Diterimanya dua
surat bersamaan yang berbeda maksudnya, membuat Khalifah Umar mengadakan sidang
Istimewa bersama para sahabat untuk menyelesaikan persoalan administratif kekhilafahannya.
Sebagai leader yang menaungi banyak daulah,
penanggalan surat menjadi penting saat itu. Maka bermusyawarahlah para sahabat.
Ada yang menyarankan untuk membuat penanggalan dimuali dari tahun kenabian, ada
pula dimulai dari peritiswa isra’ dan mi’raj. Akan tetapi yang disepakati saat
itu adalah pendapat Ali bin Abi Thalib. Ia menyarankan tahun pertama islam
dimulai dari tahun hijrahnya Nabi saw dari makkah menuju madinah. Meskipun
ulama berbeda pendapat tentang bulan yang mengawalinya, Syaikh Syafiyurrahman
menguatkan tahun itu tetap dimulai degan bulan Muharram dalam Ar-Rahiq-nya.
Ada banyak
hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa hijrah. Karena Hijrah bukan sekedar
peristiwa lolosnya Nabi saw dari fitnah dan penyiksaan, akan tetapi lebih dari
itu. Hijrah adalah merangkai kerjasama untuk membangun tatanan baru di negeri
yang aman. Oleh karena itu, kewajiban bagi setiap individu muslim yang mampu untuk
berpartisipasi dalam pembangunan tanah air yang baru dengan segenap tenaga
untuk membentengi dan mengangkat citranya (Mubarakfuri, 2010, hal. 255).
Hijrah adalah
angin segar yang berhembus ke dalam dada kaum muslim akan perjuangan selama 13
tahun mempertahankan akidah. Hijrah adalah perpindahan dari sempitnya gerakan
dakwah di Makkah kepada luasnya Madinah. Dari sempitnya satu negeri kepada
negeri yang lain yang lebih luas.