Cari

TITIK-TITIK MATA AIR KESEJUKAN

Sunday, 9 September 2012












Abu Fath el_Faatih


Sejuk, dingin dan lembut. Sebuah kenikmatan ketika bisa merasakan kesegaran, melepas dahaga dalam tegukan-tegukan langsung dari mata air kehidupan. Rasanya membebaskan kekeringan dalam kerongkongan yang melilit leher. Menikmatinya, seperti membuat kita lupa dari penatnya dunia. Lelah dan letihnya seperti sirna. Hilang begitu saja.

Lebih dari 2/3 permukaan bumi digenangi air. Begitu pula tubuh manusia, 60 %-nya adalah air. Sumber kehidupan makhluk di muka bumi adalah air. Jika mereka kekurangan, tidak berselang lama, mereka berubah menjadi seonggok jasad tak berharga. Manusia, mampu untuk bertahan dalam waktu sebulan tidak makan. Akan tetapi, satu pekan manusia tidak disuplai air, ia akan mati dehidrasi. Dalam al-Qur’an, Allah swt menitipkan satu bentuk kekuasaan-Nya pada air,
ª!$#ur tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ !$pkÌEöqtB 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqãèyJó¡o ÇÏÎÈ  
Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)(QS an Nahl : 65).
Air, simbol kehidupan. Unsur yang melambangkan kesegaran, dinamika dan gairah. Dalam buku The True Power of Water, -terlepas dari perbincangan ilmiahnya- dijelaskan bahwa titik kristal air (salju) mampu  memberi respon bentuk jika setiap hari diperdengarkan kata-kata yang mencerminkan satu bentuk emosi. Titik Kristal yang selalu diberi kalimat motivasi dan positif memiliki bentuk yang utuh. Sedangkan yang selalu diberi perlakuan berupa emosi negatif, seperti marah dan kekecewaan, bentuknya menjadi rusak.
Bagi kita seorang muslim, -dan tentu dalam konteks ilmiah- kita tidak bisa mempercayai 100 % hasil penelitian Prof. Masaru Emoto tersebut. Akan tetapi kita bisa mengambil hikmah. Bahwa memang kondisi tubuh akan selalu menyesuaikan dengan kondisi emosi. Seseorang yang selalu hidup dalam kondisi emosional yang tidak stabil selalu memiliki kualitas hidup yang buruk. Demikian halnya sebaliknya. Jika seseorang hidup dalam emosi positif, maka ia akan selalu berjumpa keberuntungan.
Air memiliki peran penting dalam kehidupan. Tempat-tempat rekreasi misalnya, hampir kita selalu berjumpa dengan air. Sungai, laut, air terjun atau danau. Itulah biasanya, tujuan kita untuk liburan. Bahkan ada tempat-tempat khusus yang dibuat yang seluruhnya adalah wahana air (water boom, waterpark dll.).
Hal seperti ini sudah allah sebutkan ada dalam al-qur’an. Mari kita lihat kedalaman maknanya, dan satu lagi tanda bagaimana allah menyimpan sinyal-sinyal yang getarannya hanya dapat dibaca oleh orang-orang yang bertafakkur.
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya… (QS An-Nisa: 122)
Mengapa mesti ada tambahan “yang mengalir di bawahnya sungai-sungai “ ?. Karena memang keindahan itu disimbolkan dengan air yang mengalir. Taman-taman buatan di tengah kota atau di sudut rumah, sampai wahana water boom adalah satu contoh pendekatan kita untuk memahami bagaimana syurga allah siapkan kenikmatannya.

