Abu Fath el_Faatih
Lima tahun. Sebuah waktu yang lama
dalam pencarian jatidiri. Dari dulu, semenjak kita mengenyam pendidikan di bangku
SMA, ternyata banyak hal yang belum terungkap. Dunia ini luas. Banyak hal yang
masih menjadi misteri. Dan terus akan menjadi misteri jika kita tidak beranjak
untuk menyingkap tabir yang menghalanginya. Ketekunan, keyakinan, kerjasama
tim, integritas dan tanggung jawab, serta etika berlembaga. Sebuah istilah yang menunjukkan kapasitas seorang
manusia yang dirangkum dalam jatidiri.
------------------------------------------------------------
Jatidiri adalah misteri bagi
manusia. Selama ia tidak berusaha mendapatkannya, selama itu pula ia akan terombang-ambing
dalam kebingungannya. Seperti sebuah perahu di tengah laut. Ketika awaknya meneropong
keseluruh penjuru mata angin, tak ada daratan. Tak jelas, kemana kapal itu
melabuhkan dirinya nanti. Sang awak hanya menanti angin serta ombak membawanya ke
mana akan ke tepian.
Bagi saya, dan bagi anda sebelum
melangkah lebih jauh pastikan dari awal jati diri anda. Identitas serta
karakter sejati yang anda miliki. Karena, sebelum kita mengambil langkah, ketetapan
akan jatidiri harus menjadi hal yang paling prioritas.
Cari dan temukan dulu ia, karena ia-lah
yang akan menuntun anda sampai ke tujuan. Ia seperti sebuah program. Tempat
perspektif anda berpijak dan mengambil sudut pandang. Karakter-lah yang
menjadikan anda memiliki esensi dan eksistensi. Kehancuran seseseorang, sampai
pada kehancuran sebuah bangsa tidak lain Karena dasar berpijaknya rapuh. Karakternya
gamang. Tidak punya prinsip dan wawasan falsafah.
Bagi saya. Ternyata waktu telah
membuktikan. Bagaimana orang-orang yang memiliki jadiri yang kuat akan melesat
lebih jauh dibanding orang yang masih kebingungan akan jatidirinya.
Lima tahun, membawa saya sampai
pada sebuah kesadaran, bagaimana kehidupan itu sebenarnya. Lautan makna
membentang. Simpul Bait-bait hikmah terurai setelah dipintal. Jejak-jejak
prinsip dan falsafah hidup menanti orang-orang yang akan menapakinya. Berbagai
tanda penunjuk terpampang di sisi kiri dan kanan jalan. Hanya orang-orang yang
mencermatinya, yang dapat membaca, apa yang sebenarnya penunjuk jalan itu
inginkan.
Setelah lautan hikmah dan ibrah
dari setiap jejak-jejak waktu kuarungi. Setelah deretan peristiwa dalam
lintasan-lintasan sejarah berputar. Dan setelah kejadian demi kejadian silih
berganti masuk ke dalam relung waktu. Aku mengurainya, membentangkan dan memintalnya
pada dua simpul kata. Ilmu dan jihad. Mengilmui jihad, dan berjihad dengan
ilmu.
Puncak aktualisasi diri seseorang
adalah dengan berusaha mewujudkan dirinya sebagai seorang yang alim. Paham akan
ilmu serta mengamalkannya. Kedudukan seseorang pun di sisi allah, tidak ada
yang lain kecuali hanya dengan ilmunya. Orang yang jahil akan selalu berada
pada posisi paling rendah manusia. Sementara orang yang memenuhi pikirannya
dengan ilmu-lah yang akan dekat kepada manusia-manusia mulia. Para nabi dan
para Rasul. Setelah itu, ia berjuang dengan ilmunya. Memberantas kejahilan dan
kemaksiatan, menjadi muslih kepada orang lain. Sampai kalimat tertingginya
tegak. Kalaupun waktu mereka habis. Ujungnya ia mengharapkan janji manis dari
sang Penepati Janji. Karena hasil yang mereka harapkan tidak mesti harus ia
nikmati saat itu juga.
Hakikat Ilmu
Ilmu adalah cahaya. Sedangkan kejahilan
adalah kegelapan. Dengan ilmu, kebenaran dapat terungkap dan kebathilan dapat dienyahkan.
