Cari

AL-QUR'AN DAN KEHANCURAN PERADABAN

Wednesday, 28 March 2012

                                                                           Dr. Adian Husaini

Beberapa ayat al-Quran memberikan penjelasan tentang kehancuran suatu bangsa. Penjelasan al- Quran ini sangatlah penting untuk menjadi pelajaran, khususnya bagi kaum Muslimin, agar mereka tidak
mengulang kembali tindakan-tindakan yang dilakukan oleh umat terdahulu, yang dapat menghancurkan
peradaban mereka. Allah SWT berfirman: 

“Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu
barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka,
karena perbuatan mereka sendiri” (QS Al A’raf:96)

"Maka apabila mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba (sekonyong-konyong), maka ketika
itu mereka terdiam dan berputus asa". (QS al-An’am:44).

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepatutnya berlaku keputusan Kami terhadap mereka, kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya. (QS al-Isra’: 16)

HUTANG BANGSA PADA PESANTREN

Wednesday, 14 March 2012


Hamid Fahmy Zarkasyi

Pada periode awal pembangunan negara ini telah terjadi perdebatan sengit antara Dr.Sutomo dengan S.T.Alisyahbana tentang arah pembangunan negara Republik Indonesia. Bagi yang pertama negara ini hanya dapat dibangun berdasarkan khazanah budaya bangsa ini, sedang bagi yang kedua negara ini dapat maju hanya dengan meniru sepenuhnya budaya Barat. Yang pertama membanggakan pendidikan pesantren yang kedua mengagungkan pendidikan sekuler ala Barat, dengan argumentasi masing-masing. Meskipun argumentasi Dr.Sutomo cukup kuat dan rasional, namun pemikiran S.T.Alisyahbana sejatinya mewakili arus pemikiran para pengambil kebijakan kependidikan saat itu. Yang menarik di sini bukan argumentasi mereka masing-masing, tapi implikasi bahwa usaha meletakkan pendidikan pesantren sebagai rival pendidikan sekuler Barat memang telah lama wujud.

Memang pondok atau pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang selalu berhadapan secara vis a vis dengan pendidikan sekuler yang dibawa oleh penjajah. Bukan hanya itu, keberadaannya sejak awal telah menunjukkan anti-penjajah dan mendukung kemerdekaan negara Republik Indonesia. Tak pelak lagi ia kemudian sangat dicurigai penjajah. Anehnya setelah negara Indonesia merdeka, pesantren juga dicurigai anti pemerintah dan menjadi sarang “komando jihad”. Kini pesantren kembali dicurigai sebagai sarang teroris. Apa sebenarnya substansi pendidikan Pesantren? dan bagaimanakah ia memainkan peranannya dalam lintasan sejarah bangsa ini?

MEMBANGUN PILAR KEBANGKITAN UMAT[1]


Pengaruh globalisasi telah merambah seluruh aspek kehidupan manusia. Ia bergulir bagaikan bola salju yang semakin hari semakin besar. Dalam satu referensi disebutkan, bahwa globalisasi memiliki tiga daya yang sulit dibendung. Pertama, Wideness (Keluasan). yaitu kemampuan menjangkau dalam skala yang sangat luas. Kedua, Depthness (kedalaman), yaitu kemampuan merombak  nilai-nilai yang telah berlaku. Ketiga, (Revolution Power) daya rubah, yaitu kemampuan merubah dalam waktu yang sangat singkat.
Tiga daya inilah yang menjadi kendaraan bagi seluruh “ideologi asing” masuk menyelinap di balik pesan-pesan globalisasi. Liberalisasi dan kebebasan serta kesetaraan. Akan tetapi di balik semua itu, ada sebuah rencana besar yang diarsiteki oleh sekelompok kecil manusia yang ingin merubah wajah dunia menuju The New World Order, Tata Dunia Baru. Dibaliknya ada agenda penghancuran besar-besaran yang tengah sabar dinanti, satu agenda demi agenda diselesaikan.
Globalisasi pun menjadi ancaman besar bagi umat islam. Globalisasi tidak lain adalah gelombang penghancuran umat. Di dalamnya agenda Ghazwul Askari (perang fisik) di arahkan kepada negara-negara timur tengah. Politik belah bambu dan dukungan terhadap gerakan-gerakan separatis  masih terus digencarkan barat. Sementara di belahan bumi lain dibenamkan Ghazwul Fikri (perang pemikiran) secara rahasia. Umat pun dikepung dari dua arah secara bersamaan. Dari dalam dan dari luar.

 

Iklan Buku

Followers

Bincang-Bincang