Abu Fath el_Faatih
Sejuk, dingin dan lembut. Sebuah kenikmatan ketika
bisa merasakan kesegaran, melepas dahaga dalam tegukan-tegukan langsung dari
mata air kehidupan. Rasanya membebaskan kekeringan dalam kerongkongan yang
melilit leher. Menikmatinya, seperti membuat kita lupa dari penatnya dunia.
Lelah dan letihnya seperti sirna. Hilang begitu saja.
Lebih dari 2/3 permukaan bumi digenangi air. Begitu pula
tubuh manusia, 60 %-nya adalah air. Sumber kehidupan makhluk di muka bumi
adalah air. Jika mereka kekurangan, tidak berselang lama, mereka berubah
menjadi seonggok jasad tak berharga. Manusia, mampu untuk bertahan dalam waktu
sebulan tidak makan. Akan tetapi, satu pekan manusia tidak disuplai air, ia
akan mati dehidrasi. Dalam al-Qur’an, Allah swt menitipkan satu bentuk
kekuasaan-Nya pada air,
ª!$#ur tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ !$pkÌEöqtB 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ZptUy 5Qöqs)Ïj9 tbqãèyJó¡o ÇÏÎÈ
Dan Allah menurunkan dari langit air
(hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)(QS an Nahl : 65).
Air, simbol kehidupan. Unsur yang melambangkan kesegaran,
dinamika dan gairah. Dalam buku The True Power of Water, -terlepas dari
perbincangan ilmiahnya- dijelaskan bahwa titik kristal air (salju) mampu memberi respon bentuk jika setiap hari diperdengarkan
kata-kata yang mencerminkan satu bentuk emosi. Titik Kristal yang selalu diberi
kalimat motivasi dan positif memiliki bentuk yang utuh. Sedangkan yang selalu
diberi perlakuan berupa emosi negatif, seperti marah dan kekecewaan, bentuknya menjadi
rusak.
Bagi kita seorang muslim, -dan tentu dalam konteks ilmiah- kita
tidak bisa mempercayai 100 % hasil penelitian Prof. Masaru Emoto tersebut. Akan
tetapi kita bisa mengambil hikmah. Bahwa memang kondisi tubuh akan selalu
menyesuaikan dengan kondisi emosi. Seseorang yang selalu hidup dalam kondisi
emosional yang tidak stabil selalu memiliki kualitas hidup yang buruk. Demikian
halnya sebaliknya. Jika seseorang hidup dalam emosi positif, maka ia akan
selalu berjumpa keberuntungan.
Air memiliki peran penting dalam kehidupan. Tempat-tempat rekreasi
misalnya, hampir kita selalu berjumpa dengan air. Sungai, laut, air terjun atau
danau. Itulah biasanya, tujuan kita untuk liburan. Bahkan ada tempat-tempat
khusus yang dibuat yang seluruhnya adalah wahana air (water boom, waterpark
dll.).
Hal seperti ini sudah allah sebutkan ada dalam al-qur’an.
Mari kita lihat kedalaman maknanya, dan satu lagi tanda bagaimana allah
menyimpan sinyal-sinyal yang getarannya hanya dapat dibaca oleh orang-orang
yang bertafakkur.
Orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya… (QS
An-Nisa: 122)
Mengapa mesti ada tambahan “yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai “ ?. Karena memang keindahan itu disimbolkan dengan air yang
mengalir. Taman-taman buatan di tengah kota atau di sudut rumah, sampai wahana water
boom adalah satu contoh pendekatan kita untuk memahami bagaimana syurga
allah siapkan kenikmatannya.
Bersumber pada mata air
Untuk menikmati air itu, maka puncaknya ada pada mata airnya.
Meneguk air langsung dari sumbernya, kesegarannya jauh berbeda dengan air yang
telah bercampur di perjalanan menuju hilirnya.
Demikian halnya syurga firdaus. Mengapa menjadi puncak
kenikmatan bagi orang-orang yang berada di syurga ?. salah satu alasannya, semua
mata air dari seluruh jenis sungai sumbernya ada di sana. Coba bayangkan berenang langsung
dari sumber mata air.
Saya pernah berenang pada sebuah sungai dan langsung di
sumber mata airnya. Rasanya jauh lebih segar dan sejuk. Airnya lebih dingin dan
lebih jernih.