Sangat tepatlah firman allah azza
wajalla,
11. Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS AL-Mujadilah: 11).
Apa yang terjadi di alam realitas sangat bergantung
pada bagaimana seseorang memandang hal tersebut. Seseorang yang terkena
musibah, bisa saja bersedih bahkan sampai menyesali. Jika sudah melewati ambang
batas, ia bisa berujung pada depresi, stress dan membawa pada bunuh diri. Akan
tetapi bagi orang yang berilmu, konsepnya berbeda. Ketika musibah datang, ia adalah
ujian, agar derajatnya terangkat dan semakin dekat kepada Allah. Dengan
demikian, keimanannya semakin kokoh. Ia pun berhasil berpindah dari satu
derajat ke derajat lain yang lebih tinggi.
Dengan ilmu seseorang terlepas dari pengaruh ungkapan
kata-kata. Hatinya terlepas dari apriori dan simpati. Akalnya akan mendapat hak
sebagaimana mestinya. Yaitu untuk mempertimbangkan satu hukum berdasarkan satu
kaidah objektifitas. Dengan ilmu seseorang akan terbebas dari pengaruh manusia.
Jika kata-kata berasal dari seseorang yang berprasangka baik, ia memandang
dengan pandangan sempurna. Sedangkan jika kata-kata berasal dari orang yang
berprasangka buruk, maka ia tak segan-segan membela dan mengoreksi secara
mendalam. Akibatnya adalah kebaikan menjadi keburukan, dan keburukan menjadi
kebaikan.
Pandangan seseorang yang berilmu adalah pandangan yang
adil dan jernih. Murni dan tidak tercampuri oleh tendensi apa pun. Kebenaran
keluar dari lisannya sebagaimana adanya. Jika orang mau menerimanya, maka ia
bersyukur. Adapun jika tidak, maka bebannya telah ia tunaikan.
Mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat adil dan
menyebarkan keadilan. Di manapun, mizan kebenaran selalu tegak. Karena kaidah
yang dimilikinya memiliki landasan yang kuat. Kokoh di atas bashirah yang
terang. Ia memandu dengan panduan ilmu. Dan disitulah, baru terasa ilmu itu
benar-benar menerangi. Hanya saja yang bisa merasakannya juga hanya orang-orang
berilmu. Sedangkan orang-orang jahil tetap dalam kubangan kebodohan dan
belenggu kejumudannya.
Merekalah para pembawa pelita. Panji-panji ilmu yang
memandu manusia ke jalan tuhannya, menggapai keridhaan-Nya. Dalam perkara
ibadah, mereka bersemangat dalam ketundukan diri sebagai seorang abhid. Dalam
usaha dan amal dunia, mereka juga mencari sesuai kadar ikhtiar yang harus ia
jalankan. Mereka bukan orang-orang yang berlebihan. Sampai dalam perkara ibadah
pun.mereka tetap mengambil dalil dalam pelaksanaannya. Tidak Dibangun di atas
semangat raja’ yang berlebihan. Tapi mereka adalah orang yang selalu seimbang
antara khauf dan raja’nya.
Pantaslah allah menyebutkan,
… Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran (QS Az-Zumar:9).
Pelajaran. Usaha yang
mengantarkan manusia ke alam pencerahan. Membawa mereka pada kesadaran
posisinya dalam konstelasi, tuhan, alam dan makhluk lainnya. Sehingga akan
terjadi sinergi. Pada gilirannya akan mengundang rahmat allah azza wa jalla, ke
muka bumi.
Itulah kemuliaan orang-orang
berilmu. Dan demikianlah allah menjadikan kemuliaan suatu kaum dengan kedekatan
mereka terhadap ilmu.
