futur…
tak lagi
pandai bersyukur, disanjung jadi senang, dikritik jadi murung
inilah
futur…
malas mengurus
dakwah, musyawarah jadi ogah
orang lain dibikin
susah, rajin bikin ikhwa marah
karena pinjam
sandal bagai dijarah
eh…malah…sedikit
muhasabah
ditambah lagi
sering mengghibah
ini memang
futur…
Mengapa kita
futur......???
mengapa
tidak ada satu ikhwa pun yang menegur dan menghibur??
kenapa
batas-batas mulai mengendur??
pura-pura
dan basa basi tumbuh subur??
Gosip dan
majelis sia-sia menjamur??
kenapa kita
sudah tidak jujur??
kenapa
ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur??
Sementara kita
hanya pandai bertutur??
kita tahu
inilah futur!
sedikit
dzikir, kebanyakan tidur
belajar
ngawur, IP pun jadi hancur
saudara-saudara
tak ada yang tegur.
Akhirnya...
hati beku, otak ngelantur
hati beku, otak ngelantur
lisan
ngawur, agenda diulur,
mikirin
orang selalu hancur, diri sendiri tak pernah diukur
angan-angan
duduk di kursi goyang,
perut
kenyang, hati melayang
mulut sibuk
ngomongin orang
aib sendiri
tidak terbayang
bangun qiyam
sering ditinggal
otak bebal
banyak mengkhayal
sudah lupa
yang namanya ajal
futur oh futur…
sudah sok
tahu, senang dipuji
ngomong sok
suci, kayak murrabi
nggak ngaca
diri sendiri
futur oh futur…
Orangnya jadi
gegabah
petantang
petenteng merasa gagah
mengaku-ngaku
diri ikhwah kalau muhasabah
sadarlah… diri
ini nggak beda sama sampah
Ya Allah..
berikan
hambaMu ini pelipur
agar kita
tidak semakin futur
apalagi
sampai tersungkur...
Sebuah
Puisi Karya
Abu Fath
el_Faatih
Diadopsi
dari “ane lagi futur”,
Muhammad
Raditya Nugraha
No comments:
Post a Comment