Tapi tahukah kita, bahwa ada satu mata air yang jauh lebih
menyejukkan dibanding mata air pegunungan ?. Mata air itu ternyata tidak
terletak diluar diri kita. Ia mengalir keluar dari diri kita. “air mata”. Ya,
itu dia. Air yang menjadi cermin kehidupan hakiki seorang hamba. Karena ketika
ia mengalir deras, disertai isak-tangis
dan merengek meminta dalam harap-harap cemas kepada-Nya adalah bukti hidupnya
hati seseorang. Sementara keringnya mata dari air itu, adalah pertanda bahwa
jiwa mereka. Qalbu mereka juga tengah kekeringan. Sementara kering-kerontang,
menunggu titik-titik wasiat ilahi. Dalam syair arab disebutkan.
وما لجرح بميت أيلام
"Dan tidaklah mayat merasa sakit karena
terluka”[1]
Dan Biarkan
Allah Menyeka Air Mata Kita…
Selama ini, adalah sebuah kepastian. Manusia selalu terjatuh
dalam kesalahan. Kecil atau besar. Sadar atau tidak. Akan tetapi, saat bulan
yang penuh maghfirah ini datang menghampiri, Allah mengulurkan tangan-Nya untuk
kita sambut. Walaupun tangan itu sering menepis tapi Allah tidak pernah
berhenti mengulurkannya. Meskipun dosa-dosa kita seluas langit dan bumi, tapi
ampunan Allah tidak pernah bertepi.
Tidak ada yang lebih membahagiakan tatkala kita menyadari
dosa-dosa yang pernah ada, kemudian kita berencana untuk mengevaluasi dan
memperbaiki diri. Tumpahkanlah air mata penyesalan itu. Biarkan dia membanjiri
sepertiga malam yang hening, saat itu biarkanlah tangan Allah yang kuat dan
lembut itu menyeka air mata penyesalan kita. Kemudian kitapun akan meresakan
sebuh kekuatan ghaib akan tumbuh dan membawa kita ke dada pelangi, di sana
hanya akan kita temukan keindahan warna-warni kehidupan yang menyejukkan,
membahagiakan, yang akan membuat diri kita menjadi orang yang semakin sadar dan
semakin menghambakan diri dihadapan allah.
Tundukkanlah hati, rendahkanlah diri di hadapan-Nya. Jangan
biarkan ramadhan ini berlalu begitu saja. Rubuhkanlah diri, sujud ke bumi di
sepertiga malam terakhir. Kuatkan azzam agar dapat bercengkrama dengan Allah di
rumah-Nya di detik-detik perjalanan akhir yang menentukan siapalah finalis yang
sebenarnya. Isilah pundi-pundi investasi abadi kita dengan infak, zakat dan
sedekah. Semailah benih-benih kebaikan, kelak kita akan menuainya dengan sebuah
kenikmatan abadi di sebuah taman, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai !
Cobalah nikmati. Biarkan diri kita bersendirian dengan Rabb
kita. Berkhalwat dengan-Nya. Dan adukan seluruh permasalahan kita kepada-Nya.
Biarkan jiwa ini seperti hancur Karena melihat kebesaran allah, serta
ketidakberdayaan diri kita.
Selamat beramadhan, mudah-mudahan segala kebaikan dan keindahannya
bukan sekedar fatamorgana, tetapi sebuah energi yang membawa perubahan baru
bagi diri dan jiwa kita, serta sebagai momentum untuk melakukan perubahan ke
arah yang lebih baik. Karena bukti keberhasilan ramadhan sebagai madrasah
adalah ketika para alumninya berhasil setelah menyelesaikan beban kuliah mereka
dan berhasil membawa peran di masyarakat.
Panam,
Masjid Arfa’unnas UNRI
29 Ramadhan
1433 H/18 Agustus 2012 M
Pkl.
14.31 WIB
Detik-detik
Menyambut kumandang takbir kemenangan.
[1]
Manajemen Qalbu, Imam Ibnul Qayyim. Darul Falah: Jakarta (Hal.104). Dinukil
dari Diwan al Mutanabbi, (4/92-101, dengan syarah ‘Akbari). Lengkap
baitnya :
“Siapa yang lemah maka kelemahan itu gampang
menguasainya, dan tidaklah mayat merasa sakit karena terluka”
No comments:
Post a Comment