Pengaruh globalisasi telah merambah seluruh aspek kehidupan
manusia. Ia bergulir bagaikan bola salju yang semakin hari
semakin besar. Dalam satu referensi disebutkan, bahwa globalisasi memiliki tiga daya yang sulit dibendung. Pertama, Wideness (Keluasan). yaitu kemampuan menjangkau dalam skala yang sangat luas. Kedua, Depthness (kedalaman), yaitu kemampuan merombak nilai-nilai yang telah berlaku. Ketiga, (Revolution Power) daya rubah, yaitu kemampuan merubah dalam waktu
yang sangat singkat.
Tiga daya
inilah yang menjadi kendaraan bagi seluruh “ideologi asing” masuk menyelinap di
balik pesan-pesan globalisasi. Liberalisasi dan
kebebasan serta kesetaraan. Akan tetapi di balik semua
itu, ada sebuah rencana besar yang diarsiteki oleh sekelompok kecil manusia
yang ingin merubah wajah dunia menuju The
New World Order, Tata Dunia Baru. Dibaliknya ada agenda penghancuran
besar-besaran yang tengah sabar dinanti, satu agenda
demi agenda diselesaikan.
Globalisasi pun menjadi ancaman besar bagi umat islam.
Globalisasi tidak lain adalah gelombang penghancuran umat. Di dalamnya agenda Ghazwul Askari (perang fisik) di arahkan kepada negara-negara timur tengah. Politik belah
bambu dan dukungan terhadap gerakan-gerakan separatis masih terus digencarkan barat. Sementara di belahan
bumi lain dibenamkan Ghazwul Fikri (perang pemikiran) secara
rahasia. Umat pun dikepung dari dua arah secara bersamaan. Dari dalam dan dari luar.
Zaman seperti ini pun dikenal sebagai zaman fitnah, zaman ujian. Zaman terasingnya
ajaran islam dari pemeluknya sendiri karena gelombang globalisasi yang menyeret
manusia mencampakkan nilai-nilai ilahiah agama. Parahnya itu pun dilakukan
tanpa sadar, bahkan dengan kebanggaan. Zaman di mana Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam
menyebutkan, “Suatu zaman di mana siapa yang memegang teguh agamanya seperti menggenggam bara api”. Digenggam terlalu keras akan terbakar. Dilonggarkan, malah terlepas.
Akan tetapi di
tengah zaman fitnah itu. Nabi Shallahu alaihi wa sallam tidak membiarkan
umatnya terombang-ambing dalam badai
fitnah. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Kutinggalkan
kepada kalian dua perkara, barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya
tidak akan tersesat selama-lamanya, Kitabullah (al-qur’an)
dan
Sunnahku”(HR. Bukhari).
Ya, itulah
jalan yang telah disampaikan beliau Shallahu alaihi wasallam. Jalan yang lurus
dan tidak akan ada jalan keselamatan kecuali dengan berpegang teguh kepada
keduanya. Dialah Al-qur’an dan Sunnah beliau-Shallalahu
alaihi wasallam. Dengan berpegang teguh kepada
keduanya, gelombang fitnah akan dapat diatasi.
Oleh karena
itu untuk melawan badai fitnah itu diperlukan perjuangan mengembalikan umat
kepada kemuliaannya. Perjuangan melawan fitnah akhir zaman. Dan sinyal nabi shallallahu alaihi wasallam
di atas telahh tergambarkan secara nyata bahwa prioritas perjuangan adalah
dengan al-qur’an dan sunnah. Allah Subhanahu wata’ala menjelaskan,
“… Dan
Berjihadlah dengannya (Al-qur’an), dengan jihad yang besar” (QS Al-Furqan:52).
Demikian Allah
menyebutkan. Jihad yang paling tepat adalah jihad dengan Al-Qur’an. Membaca
mempelajarinya, mengamalkan dan medakwahkannya. Serta terakhir, Bersabar di
atasnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan
bahwa usaha islahul ummah (perbaikan
umat) ditempuh dengan dua
jalur utama.
Pertama,
Tashfiyah (purifikasi/pemurnian). Pembersihan atau
pemurnian kembali segala macam bentuk keyakinan kaum muslimin yang terjangkiti
SEPILIS (Sekularisme Pluralisme dan Liberalisme) serta TBC (Tahayaul, Bid’ah
dan Churafat). Karena kita mengetahui bahwa tidak akan kembali kejayaan itu
kecuali dengan usaha dan kerja keras dalam mengembalikan keyakinan umat kepada
fitrah tauhid. Fitrah islam.
Kedua, Tarbiyah.
Pembinaan pribadi atau individu-individu agar mengenal Allah Azza Wa Jalla dalam Tauhidullah, Rububiyah, uluhiyah dan asma dan
sifat-sifatnya serta seluruh konsekuensi atasnya. Usaha ini dilakukan dengan pembinaan
intensif kepada para generasi muslim untuk menumbuhkan karakter dan kepribadian
yang utuh dalam keimanan, aqidah, akhlaq dan
tsaqofah. Sehingga akan muncul kesiapan dalam
menjalankan perintah Allah Azza Wa
Jalla. Kesiapan memikul amanah ibadah dan berjuang menegakkan kalimat
tertinggi-Nya.
Oleh
karena itu, dibutuhkan kekuatan yang menjadi pilar dalam
mengusung kebenaran. Allah azza wa jalla menyebutkan dalam Al-Qur’an :
“Dan persiapkanlah segala hal untuk
berperang dari kekuatan yang kalian miliki…” (QS Al Anfal:60)
Pilar kekuatan itu diantaranya adalah :
1.
Quwwatul Aqidah
Kekuatan aqidah. Aqidah yang shahih,
bersih dan murni yang tidak tercampuri dengan kesyirikan dan kedzhaliman
sedikit pun. Serta dilandasi dengan ilmu yang terang. Allah telah menyebutkan dalam QS An-Nur ayat 55,
“Allah telah menjanjikan kepada
orang-orang di antara kamu yang beriman dan beramal shalih, bahwa Dia sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar
mengubah (keadaan) mereka, setelah menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun…”
Allah menegaskan syarat untuk menjadikan
orang-orang beriman dan beramal shalih adalah hanya satu, ya’buduunanii walaa yusyrikuuna bihi syai-a’. Menyembah Allah dan
tidak menyekutukan dengan sesuatu apa pun. Itulah kunci kemenangan. Kunci yang membuat
pasukan Shalahuddin Mengembalikan al-quds ke pangkuan kaum muslimin. Kunci yang membuat Konstatinopel takluk dalam
serangan armada laut Sultan Muhammad Al-Faatih. Memindahkan 70 kapal lautnya menyeberangi selat
Bosphorus ke Selat Tanduk Emas (Golden Horn) melewati gunung hanya dalam waktu
satu malam. Kunci yang membuat Andalusia Tunduk tak berdaya di bawah ekspedisi
jihad di bawah panji Thariq in Ziyad. Kunci yang Membuat Persia di ufuk Barat,
dan Romawi di ufuk Timur tumbang.
Dan keduanya tidak menyisakan apa-apa sampai hari ini
kecuali bangunan dan kisah-kisah
saja.
Itulah kunci kemenangan kaum muslimin…
2.
Quwwatul Ukhuwah
Kekuatan berikutnya adalah kekuatan
ukhuwah. Karena itulah (ukhuwah) yang Nabi Shallallahu alaihi wasallam
bina setelah aqidah. Persaudaraan di atas iman. Sehingga muncul persatuan dalam
dada-dada kaum muslimin. Dan itulah kekuatan sejati dalam memancangkan
panji-panji jihad. Izzul islam walmuslimiin.
Tanpa ukhuwah, dakwah akan mandeg. Tanpa ukhuwah dakwah akan
stagnan. Dan tanpa ukhuwah, perjuangan akan hambar. Karena kecintaan kepada
saudara itulah yang menjadi kekuatan, bersama dalam perjuangan….
3.
Quwwatu at-Tandzhim
Kekuatan pengorganisasian. Visioner, rapi, dan sistematis. Gerakan
dakwah yang memiliki basis
massa akan terpecah dan tidak terarah, jika tidak diatur dengan baik. Butuh
kepemimpinan yang berkarakter. Figur yang menjadi teladan. Serta
pejuang-pejuang yang siap untuk dipimpin dan diarahkan. Dan
tentu dilengkapi dengan kapasitas manajemen dakwah yang mumpuni.
Tiga
kekuatan di ataslah yang akan
menghasilkan quwwatul haq (kekuatan Al-haq atau kebenaran) dalam melawan quwwatul bathil (kekuatan
al-bathil). Inilah panduan dalam mengusung satu cita-cita mulia, “masyarakat bertauhid”. Puncak dari peradaban
dan syariat islam.
Kalimat
terakhir, semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita dalam bergerak dan
berkontribusi bagi umat islam. Karena siapa pun yang ingin mulia, tidak ada
pilihan lain baginya kecuali dengan memberi persembahan terbaik untuk ad dien-Nya.
Saatnya bergabung menyambut kebangkitan islam (shahwah islamiyah)...
(Wallahu ta’ala a’lam)
Abu Fath el_Faatih
Koordinator Pusjarwil SULTANBARATA-MALPA Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia
[1] Orasi ilmiah dalam TUNAS
II Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI), Gedung Ipteks UNHAS, Ahad 10
Maret 2012- dengan perubahan
No comments:
Post a Comment