Dalam satu hadits, nabi SAW
menyebutkan,
سنن الترمذي - عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى
الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ
عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
Dari Abu Umamah al-Bahiliy radhiyallahu’anhu
berkata disebutkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang 2
orang, yang pertama adalah ahli ibadah dan yang kedua adalah orang berilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “keutamaan orang berilmu di
atas orang ahli ibadah seperti diriku di atas orang yang paling rendah di
antara kalian”. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
”sesungguhnya Allah dan para malaikat dan penduduk langit dan bumi sampai semut
di dalam lubangnya dan ikan-ikan di laut bershalawat kepada yang mengajarkan
agama kepada manusia” [HR. Tirmidzi]
Mengapa seluruh makhluk di alam
bershalawat kepada orang-orang berilmu ?. Bahkan sampai semut-semut -yang
jumlah tidak diketahui seberapa banyaknya di dunia ini- yang merayap dalam
lubangnya. Bahkan sampai ikan-ikan. Bukan ikan di daerah pesisir, atau
dipermukaan. Sampai ikan yang berada di dasar laut. Yang tidak lagi terjamah
cahaya. Yang dalamnya ribuan kilometer. Bershalawat (mendoakan) orang-orang
yang berilmu ?.
Mengapa demikian ?. sampai
sebegitu agungnya orang-orang berilmu ?.
Ya, Karena hanya orang-orang
berilmu-lah yang akan melindungi alam. Hanya merekalah yang akan menjaga
keseimbangan alam semesta. Karena mereka paham tugas mereka. Karena mereka
adalah orang yang berhati-hati. Bukan makhluk serakah dan tak bertanggung
jawab. Bukan orang-orang yang jahil dan tidak paham tugasnya.
Karena itu, fitrah semesta adalah
kembali Kepada kemurniannya. Di mana manusia menjalankan tugasnya dengan baik.
Mengawal siklus-siklus di bumi, dan menjaga serta melestarikannya. Jika manusia
tidak memiliki sifat kemanusiaan, maka celakalah jadinya. Yang ada hanya
kerusakan. Yang ada hanya bencana yang datang bertubi-tubi. Bencana itu pun,
manusia juga yang akan menjadi korbannya.
Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Ar-Rum: 41).
Semua itu Karena manusia
mencampakkan hukum-hukum allah di muka bumi. padahal panduan dalam mengelola
bumi, sudah allah siapkan.
Sekarang bagaimana sikap kita
terhadap ilmu itu. Apa yang kita perbuat dengannya. Apakah untuk mendebati
orang-orang yang jahil. Apakah untuk memperlihatkan kecerdasan, dan kepiawaian
beretorika ?. apakah untuk menarik simpati manusia dan membuat mereka takjub
dan bersorak-sorai ?.
Dengan ilmu, kita memikul
tanggung jawab ilmiah. Dengan kapasistas keilmuwan, kita memikul amanah umat.
Karena semakin berilmu, seseorang bukan seharusnya semakin puas, akan tetapi
semakin butuh akan ilmu.
Imam al-Ghazali mengatakan,
“semakin bertambah ilmu yang saya ketahui, semakin saya sadar bahwa semakin
sedikit yang saya ketahui”.
Itulah falsafah huruf علم. Huruf ع menggambarkan mulut yang
besar. Pertanda bahwa seorang berilmu tidak pernah merasa kenyang dengan ilmunya.
Huruf ل
yang bermakna kelurusan, daan ketinggian. Seorang berilmu akan selalu
berada di atas pijakan yang lurus dan adil. Dan dengan keadilannya ia
dianugerahi hikmah kemuliaan, dengan diangkatnya derajatnya oleh allah swt.
Huruf م
memperlihatkan ekor yang menjuntai ke bawah. Menunjukkan bahwa seorang
yang berilmu, semakin menundukkan hati mereka di hadapan Rabb-Nya. Serta
semakin rendah hati di hadapan manusia. Pepatah mengatakan, “Jadilah seperti
padi, semakin berisi semakin merunduk”.
Salah satu musuh manusia adalah
syubhat. Kata Imam Ibnul Qayyim. Dalam syubhat terdapat kesamaran antara yang
haq dan yang bathil, Karena sesungguhnya syubhat tersebut memakai pakaian yang
haq menutupi badan yang bathil, dan kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
baik dari segi zhahir, sehingga orang yang melihat pakaian yang ia pakai,
meyakininya sebagai kebenaran.
Akan tetapi bagi seorang berilmu,
tidaklah tertipu. Ia mengetahui sampai apa yang ada dibalik pakaiannya, maka
dia dapat menyikap hakikatnya. Menjadikan bashirah sebagai senjata yang
membedah seluruh kebathilan berpikir. Mengungkap dan menyatakan kebenaran.
Mengenyahkan kerancuan dan kekeliruan dalam ide dan keyakinan. Mematahkan
seluruh argumen. Hingga kesesatan takluk, dan bertekuk lutut. Membersihkan
segala titik-titik noda kekeliruan. Mengikis habis sudut-sudut kekacauan aqidah
hingga kebenaran menjadi jelas bentuknya. Mencerabut segala syubhat sampai ke
akar-akarnya. Dan tidak ada yang tersisa kecuali keindahan al-haq yang
bertahta. Hujjahnya rashikh. Meyakinkan dan membawa pada jalan terang
benderang di bawah obor ilmu dan bashirah.
Berjihad dengan Ilmu
Dengan kemuliaan berilmu, kita
ditantang untuk mencari kemuliaan berikutnya yang lebih tinggi –mungkin-.
Kemuliaan itu adalah berjuang dengan ilmu yang telah kita miliki. Kemuliaan kehidupan
dengan perjuangan. Tidak ada kemuliaan hidup tanpa perjuangan. Adalah sesuatu
yang tidak mungkin seseorang menjadi mulia dengan kelemahan dan kemalasannya.
Adalah sesuatu hal yang tidak masuk akal, jika seseorang menginginkan derajat
yang tinggi di sisi rabb-Nya, sementara ia hanya menatap masa depannya,
menikmati mimpi-mimpinya, sementara tidak berlari mengejarnya.
Katakan !. Bahwa hanya dengan
perjuangan kemuliaan akan datang. Bahwa hanya pengorbanan, kehidupan baru akan
bermakna. Itulah jihad dan mujahadah. Kesungguhan dalam hati yang tidak
dikotori dengan keinginan apa pun kecuali ihtisab akan wajah-Nya.
Itulah etape berikutnya setelah berilmu
yang harus diyakini dan ditekuni. Berusaha memperjuangkan ilmu dengan segenap
kemampuan dan kekuatan. Membelanya dan meninggikannya di atas seluruh ilmu lain
yang bathil keberadaannya. Berjuang bersamanya hingga al-haq menjumpai kita
mendatangi al-yaqin.
-----------------------------------
Tantangan kita hari ini bukan hanya dengan gerakan dan
kekuasaan. Tapi juga lewat tantangan keilmuan. Tradisi keilmuwan islam hari ini
telah rubuh. Tumbang, dan tidak menyisakan apa pun kecuali puing-puing warisan
sejarah. Hanya saja mengkaji warisan sejarah tidak cukup. Karena ia perlu untuk
dibangkitkan kembali. Ia perlu untuk dibangun kembali. Kebanggaan terhadap
tradisi ilmu islam.
Menyerukan gerakan cinta ilmu. Bergerak atas dasar
bashirah. Berpikir dengan ilmu yang jelas dan terang. Kemudian menyampaikannya
kepada manusia. Agar mereka mengikuti kebenaran dan melepas belenggu kejumudan
mereka.
Itulah yang harus kita perpegangi. Bahwa jihad hari
ini adalah dengan ilmu. Jihad hari ini adalah dengan mengkaji agama.
Mengamalkan dan mengajarkannya. Serta menetapi jalan itu dengan keyakinan.
52. Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan
berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.
Itulah jati diri seorang muslim. Kumpulkan pengalaman
anda. Untailah ia dalam prinsip. Dan jadikan ia sebagai pijakan anda dalam
mengambil keputusan. Kemudian berjalanlah hingga kemenangan anda telah raih,
saat musuh syubhat telah tumbang dan enyah dari muka bumi.
Maraji’
Al-Qur’an
Al Karim
Dr. Ahmad
Bin Abdul aziz Al-Hulaibi, et al. 2007. Dasar Membid’ahkan orang. Surabaya:
Pustaka elBa
Fariq Gasim
Anuz. 2003. Tabir Hidayah. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i
Telanai pura, Jambi
18 Ramadhan 1433 H/7Agustus
2012
Pkl.
09.42 WIB
Menyambung
yang terputus dari kota Daeng….