Bersumber pada mata air
Untuk menikmati air itu, maka puncaknya ada pada mata airnya. Meneguk air langsung dari sumbernya, kesegarannya jauh berbeda dengan air yang telah bercampur di perjalanan menuju hilirnya.
Demikian halnya syurga firdaus. Mengapa menjadi puncak kenikmatan bagi orang-orang yang berada di syurga ?. salah satu alasannya, semua mata air dari seluruh jenis sungai sumbernya ada  di sana. Coba bayangkan berenang langsung dari sumber mata air.
Saya pernah berenang pada sebuah sungai dan langsung di sumber mata airnya. Rasanya jauh lebih segar dan sejuk. Airnya lebih dingin dan lebih jernih.
Tapi tahukah kita, bahwa ada satu mata air yang jauh lebih menyejukkan dibanding mata air pegunungan ?. Mata air itu ternyata tidak terletak diluar diri kita. Ia mengalir keluar dari diri kita. “air mata”. Ya, itu dia. Air yang menjadi cermin kehidupan hakiki seorang hamba. Karena ketika ia  mengalir deras, disertai isak-tangis dan merengek meminta dalam harap-harap cemas kepada-Nya adalah bukti hidupnya hati seseorang. Sementara keringnya mata dari air itu, adalah pertanda bahwa jiwa mereka. Qalbu mereka juga tengah kekeringan. Sementara kering-kerontang, menunggu titik-titik wasiat ilahi. Dalam syair arab disebutkan.
وما لجرح بميت أيلام
"Dan tidaklah mayat merasa sakit karena terluka”[1]

Dan Biarkan Allah Menyeka Air Mata Kita…
Selama ini, adalah sebuah kepastian. Manusia selalu terjatuh dalam kesalahan. Kecil atau besar. Sadar atau tidak. Akan tetapi, saat bulan yang penuh maghfirah ini datang menghampiri, Allah mengulurkan tangan-Nya untuk kita sambut. Walaupun tangan itu sering menepis tapi Allah tidak pernah berhenti mengulurkannya. Meskipun dosa-dosa kita seluas langit dan bumi, tapi ampunan Allah tidak pernah bertepi.
Tidak ada yang lebih membahagiakan tatkala kita menyadari dosa-dosa yang pernah ada, kemudian kita berencana untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Tumpahkanlah air mata penyesalan itu. Biarkan dia membanjiri sepertiga malam yang hening, saat itu biarkanlah tangan Allah yang kuat dan lembut itu menyeka air mata penyesalan kita. Kemudian kitapun akan meresakan sebuh kekuatan ghaib akan tumbuh dan membawa kita ke dada pelangi, di sana hanya akan kita temukan keindahan warna-warni kehidupan yang menyejukkan, membahagiakan, yang akan membuat diri kita menjadi orang yang semakin sadar dan semakin menghambakan diri dihadapan allah.
Tundukkanlah hati, rendahkanlah diri di hadapan-Nya. Jangan biarkan ramadhan ini berlalu begitu saja. Rubuhkanlah diri, sujud ke bumi di sepertiga malam terakhir. Kuatkan azzam agar dapat bercengkrama dengan Allah di rumah-Nya di detik-detik perjalanan akhir yang menentukan siapalah finalis yang sebenarnya. Isilah pundi-pundi investasi abadi kita dengan infak, zakat dan sedekah. Semailah benih-benih kebaikan, kelak kita akan menuainya dengan sebuah kenikmatan abadi di sebuah taman, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai !
Cobalah nikmati. Biarkan diri kita bersendirian dengan Rabb kita. Berkhalwat dengan-Nya. Dan adukan seluruh permasalahan kita kepada-Nya. Biarkan jiwa ini seperti hancur Karena melihat kebesaran allah, serta ketidakberdayaan diri kita.
Selamat beramadhan, mudah-mudahan segala kebaikan dan keindahannya bukan sekedar fatamorgana, tetapi sebuah energi yang membawa perubahan baru bagi diri dan jiwa kita, serta sebagai momentum untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Karena bukti keberhasilan ramadhan sebagai madrasah adalah ketika para alumninya berhasil setelah menyelesaikan beban kuliah mereka dan berhasil membawa peran di masyarakat.

Panam, Masjid Arfa’unnas UNRI
29 Ramadhan 1433 H/18 Agustus 2012 M
                                                                                                                                     Pkl. 14.31 WIB
Detik-detik Menyambut kumandang takbir kemenangan.


[1] Manajemen Qalbu, Imam Ibnul Qayyim. Darul Falah: Jakarta (Hal.104). Dinukil dari Diwan al Mutanabbi, (4/92-101, dengan syarah ‘Akbari). Lengkap baitnya :
“Siapa yang lemah maka kelemahan itu gampang menguasainya, dan tidaklah mayat merasa sakit karena terluka”

No comments:

Post a Comment

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang