Abu Fath el_Faatih[1]
Tidak akan ada peradaban yang bangkit jika para pengusungnya
terputus dari masa lalu mereka, dan tidak bangga dengan identitas yang mereka
miliki
(Muhammad Assad)
Deklarasi organisasi
rahasia, Freemason tahun 1717
menunjukkan ambisi yahudi zionis untuk menguasai dunia. Salah satunya adalah
menghancurkan semua agama yang menjadi ancaman. Bangsa yahudi (zionis) menganggap
selain bangsanya sama saja dengan kambing – kambing perahan yang harus dibinasakan.
Hal itu tercantum dalam kitabnya : “Taklukanlah
mereka, binasakanlah, mereka akan mengambil hakmu, engkau adalah
setinggi-tinggi bangsa, seumpama menara yang tinggi. Gunakanlah hatimu ketika
menghadapi saudara – saudaramu, karena mereka itu keturunan Yaqub, keturunan
Israel. Buanglah hatimu ketika menghadapi lawanmu karena mereka itu bukan
sekali-kali saudaramu, mereka adalah kambing-kambing perahan dan harta mereka
adalah hartamu, rumah mereka adalah rumahmu, tanah mereka adalah tanahmu.”(Syer
Talmud Qaballa XI :45)
Isi kitab suci di
atas menjadi landasan gerakan mereka dalam mencapai tujuan. Ini pula yang
mendasari kebengisan dan kebiadaban mereka ketika berhadapan dengan musuh-musuhnya[2].
Cita-cita itu tidak lain menguasai dunia dengan mengembalikan bangunan Haikal
Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha, di kota Al-Quds (Yerussalem),
mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan Zionis Internasional.
Program – program pun disusun dalam 24 protokol zionis yang diantara isinya antara
lain menghancurkan agama, merusak sistem yang ada, mengacak – acak kehidupan
perpolitikan setiap Negara.
Salah satu sarana untuk
mencapai tujuan itu adalah pendidikan. Dari pendidikanlah, karakter serta pola
pikir seseorang dibentuk. Serangan melalui pendidikan ini pun membuahkan hasil,
seperti terbentuknya mental peserta didik yang lemah, dan bercita-cita sebatas kedudukan
dan kelimpahan-kelimpahan berorientasi duniawi.
Mari kita analisis
lebih dalam. Dari kecil pola pikir kita telah dibentuk untuk selalu kecil dan selalu
di bawah. Bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi pun kita hanya diajarkan “rajin – rajin belajar ya… biar lulus
cumlaude, nanti bisa jadi guru teladan”. Ini adalah salah bentuk
pengerdilan pola pikir. Ungkapan di atas mari kita sedikit rubah-agar lebih
menantang-, “rajin – rajin belajar ya,
kuasai semua bidang ilmu-mu, nanti dirikan sekolah internasional dengan basis
Al-qur’an, bangun sistem pendidikan dengan pedoman al-qur’an sampai semua
bangsa belajar di sekolah kita, karena sekolah terbaik di dunia”. Kita
berbicara tentang visi. Visi adalah bagian dari gambaran mentalitas seseorang.
Sejauh mana visinya sebegitu pula
mentalitas mereka. Tak heran jika penyapu jalan, tukang becak, pemulung dan
lain-lain ketika ditanya, cita-cita mereka tidak akan jauh dari keadaan mereka
saat itu.
Mengapa demikian
yang terjadi ?. Kalau kita runut, semua berawal penjajahan di bumi pertiwi. Bangsa
zionis yang menjajah tidak hanya mengambil potensi emas (sumber daya alam), tapi
dia juga menjajah potensi berpikir (hegemoni). Akhirnya penjajahan itu
mengkristal dan menjadi lingkaran setan (ring
of devil) yang terus berlanjut hingga sekarang.
Dari segi materi
pembelajaran pun zionis tidak mau ketinggalan. Memutar balik fakta sejarah
adalah satu bagian dari agenda panjang mereka. Sejarah dirakit sesuai kebutuhan,
fakta – fakta yang bisa memberikan ancaman dihapus dan tidak dimasukkan ke
dalam kurikulum, seperti pada kasus hari Kebangkitan Nasional.
Dalam pelajaran
sejarah mulai dari SD hingga SMA bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pelopor
pergerakan nasional yang kita ketahui adalah “Boedi Oetomo”. Didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh kaum
intelektual yang pada waktu itu sedang mengenyam pendidikan kedokteran di
School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) dengan motor penggeraknya
antara lain adalah Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan
Soeleman. Organisasi ini menitikberatkan pada aspek pendidikan. Mereka
mengusulkan beberapa tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan
perbaikan dalam berbagai hal berkaitan dengan upaya peningkatan pendidikan ke
seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya untuk golongan priyayi saja. Sehingga
organisasi ini dianggap tidak berbahaya oleh pemerintahan kolonial waktu itu
karena gerakannya masih bersifat lokal atau kedaerahan.
Ditinjau dari fakta
sejarah tentang organisasi pergerakan nasional secara benar, harusnya Sarekat
Dagang Islam-lah yang lebih tepat disebut sebagai pelopor berdirinya organisasi
nasional. Sejarah menunjukkan bahwa awal berdirinya organisasi yang ada di
Indonesia tidak lepas dari perjuangan umat Islam. Di Jakarta pada 17 Juli 1905
berdiri perkumpulan al-Jam’iyat al-Khairiyah[3].
Organisasi ini adalah wahana untuk mendirikan sekolah dasar untuk masyarakat
Arab dengan kurikulum yang sudah modern. Kemudian pada 16 Oktober 1905 berdiri
Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh H Samanhudi, seorang saudagar Muslim di Solo.
Sarekat Dagang Islam berawal dari dominasi pedagang-pedagang Cina yang
menguasai perdagangan pribumi sehingga organisasi ini ingin menghalau
perdagangan yang tidak sehat itu. Pedagang pribumi menjadi korban penguasaan
para pedagang Cina sampai sekarang. Mereka terus bercokol dalam perdagangan dan
bersaing dengan para pedagang pribumi.
Tak cukup sampai
disitu. Agenda penghilangan jatidiri bangsa oleh zionis merambah sampai pada distorsi
sejarah. Seperti masuknya Islam di Indonesia. Informasi yang dipahami selama ini, islam
masuk ke indonesia pada abad ke-13 M. Padahal fakta sejarah menunjukkan, Islam
masuk ke indonesia pada abad ke-7 M, tepatnya pada masa kekhalifan Utsman bin
Affan dan yang lebih luar biasa lagi
ternyata Kerajaan Sriwijaya di abad ke-6 M sudah menjalin kerja sama
perdagangan dengan seorang arab yang bernama Ahmad (Muhammad) yang setelah itu
menjadi Rasul penutup nabi – nabi[4].
Ini dapat kita peroleh dari referensi karangan Ahmad Mansur Surya Negara,´Menemukan
Sejarah’ dan karangan Buya Hamka –rahimahullah ajma’in-.
Pemutarbalikan
fakta sejarah ini berdampak begitu signifikan bagi generasi muda saat ini. Dampaknya
adalah lahirnya generasi yang tak tahu identitasnya dan tak tahu sejarah masa
lalunya. Tinggallah generasi yang kebingungan, kemana mereka hadapkan kiblat
kehidupannya. Tidak tahu warisan sejarah, dan bingung menghadapi masa depan,
acuh tak acuh dan tidak perlu pusing
dengan urusan orang lain.
Bahkan kenyataan
pahit itu pun selanjutnya membawa dampak-dampak lain yang lebih besar. Pesantren
yang dulunya merupakan Laboratorium Perjuangan, rahim para mujahid, tempat
lahirnya para pemimpin serta pejuang bangsa, sekarang hanya menjadi tempat
menghafal Al-qur’an tanpa pengamalan, serta fanatik kepada figuritas ustadz. Sibuk
dengan kitab kuning, terlena dengan
perdebatan nahwu[5] tapi melupakan hakikat islam
dan jihad. Semua ini merupakan sebuah prestasi gemilang Dr. Snouck Hurgronje seorang yahudi belanda yang berhasil memecah
belah ulama dan mewariskan referensi yang telah terdistorsi hingga menjadi pil
pahit yang mau tidak mau harus ditelan oleh umat islam sekarang.
Itulah sekelumit
tentang keikutsertaan yahudi (zionis) dalam masalah pendidikan di bumi pertiwi
ini. Semoga tulisan-yang hanya beberapa bait- bisa menjadi pemicu adrenalin
untuk terus mempelajari sejarah bangsa. Mengkaji dan menelaah warisan emas para pendahulu. Agar kita
mengetahui identitas sejati bangsa. Serta bangga dengan identitas tersebut. Akirnya
peradaban itu akan bangkit dan memimpin dunia sebagaimana berjayanya ratusan
tahun silam. Islam pernah memimpin hampir seluruh dataran dunia. Benua Eropa
dan Seluruh Benua Afrika hingga Asia selama kurang lebih 700 tahun. Kita rindu
akan hal itu terulang kembali. Entah kapan waktunya. Kita hanya ingin menjadi donatur yang dapat berkontribusi dalam
pembangunan peradaban agama dan bangsa. Karena sampai saat ini kita sementara
berusaha untuk menemukan kembali kunci pintu peradaban yang telah hilang itu. ternyata,
kita dapatkan kuncinya ada pada kualitas
diri yang berlandaskan aqidah shahihah berpatron Al-Qur’an dan as-Sunnah. Ternyata
tidak perlu jauh-jauh, perubahan itu ada
disini. Ya… Tunjukkan jari telunjuk anda ke diri sendiri. Di situlah kunci
peradaban sebenarnya.
Jika hari ini kita sibuk
dengan buku-buku dan laboratorium. Sibuk dengan diskusi dan aktivitas ilmiah
lainnya, tidak punya banyak waktu kecuali dengan Al-Qur’an dan memperbaiki
tajwid, buku-buku tafsir, hadits, ensiklopedia dan yang lainnya, maka kita
sebenarnya telah memiliki kunci itu. Akan tetapi jika hari kita hanya sibuk
dengan SMS-an ria, gombal dan lebay
dan FB-an yang tak kunjung usai, serta menikmati nikmatnya kasur empuk sepanjang
hari. Maka tutuplah mata anda dan segeralah beranjak ke pembaringan. Karena
anda tidak dibutuhkan oleh perjuangan membangun peradaban. Singkatnya, kita
akan mengucapkan selamat tinggal !, kepada
Anda. Karena kita kasihan. Umur anda terlalu boros hanya untuk hal-hal demikian
[Wallohu a’lam].
Dari www.eramuslim.com
dengan perubahan
[1]
Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus FSI Raudhatul Ilmi UNM
[2]
Seperti invasi pembungihangusan Israel ke palestina
[3]
Ini tidak sepeti Jami’ah Islamiyah (Islam Jama’ah) yang melakukan pemberontakan
kepada pemerintah seperti sekarang. Atau dikenal dengan Teroris
[4]
Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
[5]
Ilmu Tata Bahasa Arab, dalam Bahasa Inggris disebut Grammar
No comments:
Post a Comment